PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Seekor anak gajah sumatera (elephas maximus sumatranus) berjenis kelamin jantan ditemukan mati di Unit Konservasi Gajah Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Rabu (11/1) pekan lalu.
Gajah yang diberi nama Damar itu sedianya menjadi primadona. Selain karena lahir dari pasangan gajah latih bernama Robin dan Ngatini di kawasan konservasi, anak gajah itu terkenal lucu dan gemar bermain bersama mahout atau pelatih gajah.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Genman S Hasibuan menjelaskan, gajah itu pertama kali terlihat oleh Alex Gunawan, dalam posisi terbaring. Saat itu Alex yang sedang melakukan pengecekan dan hendak memindahkan gajah ke hutan, menyangka Damar masih tidur.
Namun setelah dicek lagi ternyata gajah itu telah mati. Padahal sebelumnya, Selasa (10/1), petugas piket malam bernama Ludinsion Nainggolan melihat Damar masih dalam kondisi baik. Tidak terlihat ada gejala yang mencurigakan seperti terkena sakit hingga pukul 18.00 WIB.
Usai mendapat kabar Gajah Damar mati, Genman langsung menurunkan tim medis BBKSDA Riau. Dokter hewan drh Rini Deswita yang memimpin tim ini langsung melakukan nekropsi untuk mendiagnosa penyebab kematian hewan dilindungi tersebut.
Tim medis mengambil sampel berupa lidah, hati, limpa, lambung, ginjal, jantung, paru paru, dan cairan perikardium dari gajah itu. Hasil nekropsi dikirim ke laboratorium di Kota Bogor untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian gajah Damar.
''Pada Selasa (17/1) hasil uji laboratorium keluar, gajah Damar, jenis kelamin jantan berumur 2 tahun 4 bulan tersebut mati disebabkan terkena Elephant Endotheliotropic Herpes Virus,'' sebut Genman pada Rabu (18/1).
Jenis virus tersebut, kata Geman, memang sulit diprediksi. Karena gejalanya tidak terlihat jelas bila hanya melihat dari fisik gajah. Namun virus ini dapat menyerang dengan cepat, terutama pada anakan gajah.
Genman menyebutkan, selama ini BBKSDA Riau bekerja sama dengan lembaga pemerhati gajah sebagai upaya melakukan pencegahan dan antisipasi kematian mamalia darat terbesar di bumi tersebut. Mulai dari pengecekan medis secara rutin, pemberian obat, vitamin sampai menyuplai makanan yang bernutrisi.
''Ini merupakan berita duka bagi dunia konservasi. Ini merupakan sebuah kehilangan besar bagi kami,'' tutur Genman.(end)