BANTU TINGKATKAN CURAH HUJAN DAN ANTISIPASI KARHUTLA

Masuk Kemarau Kering, Lakukan Modifikasi Cuaca

Riau | Senin, 05 Juni 2023 - 11:20 WIB

Masuk Kemarau Kering, Lakukan Modifikasi Cuaca
M Edy Afrizal Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau (ISTIMEWA)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menginformasikan bahwa di bulan Juni 2023 seluruh wilayah di Riau sudah memasuki musim kemarau kering. Untuk itu, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menyemai garam di awan potensial masih terus dilakukan. Ini bertujuan membantu meningkatkan curah hujan di wilayah Riau.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal mengatakan, hujan buatan ini diharapkan bisa membantu proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta membasahi lahan gambut di Riau agar terhindar dari kebakaran lahan. “TMC masih terus berjalan tahap kedua untuk antisipasi kebakaran lahan,” katanya, Ahad (4/6).


Lebih lanjut dikatakannya, hingga saat ini sudah 18 kali shortie atau 14,4 ton garam yang telah disemai di daerah rawan kebakaran dan memiliki potensi awan seperti Rokan Hilir, Kepulauan Meranti, Pelalawan dan Siak. “Cadangan garam tersisa 10,6 ton. Kita harap TMC ini dapat membantu dalam pencegahan maupun penanganan kebakaran lahan di Riau tahun 2023,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Stasiun BMKG II Pekanbaru, Ramlan SSi MSi menjelaskan, 80 persen wilayah di Provinsi Riau sudah memasuki musim kemarau yang membuat cuaca di sejumlah kota mengalami panas terik, namun terkadang terjadi hujan lokal.

BMKG sebelumnya telah memprediksi musim kemarau di tahun 2023 akan jauh lebih kering jika dibandingkan dengan periode tiga tahun terakhir (2020-2022). Diperkirakan Maret dan April merupakan musim penghujan, kemudian Mei mengering, Juni sampai September itu kemarau kering.

‘’Kondisi cuaca yang kering ini mengakibatkan potensi terjadinya karhutla akan semakin mudah terjadi. Sehingga pencegahan harus dilakukan sejak dini. Sebagai bentuk antisipasi, salah satunya dengan penyemaian benih hujan di sejumlah awan yang ada di wilayah Provinsi Riau,’’ ujarnya.

Dikatakan Ramlan, dalam kondisi musim kemarau kering ini, jika karhutla terjadi maka akan semakin sulit dipadamkan. Pasalnya, Riau memiliki karakter tanah gambut yang mengandung bahan mudah terbakar berupa sisa tumbuhan sampai di bawah permukaan tanah. Sehingga jika terjadi kebakaran, maka api akan menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat dan sulit dideteksi, serta menimbulkan asap tebal.

“Kebakaran yang terjadi di lahan gambut sulit dipadamkan sehingga bisa berlangsung berhari-hari. Api yang berada di bawah permukaan tanah akan sulit dideteksi pergerakannya. Karenanya perlu pencegahan sejak dini,” katanya.

Namun, Ramlan meminta kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir. Karena potensi hujan tersebut masih ada, meskipun di musim panas kering. “Semua langkah antisipasi sudah dilakukan pemerintah tetapi masyarakat juga harus mendukung dengan tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Gunakan pelindung saat beraktivitas di luar ruangan dan banyak konsumsi air minum agar tidak dehidrasi,” tuturnya.

Sementara itu, update titik panas, tercatat sebanyak 137 muncul di Pulau Sumatera yang tersebar di Sumatera Utara (1 titik), Bengkulu (9 titik), Jambi (15 titik), Lampung (19 titik), Sumatera Barat (39 titik), Sumatera Selatan (28 titik), Bangka Belitung (17 titik), dan Riau (9 titik).

“Di Provinsi Riau, titik api tersebar di Kabupaten Pelalawan (1 titik), Rokan Hilir (5 titik), Indragiri Hilir (2 titik), dan Indragiri Hulu (1 titik). Suhu udara 24.0 – 33.0 °C, kelembapan udara 60-99 persen, angin selatan-barat /10–36 km/jam dan prakiraan tinggi gelombang di perairan Riau berkisar antara 0.01–1.25 meter (tenang-rendah),” ujarnya.(das)

Laporan SOLEH SAPUTRA dan PRAPTI DWI LESTARI, Pekanbaru

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook