PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kasus penculikan anak yang dilakukan oleh pria yang berprofesi sebagai badut jalanan di Kota Pekanbaru menggemparkan masyarakat. Bukan hanya diculik dan dikurung, anak di bawah umur yang menjadi korban juga mendapatkan kekerasan seksual oleh pelaku selama penculikan berlangsung. Ia juga terpancing karena iming-iming uang dan baju baru oleh pelaku.
Menanggapi kasus ini, salah seorang psikolog di Pekanbaru, Lailatul Izzah MPsi tak menampik bahwa banyak pemberitaan mengenai kasus kekerasan seksual khususnya pada remaja sangat mengguncang hati nurani. Terlebih untuk kasus ini yang menjadi korban adalah tergolong usia remaja yang merupakan kelompok rentan dan memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada orang dewasa.
''Jika dilihat dari usia korban , tergolong memasuki remaja awal ya, 15 tahun ini. Tentunya ini adalah masa di mana pencarian jati diri, di masa ini sangat memerlukan role model terutama orang tua. Anak usia ini perlu pengawasan dari orang tua dan orang tua perlu membangun attachment (ikatan emosional) yang kuat sehingga anak tidak mencari perhatian dan kelekatan keluar dari lingkungan rumah,'' ujarnya yang bertugas sebagai dosen Prodi Psikologi Islam IAI Diniyyah ini.
Kasus yang terjadi pada remaja ini dikatakannya akan memberi dampak fisik dan psikis pada korban. ''Misal fisiknya anak secara biologis belum siap dan akan mengalami rasa sakit dan akan mengalami masalah seperti masalah kesehatan,'' terang psikolog Sekolah Kak Seto Pekanbaru ini.
Adapun dampak secara psikis juga akan dialami korban seperti stres dan traumatis. ''Dampak yang muncul dari kekerasan seksual kemungkinan adalah depresi, fobia, dan mimpi buruk, curiga terhadap orang lain dalam waktu yang cukup lama,'' terangnya.
Karena itu, ia menilai, keberadaan dan peran serta keluarga khususnya orang tua sangat
penting dalam membantu anak dalam proses memulihkan diri dan penyesuaian pasca-mengalami kekerasan seksual.
''Seperti dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga dapat berdampak besar pada proses pemulihan anak korban kekerasan seksual seperti dukungan sosial dan emosional, meningkatkan komunikasi dengan anak, keterlibatan orang tua terhadap proses penanganan kekerasan seksual yang dialami anak, dan sebagainya,'' paparnya.
Dengan adanya dukungan dan keterlibatan dari orang tua harapannya, anak mendapatkan apa yang dibutuhkannya sehingga tidak mudah percaya kepada orang asing dan tidak mudah menerima hadiah dari orang asing.(azr)