JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Di beberapa daerah di Indonesia terjadi banjir. Di sisi lain, beberapa daerah sudah tidak hujan atau memasuki masa kemarau. Anomali ini menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemarau tidak terjadi bersamaan di seluruh tanah air.
Pada awal Juni, BMKG memprediksi bahwa 21 persen wilayah Indonesia bakal mengalami kemarau. Sisanya masih berpotensi hujan. Bahkan bisa jadi menimbulkan banjir jika intensitasnya tinggi.
Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Harry T Djatmiko mengungkapkan anomali ini dikarenakan dua hal. Pertama karena ada aktivitas gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) di sekitar Indonesia. ”Selain itu suhu permukaan laut di sekitar Indonesia masih hangat sehingga penguapan cukup tinggi,” ucapnya kemarin (11/6) saat dihubungi Jawa Pos (JPG).
MJO tersebut membuat aktivitas pembentukan awan hujan di Indonesia bagian tengah dan timur. BMKG memprediksi selama lima hari kedepan masih terjadi hujan di beberapa wilayah seperti Sumatera Barat, Kalimantan Utara, hingga Papua.
Lebih spesifik, Deputi Kepala Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Prabowo menuturkan, dominasi angin muson timur yang bertiup dari benua Australia melewati Indonesia bagian selatan ekuator membuat musim kemarau. Peristiwa tersebut diprediksi berlangsung hingga bulan September atau Oktober.
Pada periode itu juga ada gangguan atmosfer dalam bentuk Osilasi Madden-Julian. Yakni, pola perpindahan yang menyebar dengan kecepatan sekitar 4 hingga 8 m/s melalui atmosfer di atas bagian hangat dari samudra Hindia dan Pasifik. Pola sirkulasi keseluruhan tersebut menimbulkan curah hujan yang tidak normal.(han/lyn/jpg)