Populasi gajah sumatera saat ini semakin menurun seiring dengan tingginya laju kehilangan hutan. Gajah sumatera (elephas maximus sumatranus) saat ini berada dalam status kritis (critically endangered) atau dalam daftar merah spesies terancam punah yang dikeluarkan oleh Lembaga Konservasi Dunia (IUCN). Rabu (13/5) satu lagi gajah sumatera di Riau mati karena infeksi saluran pencernaan.
(RIAUPOS.CO) - Seekor gajah sumatera bernama Febri berusia 32 tahun ditemukan mati mendadak di Kebun Binatang Kasang Kulim, Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Rabu (13/5) pagi dengan kondisi badan terbaring. Kepala Balai Besar KSDA Riau Suharyono menjelaskan, keterangan salah seorang pawang gajah (mahot) Darwis pada Selasa (12/5) malam, sekitar pukul 18.00 WIB, Febri tersebut dalam keadaan sehat dan tidak terjadi apa-apa. Gajah bahkan diberi pakan sebanyak tiga kali.
Pertama pukul 08.00 WIB sebanyak dua gerobak (jenis pakan batang jagung), setelah itu pukul 13.00 WIB diberikan makanan kembali sebanyak 1 gerobak (jenis pakan batang pisang) dan selanjutnya, pukul 16.00 WIB kembali diberikan pakan sebanyak 1 gerobak (jenis pakan batang jagung).
Menurut keterangan Darwis, pakan yang diberikan kepada gajah diperoleh dari kebun pisang dan jagung yang berada di sekitar lokasi kebun binatan tersebut. Batang pisang yang diberikan adalah batang pisang yang baru disuplai. Di hari yang sama, sekitar pukul 23.00 WIB petugas keamanan dan pembersih kandang bernama Samosir mendengar suara raungan gajah usai terdengar suara petir yang menggelegar pada malam itu.
Kemudian, Samosir melakukan pengecekan dari jarak 20 meter. Namun, kondisi Febri bergerak seperti biasa maju mundur (sebelum terbaring). Kemudian, Samosir meninggalkan lokasi, lalu keesokan harinya, Rabu (13/5) pagi, sekitar pukul 05.00 WIB, Samosir melakukan pengecekan kembali. Namun, kali ini terlihat Febri dalam kondisi terbaring.
Diceritakan Suharyono, sekitar pukul 06.00 WIB, Samosir menghubungi pemilik kebun binatang. Samosir langsung mendatangi pemilik kebun untuk mengabarkan kejadian tersebut. Dan sekaligus memanggil pawang/mahot gajah bernama Darwis untuk memberi tahu bahwa Febri dalam posisi terbaring dan tidak mau bangun.
Sekitar pukul 07.00 WIB, Darwis melakukan pengecekan dengan memeluk bagian kepala dan bagian belalai gajah, dan ternyata tidak ada napas. Gajah sudah tidak ada lagi (gajah sudah dipastikan mati). Selanjutnya, pukul 08.28 WIB, pihak konservasi (Kasang Kulim) melaporkan kejadian tersebut kepada Balai Besar KSDA Riau.
‘’Setelah mendapat laporan, kami dari Balai Besar KSDA Riau segera menurunkan tim medis untuk melakukan pengecekan dan melakukan nekropsi terhadap bangkai gajah. Nekropsi dimulai dari pukul 12.05 WIB dan selesai pada pukul 16.00 WIB. Dari hasil nekropsi dari tim dokter, maka penyebab kematian satwa tersebut diduga kerena infeksi/radang saluran pencernaan secara masif dan kronis,’’ ujarnya.
“Setelah itu kami langsung melakukan penguburan bangkai gajah tersebut di kawasan atau di area konservasi Kasang Kulim. Terlihat kondisi gajah (badannya) lebih gemuk dan besar, bahkan lebih besar dari gajah lainnya yang bernama Valentine (32),” tambah Suharyono.
Sementara itu, pantauan Riau Pos di lokasi kejadian (Kasang Kulim), gajah lainnya yang bernama Valentine dalam kondisi sehat, begitu juga dengan kondisi satwa lainnya. Bahkan menurut salah seorang petugas di Kasang Kulim, yang enggan disebutkan namanya, mungkin dalam kondisi saat ini (ditutup) ada baiknya.
‘’Kesempatan kami akan lebih banyak untuk melakukan pembersihan kandang satwa,’’ ujarnya.(das)
Laporan DOFI ISKANDAR, Pekanbaru