TWK Tak Bisa Jadi Penentu Penyingkiran Pegawai KPK

Politik | Senin, 31 Mei 2021 - 09:15 WIB

TWK Tak Bisa Jadi Penentu Penyingkiran Pegawai KPK
Sejumlah pegiat anti korupsi menggelar aksi untuk KPK di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lama, Jalan HR Rasuna Said Kavling C1, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Ritual tersebut dilakukan sebagai simbol pengusiran energi jahat di KPK. (MIFTAHULHAYAT/JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) turut mengomentari polemik yang yang terjadi di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). AHY menegaskan, tes wawasan kebangsaan (TWK) dinilai tak relevan untuk menyingkirkan para pegawai KPK.

"Tes Wawasan Kebangsaan, apakah relevan dengan tugas-tugas pokoknya, untuk bertugas di KPK misalnya, saya rasa tidak relevan kalau untuk mengetahui kepribadian seseorang, karakter dan lain sebagainya. Jadi wajar-wajar saja tapi jangan sampai kemudian menjadikan itu sebagai penentu apakah dia fit atau tidak untuk menjadi petugas di KPK," kata AHY dalam keterangannya, Ahad (30/5).


Putra sulung Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menegaskan agar TWK tidak menjadi dasar penyingkiran para pegawai KPK. "Saya dengar presiden juga sudah menyampaikan bahwa itu tidak boleh menjadi parameter untuk mendiskualifikasi siapapun apalagi kemudian di modifikasi alasannya, seolah-olah karena alasan tersebut tetapi ada alasan lain," beber AHY. "Nah ini tidak boleh. Pada akhirnya akan mengetahui, kebenaran akan terkuak. Saya selalu meyakini kebenaran cepat atau lambat akan mencari jalannya sendiri, begitu pula dengan keadilan," imbuhnya.

AHY menyampaikan, keluarga besar partai Demokrat ingin meyakinkan agar lembaga-lenbaga penegak hukum bisa menjadi role model bagi masyarakat. Sehingga masyarakat juga bisa menilai bahwa ada harapan terhadap kemajuan Indonesia, terhadap institusi-instusi yang memang harus menjalankan tugas-tugas yang tidak mudah untuk menegakan kebenaran dan juga keadilan.

"Ini pekerjaan kita semua. Saya juga terus mengingatkan diri, maksud saya keluarga besar Partai Demokrat untuk sama-sama kita menghindarkan diri kita dari praktek-praktek yang tadi merugikan negara, termasuk korupsi," papar suami dari artis Annisa Pohan itu.

AHY tak memungkiri, godaan untuk melakukan praktik korupsi memang selalu ada. Terlebih setiap orang bekerja untuk mendapatkan kesejahteraan, dan kehidupan yang lebih layak dan lebih baik. "Bisa dikatakan tidak ada batasnya. Itulah sifat dasar manusia, selalu punya ambisi, selalu bisa tergoda," ungkap AHY.

Oleh karena itu, AHY mengingatkan kepada anggotanya untuk bisa lebih hati-hati dalam bekerja. Terlebih banyak dari jajarannya yang menduduki posisi penting seperti kepala daerah maupun anggota legislatif.

"Demokrasi yang adalah produk dari reformasi 1998 itu kan bukan hanya sebagai password indah untuk diucapkan, demokrasi itu banyak implikasinya, salah satu untuk tetap sehatnya demokrasi tadi, hukum tegak di negara kita, adil untuk semua, justice for all," tegas AHY.(jpg)
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook