“Saya yang langsung melihat barang bukti itu. Memang seumur hidup belum pernah melihat fisik bom secara langsung. Ada pipa empat buah. Kemudian beberapa serbuk. Ada juga sumbu. Kata Kapolres ada 15 sumbu,” ujar Suyanto.
Setelah barang bukti itu disaksikannya, barulah Densus 88 membawanya.
Sosok Senior
Rasanya Mutiara masih belum percaya ketiga seniornya adalah terduga teroris. Terlebih K, yang selalu beraktivitas bersamanya. Sudah lama dia kenal, tak sedikit pun dia melihat ada hal aneh, bahkan sampai mengarah ke aksi teror. “Kalau kegiatan di sini, Z sama kayak abang-abang lainnya. Kunjungan, lihat adik-adiknya,” kata Mutiara.
Bahkan, mereka para pengurus Mapala Sakai intens berkomunikasi dengan Z. Tak sedikit pun komunikasi mereka mengenai hal radikalisme. Mutiara mengaku, Z memang sering berada di Homestay Mapala Sakai. Kadang, seniornya ini mengerjakan proyeknya di sana. Sepengetahuannya, Z adalah seorang kontraktor. Sering mengambil proyek pekerjaan fisik dan pengadaan.
Dari sisi penampilan dan sikap, Mutiara juga tak melihat adanya keanehan pada Z. Tidak seperti teroris yang dipikiran kebanyakan orang. Pakaian Z, seperti aktivis pecinta alam kebanyakan. Berpenampilan lapangan. “Penampilannya biasa saja. Nggak pernah ekstrem juga. Masih tetap kayak anak lapangan, pakai celana lapangan, pakai baju kaos, sepatu gunung,” sebut Mutiara.
Kalau karakternya kata Mutiara, Z adalah sosok senior yang humoris. Sering dia bercanda gurau dengan Z. Dalam sebulan ini, kata dia, memang sedang banyak kegiatan di homestay itu. Seperti buka bersama dan persiapan musyawarah anggota. Sehingga, banyak senior yang datang. Begitu juga dengan anggota penuh. “Kami intens di sini. Senior pun intens di sini,” sebut dia.
Sehingga, kehadiran Z di homestay itu, menjadi hal yang lumrah saja. Kehadiran senior untuk membantu junior dalam melaksanakan kegiatan organisasi.
Lalu, mengapa bisa Z memiliki bom dan disimpan di Sekretariat Mapala Sakai yang berada di Gelanggang Mahasiswa itu? Itu juga yang tak bisa terjawab oleh Mutiara. “Biasanya di gelanggang dikunci. Tapi Z merasa itu adalah bagian dari dia, dibuka. Kan pakai gembok, mungkin dibongkar,” sebutnya.
Di salah satu ruangan dalam gelanggang itulah disimpan bom. Tapi, Mutiara dan kawannya yang lain tak pernah tahu. “Kami tidak mengetahuinya. Sebab, kami lebih banyak berkegiatan di homestay,” kata dia.
Saat datang sebulan lalu itu, Mutiara dan kawan-kawannya juga tak melihat Z membawa barang yang aneh. Baik itu berupa ransel, atau pun lainnya. “Tak bawa ransel. Kami juga tak pernah nanya,” sebutnya.
Selain Z, D dan K juga diangkut oleh Densus 88. Kabar terakhir, Z sudah ditetapkan sebagai tersangka. Sedangkan D dan K, masih berstatus saksi. Namun mengapa D dan K bisa terlibat, Mutiara juga masih penasaran.
Soal hubungan khusus antara Z dan K, Mutiara hanya melihat seperti hubungan senior dan junior. “Hubungan K dengan Z itu, sama seperti hubungan antara saya dengan Z. Hubungan antara senior dan junior. Hubungan adik sama abang. Hubungan emosionalnya lebih ke persaudaraan,” ujarnya.
K kata dia, juga tak pernah berkomunikasi intens berdua. Mereka juga tak pernah pergi berdua. “Untuk K sendiri, kami berpikiran bahwa dia tidak terlibat. Saya rasa dia hanya sebatas saksi,” kata Mutiara.