DUMAI (RIAUPOS.CO) - Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) RI Nazir Foead meninjau lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, Kamis (20/7). Nazir Foead didampingi Deputi IV BRG RI Haris Gunawan dan Kadis LHK Riau Ervin Rizaldi.
Yang ditinjau adalah karhutla yang terjadi di Taman Wisata Alam (TWA) Mundam. Saat kunjungan itu, BRG melihat pemadaman lahan yang terbakar tersebut. Bahkan, Nazir ikut melakukan pemadaman. Di sana, dia juga mengamati kondisi gambut. Dari pengamatannya, lahan gambut di sana sudah sangat kering. Bahkan menurut BRG, lahan gambut di Riau juga sudah mengkhawatirkan.
“Kami sudah terima laporan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang kemarau di Indonesia. Dari pantauan BRG tentang kekeringan gambut di pesisir timur, Riau sudah mulai mengkhawatirkan,” kata Nazir di lokasi.
Di Sumatera kata dia, ada beberapa daerah titik rawan karhutla. Awalnya kata dia, Sumatera Selatan (Sumsel) yang dikhawatirkan, malah masih baik. Berbeda dengan Riau.
“Sumsel masih baik. Airnya masih 10 centimeter di bawah permukaan tanah. Itu tidak mungkin terbakar. Tapi jauh berbeda dengan Riau pesisir, air tanahnya sudah ada yang sampai satu meter di bawah permukaan tanah,” ujar dia.
Nazir menyebut, dari pantauan BRG, permukaan gambut mulai kering. Paling parah itu di wilayah pesisir timur Riau. “Bengkalis dan Dumai kekeringannya lebih parah daripada Meranti,” ujarnya.
Titik api, kata dia, telah muncul dalam sepekan terakhir. “Makanya kami datang ke sini untuk berdiskusi apa yang harus dilakukan untuk upaya pencegahan dan reaksi cepat,” sebutnya.