HAUL SETAHUN TENAS EFFENDY

Penyampai Pesan bagi Peradaban

Seni Budaya | Minggu, 28 Februari 2016 - 12:41 WIB

Penyampai Pesan bagi Peradaban
Dialog Memaknakan Tenas Efendy-Menjemput Masyarakat Ekonomi Asia (MEA), sempena Mengenang Tenas Effendy di Anjung Seni Idrus Tintin, bersama Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman, budayawan Riau Al azhar, peneliti LIPI Bisri, tokoh dari Malaysia dan Singapura, dipandu Onggo, Jumat (26/2/2016). M. Ahwan/Riau Pos

Memang tak dapat diragukan lagi, terbukti nyata dari karya yang dihasilkan, bahwa kebolehan Tenas Effendy membaca peristiwa kebudayaan. Terutama kepekaannya dalam menggali, menangkap pesan, makna dan nilai-nilai kemelayuan itu yang kemudian direkam dalam mindanya. Nilai-nilai luhur, tunjuk ajar, petatah-petitih dan semua warisan Melayu dituangkan ke karya-karyanya dalam bentuk buku dan kitab Tunjuk Ajar Melayu.    

Kepiawannya itu menurut cerita budayawan Riau Al azhar memang diperoleh dari Ayahanda Tenas Effendi, Tengku Said Muhammad Aljuri yang merupakan sekretaris pribadi Sultan Said Hasyim, Sultan Pelalawan ke-8 waktu itu. Ayahnyalah yang selalu menulis mengenai semua silsilah Kerajaan Pelalawan, adat-istiadat, dan peristiwa penting lainnya dalam sebuah buku yang dinamakan Buku Gajah.

Baca Juga :Koleksi Ribuan Judul Buku, Pengunjung Sepi

Tak Tenas Hilang di Dunia

“Tak Tenas Hilang di Dunia”. Itulah judul satu makalah yang dibentangkan salah seorang budayawan dari Batam, Ahmad Dahlan Phd. Kata mantan Wali Kota Batam yang merupakan narasumber tunggal di rangkaian seminar perdana Mengenang Tenas Effendy di Badan Perpustakaan Soeman Hs beberapa waktu lalu, bahwa almarhum merupakan tokoh terbilang di alam Melayu, tidak hanya melahirkan banyak karya yang bermanfaat untuk hari ini tetapi sosok almarhum merupakan panutan dan suri tauladan.

“Tenas Effendy merupakan sahabat, guru saya yang terkenal santun, senantiasa bertutur kata penuh kelembutan, seorang penggerak kebudayaan, aktivis adat Melayu yang ulet, gigih, dan menyerahkan hidupnya secara total untuk kebudayaan Melayu,” ujar penulis buku Sejarah Melayu itu.

Tenas Effendy juga bagi Ahmad Dahlan, menjadi tempat bertanya, meminta saran dan pikiran-pikiran terutama ketika menjabat sebagai Wali Kota Batam. Sampailah kepada pemberian nama enam buah jembatan yang menghubungkan Pulau Batam dan gugusan pulau yang kelak dikenal dengan nama Barelang (Batam-Rempang-Galang).

“Berkat bersentuhan dalam jalinan persahabatan dengan ayahnda Tenas Effendy dan ditambah karena membaca karya-karya beliau, saya pun “terinveksi virus” menulis,” ujarnya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook