Puluhan Hektare Lahan Terbakar di Inhu, Bengkalis dan Siak

Riau | Senin, 19 Juni 2023 - 12:24 WIB

Puluhan Hektare Lahan Terbakar di Inhu, Bengkalis dan Siak
Ilustrasi (INTERNET)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Cuaca panas yang melanda Provinsi Riau sejak sepekan terakhir mulai menimbulkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Seperti yang terjadi di empat kabupaten/kota di Riau selama sepekan terakhir ini.

Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal mengatakan, Karhutla saat ini kembali terjadi di antaranya di Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak, Bengkalis dan Indragiri Hulu (Inhu). ‘’Untuk di Pekanbaru, luasan lahan yang terbakar sekitar 2 hektare. Selain tim darat, untuk memadamkan Karhutla di lokasi ini kami juga menurunkan helikopter water boombing. Saat ini api sudah dapat dikendalikan,’’ kata Edy Afrizal, Ahad (18/6).


Lebih lanjut dikatakannya, untuk Karhutla di Kabupaten Bengkalis seluas 10 hektare, Siak 1,2 hektare dan Indragiri Hulu 20 hektare. Untuk di Inhu juga sudah dilakukan water boombing. ‘’Sebelumnya juga sempat terjadi Karhutla di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), namun untuk di lokasi ini sudah berhasil dipadamkan tim gabungan,’’ sebutnya.

Dipaparkan M Edy Afrizal, hingga saat ini total luas Karhutla di Riau sudah mencapai 541,26 hektare. Lokasi Karhutla tersebut tersebar di 11 kabupaten/kota di Riau. Namun hingga saat ini hanya Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) yang belum terjadi Karhutla. ‘’Untuk Kabupaten Rokan Hulu total luasan karhutla 15 hektare, Rokan Hilir  73,50  hektare, Dumai 99,22  hektare, Bengkalis 191,48 hektare, Kepulauan Meranti 9,75  hektare, Siak 19,71  hektare, Pekanbaru 14,71  hektare, Kampar 21,06  hektare, Pelalawan 31,18  hektare, Inhu 22,15 hektare, dan Inhil 43,50 hektare,’’ paparnya.

Edy juga memaparkan, untuk penanggulangan Karhutla di Riau, hingga saat ini pihaknya sudah mendapatkan bantuan berupa enam unit helikopter. Terdiri dari tiga unit helikopter water boombing dan tiga unit helikopter water boombing patroli. ‘’Untuk saat ini, enam helikopter tersebut masih cukup untuk mengatasi Karhutla. Nanti jika diperlukan lagi, kami akan mengajukan tambahan helikopter,” sebutnya.

Sementara itu, Gubernur Riau  Drs H Syamsuar MSi mengatakan, berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BKMG), puncak musim kemarau di wilayah Provinsi Riau pada tahun ini terjadi pada bulan Juni hingga September. Karena itu semua pihak diminta untuk waspada terhadap karhutla. Pihaknya juga sudah melakukan pemetaan lokasi-lokasi yang cukup rawan terjadi Karhutla. ‘’Kami telah memetakan daerah rawan atau risiko tinggi karhutla tahun 2023 di 12 kabupaten/kota di Riau. Pemetaan ini penting dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya Karhutla yang tidak dapat dikendalikan,’’  katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, untuk antisipasi kebakaran di daerah rawan Karhutla tersebut, pihaknya juga telah menyiapkan sarana prasarana pendukung pencegahan dan penanggulangan bencana Karhutla.  ‘’Sarana prasarana yang disiapkan di antaranya, sumur bor 525 unit, sekat kanal 9.672 unit, embung 1.546 unit, pompa pemadam 817 unit, selang pemadam 1.499 roll,’’ paparnya.

