Kasilah terus izin segala izin ekspansi dan pembukaan hutan kepada orang-orang yang ceroboh. Jualkanlah terus ide-ide surga tentang hutan kita kepada para pemburu dollar, kepada para hewan ekonomi yang tak melihat manusia lain sudah membangun kehidupan dan kebudayaan sebelum mereka datang. Pemerintah yang sudah bertahun-tahun memekakkan kuping atas segala analisis para pakar tentang hutan, gambut dan lingkungan hidup, mengaca dirilah; anda hanya pemegang amanah dari kami, dari rakyat, untuk membangun negeri ini untuk rakyat bukan untuk pemodal asing, bukan juga untuk para kapitalis. Jangan jual sejengkal pun tanah di negeri ini tanpa izin sang pemilikinya (rakyat). Ini adalah amanah. Jangan mendorong rakyat mengumbar amarah. Mari saling menjaga dan merawat amanah negeri tercinta ini.
Ketika bencana datang, jangan hanya berharap kepada alam untuk menyudahinya. Yang membuat bencana itu adalah manusia, terutama pemerintah (walau terjadi salah menyalah antara pusat dan daerah). Rakyat tak ambil peduli dengan wilayah salah menyalah itu. Kalau kita memang ingin dijadikan bahan tertawaan dunia pada tahun mendatang, carilah kambing hitam bernama efek el nino. Salahkan el nino itu. padahal el nino itu senantiasa hadir setiap masa, setiap tahun. Sebuah fenomena naiknya permukaan laut Pasifik Timur. Sudah sejak dulu, el nino menghadir. Tapi, kebakaran hutan dan serbuan asap tak pernah separah dan seteruk ini. Tiap tahun el nino datang, setiap tahun pula petani membuka ladang. Dan tak pernah terbakar sampai menghasilkan bumbungan asap yang membukus wajah benua.
Saat ini, tak ada tuduhan kepada peladang berpindah lagi. Sebuah tuduhan tak berdasar. Sekarang pemerintah senyap mulutnya, menyudutkan para peladang berpindah. Sama senyapnya ketika diminta oleh publik untuk membuka dan mengumumkan nama-nama perusahaan pembakar hutan dan lahan di media massa. Kelas bangsa kita ini adalah sekelas penceroboh dan pengutil.
Andaikan Tuhan menghibahkan surga benaran kepada orang-orang Indonesia, pasti dalam dua minggu akan berubah sontak menjadi medan neraka, karena kreativitas gerogot dan ceroboh yang ada pada orang Indonesia ini luar biasa potensinya. Kalau demikian, anda yang mengaku sebagai orang Indonesia, jangan bermimpi masuk surga di dunia sebalik sana. Sebab, Tuhan aja muak melihat perilaku kita, pejabat kita, pengusaha kita yang potensi bawaan besarnya adalah penceroboh dan perusak, bukan pemegang amanah dan pemulia amanah. Di bulan yang berdaki-daki ini, tak mungkin kebudayaan kita mendaki mencapai puncak tertinggi. Kita tak lebih dari sekumpulan migran liar tak terdidik dan tak beretika ketika diberi rumah singgah dan rumah tumpangan untuk rehat sejenak dalam sebuah perjalanan panjang, yang tujuannya serba tak pasti.***