Bau busuk sampah sudah tercium dari kejauhan. Di TPA Muara Fajar yang menampung 850 ton sampah setiap harinya itu, para pemulung mengais rezeki.
Laporan JOKO SUSILO, Rumbai
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Riau Pos menilik Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar di Kecamatan Rumbai, akhir pekan lalu. Dari tepat di persimpangan Jalan Yos Sudarso menuju ke TPA Muara Fajar, memerlukan waktu yang tidak terlalu lama. Hanya sekitar 15 menit.
Dengan jarak tempuh sekitar satu kilometer. Jalan yang dulu tanah dan berdebu, sekarang ini sudah mulus menghitam.
Jalan selebar empat meteran itu telah diaspal sampai ke lokasi TPA. Di kanan kiri jalan terdapat rumah warga. Rumah-rumah penduduk di jalan menuju TPA memang itu tidak banyak, bisa dihitung dengan jari.
Sebagian rumah warga dibangun setengah permanen. Lokasinya sedikit sepi karena jalan itu dibangun khusus untuk akses truk pengangkut sampah. Lalu lalang kendaraan hanya truk pengangkut sampah dan pekerja buruh TPA. Jalan itu mentok, hanya sampai TPA tersebut.
Sepanjang jalan yang bisa dilihat hanya pepohonan, didominasi oleh pohon kurma Indonesia alias pohon sawit. Pohon-pohon sawit itu sudah relatif tinggi, berumur sekitar 10 tahunan.
Pagar beton berdiri tegak mengelilingi luasnya lahan untuk TPA Muara Fajar. Sebelum masuk melalui gerbang TPA, Riau Pos menghampiri seorang petugas yang ada di dalam pos dekat gerbang. Minta izin masuk melihat-lihat dan mengambil foto.
"Iya, silakan masuk. Hati-hati, ya," ujar seorang petugas di pos penjagaan TPA yang tak ingin menyebutkan namanya itu.
Sebelum sampai di gerbang, terlihat antrean panjang truk pengangkut sampah. Truk berjejer rapi di badan jalan tidak jauh dari pintu masuk gerbang TPA. Ada sebanyak 11 truk, dua di antaranya jenis L300.
"Lagi nunggu antrean masuk di timbangan," ungkap salah satu sopir yang mengaku bernama Idam.
Sebagian sopir dan anak buahnya banyak yang istirahat di bawah pohon sawit yang banyak tumbuh di lokasi TPA. Siang itu memang panas sekali. Sinar matahari membakar kulit para pemulung.
Para pemulung sudah lebih dulu tiba di TPA, pemulung sudah sampai di TPA sebelum TPA dibuka. TPA itu dibuka sekitar pukul 05.00 WIB. "Bukanya jam lima pagi, kadang sebelum buka sudah sampai sini lebih dulu. Tetapi kan truk pengangkut agak siang baru mulai berdatangan buang sampah," ungkap pemulung itu.
Pemulung itu bernama Jiro. Tak hanya dia, belasan orang pemulung siang itu sudah banyak mengais di tumpukan sampah. Tuhan masih menyiapkan rezeki di tumpukan sampah itu.
Ratusan ton sampah yang dihasilkan Kota Pekanbaru setiap harinya dibuang di TPA tersebut. Sampai menggunung. Para pemulung itu memilih dan memilah barangkali ada yang bisa diambil untuk dijual. Sebagian pemulung lain beristirahat dibawa pohon sawit. Sebagian lagi makan nasi yang dibawanya dari rumah. Meski bercampur aroma bau khas sampah, mereka tidak merasa terganggu. Dapat makan dengan lahapnya.
"Sudah biasa mencium bau sampah, Pak. Biarpun sampah dan berbau busuk tetapi masih ada rezeki Tuhan di sini," ungkap Upan, pemulung lainnya. Satu jam sebelumnya ia bersama pemulung lainnya terlihat sibuk di kaki gunung sampah di TPA tersebut.
Karena panasnya sinar matahari, para pemulung membangun tenda seadanya saja. Kain yang sudah tak utuh lagi didapat dari tumpukan sampah dijadikan tenda pelindung. Cukup untuk berlindung mengurangi teriknya matahari membakar kulit para pemulung.
"Kehujanan dan kepanasan ya sudah biasalah, kalau hujan bau sampah semakin menyengat, kalau tak biasa ya bisa mual juga. Lumayanlah hasilnya bisa buat makan," ungkap para pemulung itu.
Ada beberapa jenis sampah yang diambil mereka, botol platis, logam besi dan sebagian jenis plastik tertentu. Selain itu, limba sampah lainnya yang dilirik yaitu sisa makanan. Sisa makanan itu terdiri dari sisa nasi, sayuran dan sisa-sisa makanan.
"Sisa makanan juga ada yang ambil. Untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak babi," ungkap pemulung yang mengaku dijuluki dengan nama Baron.
Ia punya beberapa ekor babi di rumahnya. Setiap harinya dia bisa membawa limbah sampah jenis organik itu sampai satu karung penuh.
Sedangkan sampah bekas minuman plastik juga ia ambil dan dipisahkan di karung lainnya. Aktivitas seperti itu sudah menjadi pemandangan rutin setiap hari di TPA tersebut.
TPA tersebut berada di sekitar kebun sawit. Sampai pukul 16.00 WIB, truk-truk pengakut sampah terkadang masih ada yang membuang sampah di TPA tersebut. Sebelum ditumpahkan isi sampah truk ke TPA, harus melalui timbangan untuk mengetahui betar tonase muatan sampah yang dibawa sopir.
Alat berat juga sudah siap untuk mengggaruk dan meratakan sampah yang setiap kali ditumpahkan truk. Sampah yang dibuang di TPA Muara Fajar tersebut terus meningkat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru, Hendra Afriadi SH MSi pengangkutan sampah di Kota Pekanbaru dikelolah oleh pihak ketiga yang mencapai 800-850 ton setiap harinya.
"Kota Pekanbaru menghasilkan sampah sampai 850 ton setiap harinya, itu data yang sampai di TPA Muara Fajar, sampah memang cukup banyak," ujar Hendra.***