Sedangkan personel yang disiagakan untuk antisipasi pencegahan dan penanggulangan bencana Karhutla Riau tahun 2023 ada sebanyak 17.764 orang personel gabungan. ‘’Personel penanggulangan Karhutla Riau yang siap ditugaskan sesuai kebutuhan ada 17.764 orang. Terdiri dari TNI AD 3.227 personel, TNI AU 60 personel, Polri 5.231 personel, DLHK Riau 455 orang, BPBD Riau 860 orang, Manggala Agni 221 orang, Masyarakat Peduli Api 4.059 orang, Satpol PP Provinsi dan Kabupaten Kota 1.671 personel, dan perusahaan 1.980 orang,’’ jelasnya.

El Nino Sebabkan Cuaca di Riau Panas Terik
Beberapa hari terakhir cuaca di Kota Pekanbaru dan wilayah lainnya di Provinsi Riau terpantau panas terik dengan suhu udara berkisar 34.5°c hingga 35°C. Menurut Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) II Pekanbaru, Ramlan SSi MSi, Ahad (18/6)

Di Juni ini hampir seluruh wilayah di Provinsi Riau sudah memasuki musim kemarau, hal ini juga dipengaruhi dengan kondisi el nino yang juga sudah memasuki kategori sedang. ‘’Kondisi el nino saat ini sudah memasuki kategori el nino lemah menuju el nino sedang,’’ katanya.

Dijelaskan Ramlan lagi, el nino merupakan suatu fenomena di mana suhu permukaan laut (SST) di Samudera Pasifik mengalami peningkatan di atas kondisi normal.

Peningkatan suhu ini menyebabkan pertumbuhan awan lebih tinggi di wilayah Samudera Pasifik tengah dan mengurangi jumlah curah hujan di Indonesia sehingga El Nino menyebabkan Indonesia dilanda kekeringan.

Jika El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik mengalami peningkatan suhu di atas kondisi normalnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya El Nino seperti pemanasan awan. Di mana akan terjadi peningkatan suhu SST dapat menyebabkan pertumbuhan awan yang lebih tinggi di Samudera Pasifik.

Hal ini mengganggu sistem atmosfer global dan mengubah pola aliran angin, yang kemudian berdampak pada iklim global. Lalu arus samudera di Samudera Pasifik mengalami perubahan selama El Nino, karena adanya peningkatan suhu SST menyebabkan penurunan tekanan atmosfer, yang akhirnya mempengaruhi arus samudera dan memicu El Nino.

Bahkan berdasarkan data yang dimiliki oleh BMKG Pekanbaru, cuaca cerah berawan yang terjadi saat ini berlangsung sejak pagi hingga sore hari namun masih ada potensi hujan dengan intensitas ringan terjadi di sebagian wilayah Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi dan Indragiri Hilir.

Bahkan kondisi ini juga akan berlangsung hingga malam hari cerah berawan potensi hujan dengan intensitas ringan terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Kampar, Siak, Pelalawan, Bengkalis dan Kota Pekanbaru.

‘’Suhu Udara di Provinsi Riau 22.5 – 34.5 °C, dengan kelembapan udara 50 – 98 % dan arah angin barat daya – barat laut / 9 – 27 km/jam. Serta prakiraan tinggi gelombang di perairan Provinsi Riau berkisar antara 0.01 – 0.50 m (tenang,red),’’ katanya.

Lanjut Ramalan,cuaca panas juga menyebabkan titik panas (hotspot) update di Pulau Sumatera kembali meningkatkan menjadi 141 titik yang tersebar di Sumatera Utara 5, Sumatera Barat 37, Jambi 9, Bengkulu 19, Sumatera Selatan 13, Bangka Belitung 15, Lampung 7, dan Riau 36 titik.

Untuk di Riau tersebar di Kabupaten Rokan Hulu 8 titik, Rokan Hilir 3 titik, Kampar 9 titik, Kuantan Singingi 11 titik, Siak 1 titik, Bengkalis 3 titik dan Indragiri Hulu 1 titik. ‘’Dampaknya tentu kekeringan, udara terasa terik dan panas, daerah yg kering rentan terhadap kebakaran. Persediaan air tanah semakin berkurang, masyarakat perlu mewaspadai hal tersebut dgn banyak konsumsi air putih agar tidak dehidrasi, tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar,’’ tegasnya.(sol/ayi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook