PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Jalan HR Soebrantas identik dengan kemacetan. Terutama pada jam-jam sibuk. Kemacetan kerap terjadi di u-turn. Penyebabnya, mulai dari keberadaan Pak Ogah sampai banyaknya pengendara yang melawan arus.
Beberapa titik kemacetan yang sering terjadi di Jalan HR Soebrantas di antaranya di u-turn dekat simpang Jalan Putri Tujuh dan u-turn dekat Jalan Cipta Karya.
Kemacetan di u-turn dekat Jalan Putri Tujuh dan SPBU sering terjadi karena banyaknya pengendara yang melawan arus dari jalur lambat dan berbelok di u-turn.
Pantauan Riau Pos sekitar sepekan terakhir, macet parah di titik ini kerap terjadi menjelang pukul 18.00 WIB. Dari pantauan tersebut, simpul macet salah satunya berasal dari kendaraan yang ingin berbalik arah yang datang dari jalur lambat Jalan HR Soebrantas. Sekitar lebih kurang 15 menit saja, wartawan berdiri di sana, ada puluhan kendaraan yang menyeberang lurus dari jalur lambat untuk menuju ke arah Pasar Pagi Arengka.
Kendaraan roda empat hingga sepeda motor ini menyusuri jalur lambat ini keluar dari Jalan Purwodadi dan Putri Tujuh. Mereka menyusuri jalur lambat menuju ke u-turn dekat SPBU. Masalahnya, kendaraan yang dari arah atau keluar dari SPBU juga ingin berbalik arah di u-turn yang sama.
Hal ini dikeluhkan banyak pengendara, terutama yang baru keluar dari SPBU yang berada kurang dari 50 meter dari u-turn tersebut.
Parlin, seorang pengendara mobil bak terbuka ikut mengeluhkan masalah tersebut. Menurutnya, dirinya sudah sering terjebak macet di lokasi tersebut. Namun kondisi semakin parah sejak banyaknya antrean kendaraan mengisi solar di SPBU tersebut.
"Ketemu macet terus setiap kali isi minyak di sini. Apalagi jam-jam sibuk menjelang siang dan juga sore, ampun kita di sini Bang. Memang ada yang bantu itu anak-anak, tapi nampaknya malah tambah macet. Karena mereka kan nolong mobil yang datang dari sana (jalur lambat, red)," kata Parlin yang sedang berada dalam kendaraannya siang terik kemarin.
Sementara itu seorang sopir truk yang sedang mengantre solar juga mengeluhkan hal yang sama. Dirinya menolak kalau antrean pengisi solar menjadi penyebab macet di u-turn tersebut. Di tahu ada kendaraan yang datang dari jalur lambat tersebut. Dia yakin, itulah yang menjadi penyebabnya.
"Kalau antrean di sini ya bikin macet di pintu masuk (SPBU) saja. Di situ (jalur lambat, red) tu yang banyak bikin macet. Harusnya mereka tidak lewat situ. Mereka nyeberangnya lurus, kacau kali," kata pria yang hanya ingin dipanggil dengan sapaan Ucok ini.
Ketika ditanya apakah dua sampai tiga pemuda yang membantu menyeberangkan kendaraan dari lambat itu membantu, Ucok malah tertawa.
Dia mengaku tidak mau berkomentar, karena merasa serba salah.
"Macam manalah ya, sama-sama cari makan. Tapi kadang karena mereka tolong, itulah orang-orang jadi sur pula jadinya lewat situ. Nagih, ya kan," katanya.
Karena padatnya kendaraan yang menyeberang dari jalur lambat ke u-turn tersebut, membuat sejumlah pemuda alias Pak Ogah yang membantu menyeberangkan kendaraan seperti tidak bisa istirahat. Kendati lebih banyak tidak diberikan uang oleh pengendara yang dibantu menyeberang, mereka tetap bertahan di tengah terik matahari di u-turn tersebut.
Sementara itu, salah seorang pengendara yang ingin menyeberang di u-turn dari arah jalur lambat sempat ditanya wartawan, mengapa memilih lewat di sana. Ia dengan gamblang menjawab, jarak u-turn lain di Jalan HR Soebrantas terlalu jauh.
"Biasanya kan lewat depan Riau Pos itu. Tapi udah lama tutup. Masak dari Putri Tujuh ini jauh pula mutar sampai ke Jalan Cipta Karya sana. Kan tidak ada juga larangan lewat sini. Tak ada tandanya," sebut pria yang tidak mau namanya dicatat ini.
Beberapa pengendara lainnya ketika ditanya alasannya memilih menyebrang di sana, termasuk pengendara sepeda motor, keluhannya tetap sama. Kendati berbahaya, mereka tetap nekat karena lebih dekat. Namun lebih banyak tidak menggubris ketika ditanyai wartawan.
Laporan: Hendrawan Kariman (Pekanbaru)
Editor: Eka G Putra