ADNAN KASRY (GURU BESAR IMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS RIAU)

Air yang Menghidupkan

Petuah Ramadan | Minggu, 17 April 2022 - 09:11 WIB

Air yang Menghidupkan
Adnan Kasry (ISTIMEWA)

Ada dua cerita menarik dan menggelikan yang terjadi dulu semasa kecil pada bulan puasa di kampung. Cerita pertama; sebagaimana kebiasaan anak-anak kecil berumur sekitar 5-6 tahun yang baru belajar puasa, pada sore hari akan berkumpul dan melakukan permainan bola kaki yang bolanya terbuat dari gumpalan karet atau bola yang dipompa terbuat dari kulit dan di dalamnya ada lapisan karet dan diberi pentil. Begitu asyiknya bermain bola sehingga mengucur keringat dengan derasnya yang tentu saja menimbulkan haus dan kerongkongan terasa kering.  

Entah siapa yang memberi tahu, bagi anak-anak kecil bila haus tak tertahankan setelah bermain bola boleh saja berenang ke dalam sungai yang penuh batu besar dan kecil. Waktu menyelam, air di balik batu itu boleh diminum dan tak akan membatalkan puasa apalagi tidak ada  orang yang melihatnya. Pada waktu berbuka puasa, orang tua agak heran mengapa anaknya tidak begitu banyak minum pada hal sorenya dia bermain bola. Anaknya juga tidak bercerita apa-apa dan juga tidak ada pertanyaan dari orang tuanya.


Cerita kedua; salah satu kegiatan pada bulan puasa yang sangat ditakuti oleh anak-anak adalah bila orang tua mengikutkannya mengumpulkan padi di sawah yang selesai disabit dan dibawa ke tempat penumpukan (tambun) padi yang nanti pada suatu waktu akan “dihirik” oleh beberapa orang dengan kaki guna melepaskan butir padi dan tangkai daunnya. Biasanya pengumpulan padi hasil sabitan ini dilakukan pada musim panas, sehingga udara di sawah yang kering terasa sangat panas. Seringkali untuk mengurangi rasa panas tersebut kepala dililit dengan kain yang dibasahkan tapi sulit dilakukan oleh anak-anak. Jalan keluarnya, bila anak-anak sudah sangat kepanasan dan tentu saja  diiringi dengan rasa haus yang sangat menyiksa, orang tua akan menyuruh anaknya berteduh di pinggir sawah yang ada pohon dan parit (bandar air). Di saat itulah ada kesempatan bagi anak-anak untuk berendam di air parit sambil membenamkan kepalanya. Entah sengaja atau tidak, banyak atau sedikit air akan masuk ke mulut sehingga badan pun terasa nyaman dan haus mulai menghilang.

Kedua cerita lama tersebut masih selalu teringat bila bulan Ramadan datang. Peristiwa minum air pelepas dahaga sewaktu berpuasa sewaktu masih anak-anak secara sembunyi-sembunyi bukanlah merupakan kenakalan atau pembohongan pada orang tua, tetapi karena tidak mampu bertahan tidak minum air. Manusia, terutama anak-anak harus segera diganti air yang hilang dalam tubuhnya agar dia selalu berada dalam keadaan segar. Orang tua seyogianya memberikan petunjuk secara sederhana mengapa sewaktu kita berpuasa tidak boleh makan dan minum dan bagi yang melakukannya tentulah puasanya batal. Seandainya anak-anak yang belum wajib berpuasa merasa tidak mampu menahan haus karena ikut melakukan kegiatan yang menguras tenaga, tentu ada dua pilihan. Mengizinkan anak kecil untuk tidak menyelesaikan puasanya pada hari itu, atau tidak mengikutkan bekerja pada kondisi cuaca yang kering dan panas. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa manusia tidak akan mampu bertahan lama tidak minum air, tetapi mampu bertahan hidup tanpa makan beberapa hari. Apalagi kemampuan bertahan anak kecil tidak minum air lebih rendah dari orang dewasa.

Berkenaan dengan kewajiban menjalankan ibadah puasa ini, Said Rasyid Ridha dalam Al Manar mengatakan: “Disamakan dengan orang yang sangat tua, perempuan hamil dan orang sakit yang bertahun-tahun, yang tak dapat diharapkan sembuh lagi, orang yang mencari penghidupan dengan bekerja berat, dan seperti orang yang bekerja di pertambangan”. Apabila mereka tidak sanggup berpuasa, mereka memberi fidyah (Al Baqarah 2:184).  Jadi ada pengecualian atau keringanan bagi orang yang mengerjakan pekerjaan berat, meletihkan yang tentu memerlukan minum air sehingga sukar berpuasa karenanya, seperti buruh-buruh yang bekerja memecahkan batu-batu gunung, buruh kasar yang bekerja berat (seperti buruh pelabuhan atau penuai padi). Juga tersirat makna, ketidakmampuan anak-anak untuk melaksanakan puasa sehari penuh diibaratkan seperti kemampuan orang dewasa yang bekerja keras menguras tenaga. Walaupun puasa tidak wajib atas anak kecil, namun seyogianya wali tetaplah menyuruh anak-anak berpuasa, mengurangi kegiatan yang menguras tenaga, supaya terbiasa berpuasa sejak kecil, menahan haus dan lapar, jika si anak sanggup mengerjakannya. Bila belum mampu berpuasa sepenuh hari, seberapa jam pun dia bisa menahan haus tanpa minum air, itu sudah cukup. Semacam latihan.

Peran Air dalam Kehidupan
Makhluk hidup di dunia ini, baik manusia, hewan, tumbuhan maupun jasad renik, tanpa kecuali sangat menggantungkan kehidupannya pada zat asam (oksigen) dan air. Kedua unsur ini mutlak diperlukan untuk segala bentuk kehidupan. Namun antara keduanya ada perbedaan dalam pemenuhan kebutuhan bagi makhluk hidup. Oksigen diperlukan setiap saat untuk bernafas sehingga tanpa oksigen tidaklah mungkin makhluk hidup akan bertahan hidup dalam jangka waktu yang singkat. Sedangkan air diperlukan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya, namun kebutuhannya sesuai dengan aktivitas yang memerlukan air dan dapat dipenuhi apabila tubuh merasa haus dan dahaga atau bersamaan dengan waktu makan.  

Bagi manusia, air selain diperlukan untuk konsumsi makan dan minum, juga diandalkan untuk keperluan pertanian, industri, peternakan, perikanan, dan lain-lain. Terkait dengan air ini kita juga mengenal istilah perairan dan pengairan yang fungsi dan perannya memiliki perbedaan. Perairan merupakan ruang tempat makhluk hidup berkehidupan dan sebagai sarana pelayaran dan wisata, sedangkan pengairan merupakan sarana terutama untuk pengadaan air bagi pertanian atau industri.

Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50 hingga 70 % dari seluruh berat badan. Air terdapat di seluruh badan. Di tulang terdapat air sebanyak 22 % berat tulang. Di darah dan ginjal sebanyak 83 %. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada dalam organ, seperti 80 % dari darah terdiri dari air, 25 % dari tulang, 75 % dari urat syaraf, 80 % dari ginjal, 70 % dari hati, dan 75 % dari otot adalah air. Kehilangan air untuk 15 % dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. Karenanya, orang dewasa perlu minum 1,5-2,0 liter air sehari. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu ginjal dan kandung kemih di daerah tropis, seperti di Indonesia,  karena terjadinya kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh.

Air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Sebagai contoh, oksigen perlu dilarutkan dulu sebelum dapat memasuki pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. Demikian pula halnya dengan segala zat makanan yang hanya dapat diserap apabila dapat larut dalam cairan yang meliput selaput lendir. Segala reaksi biokimia di dalam tubuh manusia/hewan terlaksana di dalam lingkungan air.

Bahwa air sangat dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat sehari-hari tampak dari tempat-tempat-tempat di Bumi ini yang dipilih masyarakat untuk bermukim, yaitu di sekitar perairan seperti sungai-sungai. Itulah sebabnya kota-kota di dunia pada awalnya terletak di dekat atau berada dalam daerah aliran sungai (DAS). Kota Medan berada  di kawasan Sungai Deli, Pekanbaru di  kawasan Sungai Siak, Jambi di Sungai Batanghari, Palembang di Sungai Musi, Jakarta di Sungai Ciliwung dan beberapa sungai lain, dan Surabaya di Sungai Brantas. London di kawasan Sungai Thames, Paris di kawasan Sungai Seine, Mesir dengan Sungai Nilnya dan begitu pula dengan banyak kota lain di dunia. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi, sudah banyak kota yang tidak lagi berada di kawasan sungai dengan memanfaatkan sumber mata air  atau bendungan yang dialirkan melalui perpipaan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat perkotaan.
Bagi manusia, air bersih sebagai sumber air minum adalah salah satu kebutuhan utama yang mutlak harus ada. Air digunakan untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus, produksi pangan, papan dan sandang. Berbagai penyakit dapat dibawa air kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya, karenanya diperlukan penyedian air bersih/minum bagi masyarakat untuk mencegah penyakit bawaan air, seperti diare, kholera, disentri dan Schistomiasis.  

Pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat tergantung pada kuantitas dan kualitas airnya. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Air minum haruslah tidak tercemar oleh senyawa-senyawa kimia beracun. Dengan kata lain, air minum haruslah menjamin keberlangsungan kehidupan manusia yang jumlahnya terus meningkat dan manusia merasa nyaman menikmatinya. Air bersih harus tersedia dan mencukupi untuk memenuhi berbagai keperluan dan ini hanya akan dapat tercapai apabila sumber-sumber air bersih terjamin keberadaannya. Masyarakat, pemerintah dan pihak swasta secara bersama-sama haruslah harus berperan serta dalam pengadaan air bersih secukupnya, bebas dari pencemaran sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia dan berbagai keperluan lainnya. Pada saatnya nanti, sebagaimana sudah terlaksana di negara-negara maju dan kaya, pemerintah sudah mampu menyediakan air minum tanpa dimasak/diproses lebih dahulu dan tersedia di tempat-tempat ramai serta gratis bagi yang memerlukan, khususnya di perkotaan.

Bagi umat Islam yang setiap bulan suci Ramadan melaksanakan kewajibannya berpuasa pada siang hari sudah merupakan ketentuan menahan diri untuk makan, minum, berjimak  dan lain-lain yang dilarang selama berpuasa. Walaupun melakukan aktivitas berat dan mengeluarkan keringat yang banyak juga harus menahan diri untuk minum air yang akan membatalkan puasanya. Untuk itu, sewaktu menjalankan ibadah puasa kita harus mampu mengatur kegiatan yang menguras keluarnya air dalam sel-sel tubuh agar tidak mengalami dehidrasi. Kekurangan ketersediaan air dalam tubuh manusia  yang sedang berpuasa tersebut akan diganti dengan mengutamakan meminum air pertama kali saat berbuka puasa telah datang pelepas dahaga selama siang hari tanpa terlalu berlebihan. Hal ini diperlukan agar air yang masuk ke dalam tubuh kita melalui lambung dalam bentuk air murni atau air manis menyisakan ruang untuk makanan sebagai sumber energi. Energi makanan ini mutlak diperlukan agar kita dapat melaksanakan ibadah salat Magrib, Isya dan Tarawih dalam keadaan segar dan penuh kegembiraan. Lebih bagus lagi dilanjutkan dengan tadarus membaca Alquran.

Sehubungan dengan keberadaan, fungsi dan peran air bagi makhluk hidup sangat banyak diuraikan melalui Firman Allah SWT dalam Alquran, baik mengenai siklus air, keberkahan air untuk kehidupan maupun air untuk kesejahteraan publik. Di antara ayat-ayat mengenai siklus air tersebut adalah: Allah SWT menciptakan langit dan Bumi dan menurunkan air dari langit (14:32).  Kami turunkan dari langit air yang amat bersih (25:48). Dialah yang menjadikan Bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air dari langit, lalu Dia hasilkan (ciptakan) dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu (2:22). Angin ditiupkan untuk menurunkan air di daerah yang tandus (7:57) dan kebun di dataran tinggi disiram dengan air yang lebat dan air gerimis memadai untuk menyuburkan kebun (2:265).

Keberkahan air untuk kehidupan difirmankan Allah SWT di antaranya: Kehidupan dunia seperti air, yang karenanya tumbuhlah dengan subur tanaman-tanaman  di Bumi. (10:24) dan air banyak manfaatnya (50:9). Dari air Kami jadikan sesuatu yang hidup (21:30), dengan air Dia hidupkan Bumi (10:24) dan tanah yang mati (50:11). Dia menciptakan manusia dari air, punya keturunan dan mushaharah atau punya hubungan kekeluargaan (22:54, 53:46). Allah SWT menciptakan semua jenis hewan dari air (24:45) dan air menyuburkan tumbuh-tumbuhan (16:10). Sedangkan air untuk kesejahteraan publik: Dia-lah yang menurunkan air dari langit untuk kamu minum, menyuburkan tumbuh-tumbuhan dan untuk pengembalaan ternakmu (16:10). Kami beri minum kamu air yang tawar (77:27), dan jika sumber air kamu menjadi kering, siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu? Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah (54:11). Kami jadikan Bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air (air yang banyak) itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan (54:12).

Salah satu contoh yang mengagumkan dalam menyiasati peran air ini bagi  manusia, khususnya umat muslim, adalah penghijauan gurun pasir di banyak negara Timur Tengah. Padang Arafah yang dulunya berupa gurun sekarang berubah menjadi kawasan hijau sehingga memungkinkan jemaah haji dapat menjalani ibadah hajinya dengan khusuk. Ribuan selang air membasahi setiap batang pohon yang ditanam secara berkala. Panasnya udara padang Arafah telah dapat sebagian besar didinginkan dengan kehadiran ribuan pohon peneduh ini dan semburan air dari ribuan pancaran air yang dibangun pemerintah Arab Saudi di kawasan Arafah, dan kemah-kemah didinginkan dengan mengalirkan udara dingin yang mengandung uap air melalui alat pendingin (AC) raksasa. Konon kabarnya, ide menghidupkan Padang Arafah ini melalui penghijaun muncul dari Presiden RI Soekarno sewaktu beliau melaksanakan ibadah haji, yang kemudian dilaksanakan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Pemerintah Arab Saudi sangat berterima kasih dan menghormati Bung Karno sebagai pemimpin negeri muslim terbesar di dunia. Berkat air,  gurun pasir di Timur Tengah telah diubah menjadi hidup sebagai kawasan pertanian, perkebunan dan objek wisata. Bahkan negara-negara Teluk seakan berlomba menghijaukan gurun pasirnya menjadi objek kegiatan yang bernilai ekonomi tinggi, seperti Qatar yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia (Sepak bola)  2024.  Berkat minyak dan gas buminya yang melimpah, negara-negara Timur Tengah berhasil menghidupkan negerinya dengan air yang melimpah hasil teknologi mutakhir dari negeri gurun pasir menjadi negara hijau. Tetapi sebaliknya, banyak negara di kawasan tropis, seperti Indonesia dan Brazil, yang kaya hutan penangkap air hujan dan sumber daya alam  sebagai penghasil sumber daya air yang melimpah relatif secara cepat berpindah menjadi kawasan gurun karena terjadinya overeksploitasi hutan yang lepas kendali.

Konsep pembangunan berkelanjutan bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat saat ini dan di masa datang diramalkan tidak akan dicapai apabila kebijakan overeksploitasi hutan dan sumber daya  tambang tidak dikendalikan dengan benar dan ketat. Pulau Jawa yang merupakan pulau terpadat di dunia tidak lama lagi akan berubah menjadi pulau kota seperti Singapura.***
 Defisit air setiap tahun terus meningkat dan diprediksi pada tahun 2015 saja Pulau Jawa (akan) mengalami defisit air 61 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2000, dan tentu lebih tinggi lagi defisit air saat ini.  Walaupun Pulau Jawa setiap tahun mengalami curah hujan yang tinggi, tetapi melimpahnya air hujan yang sampai ke Bumi dalam bentuk banjir bandang tidak seluruhnya bermanfaat bagi penduduk Jawa karena kualitas airnya yang sangat buruk dalam bentuk pencemaran. Dengan demikian, air di Pulau Jawa bila tidak segera teratasi, maka “air bukan berfungsi menghidupkan malah terjadi sebaliknya”. Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi menunggu giliran mengalami defisit air bersih dan meluasnya lahan kritis.
Di saat kita umat Islam melaksanakan ibadah puasa tahun ini seyogianya juga mencermati bagaimana kondisi perubahan iklim yang mengacaukan prediksi munculnya musim hujan dan musim kemarau. Di mana-mana terjadi banjir bandang yang menimbulkan korban harta dan nyawa, diiringi dengan seringnya muncul angin puting beliung bertiup kencang memporak perandakan kawasan permukiman yang dilaluinya. Diturunkannya air hujan dari langit oleh Allah SWT seharusnya bermanfaat dalam menghidupkan tanah yang mati menjadi subur tempat berkembang biaknya berbagai macam tanaman dan binatang ternak untuk memenuhi kebutuhan manusia dan hewan serta menjadi sumber air bersih yang melimpah untuk masyarakat. Namun, dalam kenyataannya sebagian besar air yang tumpah dari langit ini tidak dapat ditahan dalam tanah karena sebagian besar kawasan hutan berpohon besar telah diubah atau dialihfungsikan menjadi kawasan yang tidak ramah sebagai penangkap air hujan seperti perkebunan sawit dan tanaman industri, dan diobrak abrik menjadi kawasan pertambangan demi slogan pembangunan (ekonomi) namun menjungkirbalikkan kondisi lingkungan yang tidak menghidupkan masyarakat. Kualitas airnya semakin menurun bahkan ada sungai-sungai yang tercemar berat sehingga tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk maupun untuk pertanian dalam arti luas. Ancaman “air tidak menghidupkan” semakin nyata akan terjadi, khususnya di perkotaan. Kiranya sikap menahan diri tidak minum air selama berpuasa dapat dijadikan tamsil pentingnya peran air dalam upaya menghidupkan kehidupan makhluk hidup  secara berkelanjutan. Tanpa air, tidak ada kehidupan.***

Adnan Kasry, Guru Besar Imu Lingkungan Universitas Riau









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook