Orang nomor satu di Kota Dumai itu mengatakan Dumai memang memiliki risiko besar terhadap penyebaran Covid-19 ini. “Hari ini (kemarin, red) saja kami menerima informasi ada sekitar 500 orang yang masuk ke Dumai yang mereka datang dari zona merah penyebaran Covid-19 seperti Pekanbaru, Sumut dan Sumbar,” terangnya.
Untuk itu, pihaknya tidak bosan-bosannya menyampaikan kepada masyarakat untuk tetap mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan dan mengikuti semua anjuran Pemerintah Kota Dumai. “Apalagi empat pasien positif Covid-19 di Kota Dumai yang terkonfirmasi merupakan orang tanpa gelaja (OTG). Hanya dua pasien yang positif Covid-19 dengan gejala. Untuk itu semuanya harus benar-benar berhati-hati,” tuturnya.
Sementara itu, Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Dumai dr Syaiful mengatakan, terdeteksi pasien positif Covid-19 tersebut berawal pihaknya melakukan rapid test di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kota Dumai. Dari hasil rapid test tersebut didapati satu orang yang berinisial S (54) positif dan diduga kuat terinfeksi virus corona.
Setelah itu dilakukan pelacakan kontak terhadap orang terdekat. Dari pelacakan kontak tersebut, dilakukan rapid test dan didapati istri S berinisial K (46), anaknya berinisial T (30) dan cucunya DYA (2) juga positif. “Setelah itu, terhadap S, K dan T dilakukan isolasi di RSUD Kota Dumai, sementara cucunya diisolasi di rumah, mulai pada 30 Maret mereka semuanya tanpa gelaja,” tuturnya.
Selanjutnya dilakukan swab dan hasilnya didapatkan S, K dan DYA positif sedangkan T walaupun hasil rapid test-nya positif, namun hasil tes swab-nya negatif. “Dari hasil epidemiologi yang dilakukan diketahui S pada pertengahan Maret 2020 ada riwayat ke Bekasi dan Jakarta. Saat itu pasien mengikuti seminar kesehatan dan salah satu pembicara di seminar tersebut meninggal dengan status positif Covid-19,” terangnya.
Mantan Direktur RSUD Kota Dumai itu mengatakan, kendati tanpa gelaja, S dan K serta anaknya T tetap diisolasi di RSUD Kota Dumai. “Sedangkan cucunya karena masih balita diisolasi mandiri di rumah, T anak S karena negatif akan kami pulangkan,” tuturnya.
Ia menyebutkan ini merupakan klaster tersendiri yakni klaster Jakarta, sehingga di Kota Dumai totalnya ada tiga klaster. “Sebelumnya ada Klaster Bogor pasien 01, dan Klaster 02 dan 03 Klaster Batam,” terangnya.
Ibu Balita Rela Berkorban
Syaiful mengatakan sang ibu balita positif Covid-19 rela berkorban. Pasalnya mau tidak mau, ia harus menemani sang anak yang isolasi di rumah. “Sang Ibu hasil rapid test negatif. Ia rela terpapar demi menjaga sang anak. Anaknya juga tanpa gelaja, kondisi sehat tanpa ada gelaja Covid-19,” tuturnya.
Ia mengatakan, petugas juga setiap hari melakukan kontrol terhadap sang ibu dan balita tersebut. “Kalau risiko, pasti berisiko sang ibu bisa saja terpapar. Kami memang tidak lakukan isolasi di RSUD terhadap bayi tersebut, karena lebih akan berisiko, apalagi sang bayi tidak ada gelaja,” tuturnya.
Sekretaris Diskes Kota Dumai itu mengatakan, melihat kondisi beberapa pasien yang tanpa gejala tentunya membuat Dumai sangat rawan penyebaran Covid-19. “Jadi kami minta siapapun yang untuk mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan, bagi yang keluar kota terutama zona merah, langsung melapor dan lakukan isolasi mandiri selama 14 hari,” tuturnya.
Ia mengatakan, pihaknya terus melakukan deteksi dini dengan cara rapid test dan di Dumai tengah di persiapkan tempat pengujian swab. “Kita ada labor, tapi saat ini kami masih menunggu alat PCR, jadi jika sudah ada kita lebih cepat mendeteksi,” sebutnya.