PERJALANAN MUZDALIFAH KE MINA TERSENDAT

Jemaah Haji Indonesia Kelaparan dan Kehausan

Nasional | Kamis, 29 Juni 2023 - 16:03 WIB

Jemaah Haji Indonesia Kelaparan dan Kehausan
Jemaah haji dari berbagai negara berkumpul di jamarat untuk prosesi melontar jumrah. (AFP )

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Kericuhan sempat terjadi di Muzdalifah. Sejumlah jemaah kelelahan karena terpapar terik matahari dalam waktu lama. Pemicunya adalah penumpukan jemaah yang terlambat diangkut ke Mina. Kondisi tersebut disebabkan kemacetan di jalur Mina–Muzdalifah, sehingga kedatangan armada bus sempat tersendat.

Sesuai dengan skenario yang ditetapkan Kemenag, jemaah mulai diangkut meninggalkan Muzdalifah pada 27 Juni (9 Zulhijah) pukul 23.40 waktu setempat.


Proses pengangkutan jemaah dari Muzdalifah menuju Mina tersebut dijadwalkan selesai pada 28 Juni (10 Zulhijah) pukul 09.00 waktu setempat. Akibat kemacetan dan keterlambatan armada bus itu, seluruh jemaah Indonesia baru selesai diangkut ke Mina pukul 13.30 waktu setempat. Atau mundur lebih dari 4 jam.

Anggota DPR dari Fraksi PKB Maman Imanulhaq melalui pesan singkatnya menyampaikan, jumlah jemaah yang terlambat diangkut itu mencapai ribuan. Kepadatan jemaah akibat arus armada bus tidak lancar tersebut mulai tampak pada Rabu (28/6) dini hari.

"Mohon doanya, ribuan jemaah tertunda di Muzdalifah dari sejak malam sampai menjelang zuhur. Mereka kehausan dan kelaparan," katanya.

Tadi malam Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief mengatakan, kemacetan di jalur Mina–Muzdalifah sudah terurai. Perjalanan bus yang membawa jemaah lebih lancar sampai di Muzdalifah dan memperlancar arus pemberangkatan jemaah menuju Mina.

Hilman memantau langsung ke Muzdalifah untuk melihat kondisi jemaah yang menunggu dibawa ke Mina. Dia memberikan penjelasan kepada jemaah yang menunggu bus jemputan. Selain itu, dia meminta kepada masyariq atau perusahaan layanan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

"Sekitar jam 13.30 waktu Arab Saudi, semua jemaah Indonesia sudah naik bus menuju Mina," tutur Hilman. Dia menjelaskan bahwa keterlambatan proses evakuasi atau pengangkutan jemaah disebabkan kemacetan di jalur taraddudi (shuttle). Jalur tersebut berputar mengangkut jemaah dari Muzdalifah ke Mina.

Di antara penyebab kemacetan tersebut adalah banyaknya jemaah dari penjuru dunia yang ikut melaluinya. Jemaah memadati jalan karena akan melakukan lontar jumrah setiba di Mina. Akibatnya, jalan menjadi padat karena armada bus dan jemaah yang berjalan. "Jalur taraddudi sejak pagi dipadati bus yang antar jemput jemaah," ungkapnya.

Hilman mengatakan, keterlambatan pengangkutan jemaah tidak hanya dialami jemaah Indonesia. Jemaah dari negara lain seperti Filipina, Malaysia, dan lainnya juga terlambat. Saat ini, lanjut Hilman, petugas sedang menyiapkan mitigasi potensi penanganan masalah di Mina. Dia berharap keterlambatan pengangkutan jemaah itu tidak membawa efek domino di Mina.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Subhan Cholid mengatakan, dua pekan sebelum puncak haji, sudah ada rapat bersama Kementerian Perhubungan Saudi, Kementerian Haji Saudi, dan pemerintah Indonesia. Salah satu hasil rapat adalah kesepakatan supaya angkutan masyair tepat waktu.

Skenarionya adalah setiap maktab atau hotel jemaah disediakan 21 unit bus. Sehingga dalam tiga trip perjalanan, seluruh jemaah sudah selesai menuju ke Arafah. Kemudian, perjalanan dari Arafah ke Muzdalifah dengan jarak 4 km, jumlah bus dikurangi tetapi perputarannya diperbanyak. Tujuannya mencegah penumpukan bus di jalan.

Kemudian, pengangkutan jemaah dari Muzdalifah ke Mina dengan jarak sekitar 2 km, disediakan lima unit bus untuk setiap maktabnya. Subhan menyebut, trip pengangkutan jemaah dari tengah malam sampai pukul 06.00 berjalan lancar.

Setelah itu, jemaah dari penjuru dunia yang sudah berada di tenda di Mina keluar menuju jamarat. Akibatnya, terjadi kemacetan dan menghambat perjalanan bus pengangkut jemaah dari Muzdalifah ke Mina. Subhan mengatakan, baru sekitar pukul 10.00 waktu setempat jalanan bisa disterilkan dari pejalan kaki. Sehingga perjalanan bus menjadi lancar.

Di bagian lain, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memantau soal pelayanan kesehatan. Dia mengatakan, setelah ibadah wukuf, jumlah jemaah yang butuh perawatan kesehatan meningkat. Saat pelaksanaan wukuf, dikabarkan ada tujuh jemaah yang wafat di KKHI Makkah. "Ada catatan dari Dirjen PHU dan Kapuskes. (Supaya) di Mina juga perlu diwaspadai," tuturnya.

Yaqut mengakui bahwa kondisi di Mina jauh lebih berat dibandingkan di Arafah. Sebab, jemaah akan tinggal lebih lama di tenda di Mina. Selain lebih lama, juga ada aktivitas perjalanan jemaah dari tenda ke tempat melontar jumrah. "Jika di Mina tidak dipersiapkan dengan betul, kejadian yang sama (dengan di Arafah) akan terulang, banyak jemaah yang tumbang, termasuk lansia," jelasnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook