JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menghormati kritik dari Indonesia Corruption Watch (ICW) terkait masa kepemimpinannya. Polisi jenderal bintang tiga ini menyebut kritik tersebut merupakan bentuk kecintaan publik terhadap KPK.
"Saya mengucapkan terima kasih atas perhatian rekan-rekan, kalau ada yang mengkritisi itu menandakan bahwa itu kecintaan dan kepedulian kepada KPK. Termasuk yang disampaikan oleh ICW," kata Firli dikonfirmasi, Kamis (12/3).
Mantan Kapolda Sumatera Selatan ini menilai wajar, jika ICW secara terus-menerus mengkritik lembaga antirasuah era kepemimpinannya. Bahkan, sejak awal Firli menjabat, ICW tak bosan-bosannya mengkritik peran Firli di KPK.
"Saya menghormati kritik dari kawan-kawan dari ICW. Karena selama ini mereka memang menjalankan tugas dan peran untuk mengkritik. Justru kami akan heran jika ICW memuji," ucap Firli.
Sebelumnya, ICW mendesak Firli Bahuri untuk mundur dari pucuk pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lembaga antirasuah dibawah kepemimpinan Firli dinilai tidak mampu bekerja optimal terhadap upaya pemberantasan korupsi.
"Lebih baik saudara Firli Bahuri mengundurkan diri saja dari struktur Pimpinan KPK. Sebab, ia tidak mampu membawa KPK ke arah yang lebih baik. Justru yang tampak adalah semakin menurunnya kepercayaan publik pada KPK," kata peneliti ICW, Kurnia Ramadhana dalam keterangannya, Kamis (12/3).
Kurnia lantas menyoroti penanganan kasus dugaan suap proses pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR periode 2019-2024 yang menjerat mantan caleg PDI Perjuangan, Harun Masiku. Terlebih sudah dua bulan lebih terhitung sejak ditetapkan sebagai tersangka pada Kamis, 9 Januari 2020 Harun belum juga keluar dari persembunyiannya.
"Khusus untuk Harun Masiku, sudah dua bulan yang bersangkutan tidak mampu ditemukan oleh KPK. Bahkan publik pun tidak mengetahui sudah sejauh mana perkembangan pencarian yang dilakukan oleh KPK," sesal Kurnia.
Ia pun membandingkan penanganan perkara yang menjerat Harun dengan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin yang bisa ditangkap di Cartagena, Kolombia, dalam jangka waktu 77 hari. Kurnia menduga Firli Cs bukan tidak mampu menangkap Harun, melainkan enggan untuk meringkusnya.
"Menjadi wajar jika publik pesimis dan mengasumsikan bahwa KPK bukan tidak mampu menemukan Harun Masiku, akan tetapi memang tidak mau," tegas Kurnia.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal