PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - Narapidana yang meninggal akibat terbakarnya Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I A Tangerang, Kota Tangerang terus bertambah. Tiga narapidana yang sebelumnya mengalami luka bakar dinyatakan meninggal dunia. Mereka ialah Hadiyanto, Adam maulana dan Timothy Jaya. Sehingga, korban meninggal semuanya menjadi 44 orang.
Dokter Jaga ICU Bedah RSUD Kabupaten Tangerang dr Santika Budi Andyani menyatakan, Adam mengalami luka bakar berat sekitar 98 persen. Dia mengalami kondisi infekai berat hang telah mengganggu organ-organ lain.
"Jadi ketiga narapidana yang meninggal pagi tadi dari mulai 03.00 WIB itu yang pertama atas nama tuan A (Adam) yaitu meninggal pukul 03.00 WIB pagi," ujarnya.
Tiga jam kemudian atau tepatnya pukul 06.00 WIB, narapidana Hadiyanto dinyatakan meninggal. Dia diketahui memiliki luka bakar hingga 60 persen sampai 80 persen. Sedangkan Timothy dinyatakan meninggal pukul 09.00 WIB akibat luka bakar yang mencapai 80 persen.
"Sudah mengalami gangguan multi organ seperti gangguan ginjal, gangguan livernya," ujarnya.
Santika menerangkan, saat datang, ketiga pasien telah mengalami trauma inhalasi. Pihaknya langsung memasangkan ventilator. Ketiga pasien juga mengalami gangguan multi organ seperti gangguan ginjal dan liver.
"Sampai akhirnya jatuh ke kondisi shock, obat-obatan semuanya sudah maksimal tapi respon dari pasien minimal sekali," terangnya.
Dia menambahkan, terdapat empat napi lainnya yang akan dioperasi. Satu orang dalam kondisi sadar karena hanya mengalami luka bakar 13,5 persen. Sedangkan tiganya lainnya mengalami luka bakar diatas 50 persen. Menurut Santika, pasien yang mengalami 13,5 persen luka bakar masih memiliki peluang hidup.
"Cuma untuk kondisi yang diatas 50 persen memang agak sulit ya karena sudah terjadi gangguan multi organ lainnya tidak sadarkan diri," ungkapnya.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Yassona Laoly sempat menjenguk para korban selamat di RSUD Kabupaten Tangerang, kemarin (9/9). Dia mengaku sempat berkomunikasi dengan para korban.
"Baik yang di iCU atau tidak di ICU ada yang kondisinya cukup baik saya bicara tadi dia mengatakan bagaimana api dari atas kemudian jatuh baranya ke bawah terbakar matras," katanya.
Yassona memastikan tiga korban yang baru meninggal mendapatkan santunan sebesar Rp30 juta. Selain itu, semua biaya pemulasaraan para korban ditanggung oleh pemerintah.
"Dan semua biaya pemulasaraan , pemakamakan, biaya pengurusan jenazah kita urus," katanya.
Yassona enggan berkomentar banyak terkait adanya dugaan tindak pidana atas kebakaran itu. Dia menyerahkan semua itu ke kepolisian. Dirinya hanya akan fokus pada penanganan pasien.
"Ya itu kami serahkan saja ke Polri. Gak usah berspekulasi dulu setelah tuntas ada itu ya kita ini kan masih (fokus pemulasaraan dan pemulihan korban)," ucapnya.
Anak korban Timothy Jaya, Andrew, mengaku ikhlas atas kepergian orang tuanya. Dia menilai semua yang terjadi hanyalah kecelakaan.
"Kita baiknya doa sama-sama semoga yang terbaik di kesempatan kali ini saya ucapkan tidak menyalakan siapa siapa, termasuk menteri atau pemerintah. Saya menilai ini suatu kecelakaan, ini musibah yang semuanya tidak ada yang menginginkan nya," katanya singkat.
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Banten Agus Toyib menyebutkan, para napi yang selamat telah dipindahkan ke blok lainnya. Saat ini, tidak ada lagi napi yang berada di musala.
"Masih didalam kan di pindahkan ke blok-blok lain dimana yang dia bisa masuk. Kan hanya sekitar 70an ya," ujarnya kepada Jawa Pos (JPG), kemarin (9/9).
Terkait dugaan adanya tindak pidana, Agus menyerahkan hal tersebut ke kepolisian. Dia juga enggan mengomentari adanya dugaan kebakaran akibat bentrokan dua napi narkotika.
"Ya nggak tahulah. Yang jelas kita masih konsentrasi seperti yang disampaikan pak Menteri, konsentrasi ke penanganan yang korban meninggal dan dirawat," katanya.
Diketahui, sebelumnya terdapat orang tua korban yang mengaku telah melakukan komunikasi dengan sang anak sebelum terjadinya kebakaran. Tak hanya itu, terdapat pula korban bernama Petra Eka yang sempat mengunggah foto dirinya bersama temannya di status instagramnya pribadinya @Petraeka.11. Dia pun menulis : perasaan dari kemaren-kemaren kok gw tiba-tiba kepikiran pulang mulu ye!!!.
Terkait hal itu, Agus mengaku akan melakukan investigasi mendalam. Namun, pihaknya akan fokus terhadap penanganan korban.
"Tentu iya (investigasi) tapi kitakan sekarang seperti yang disampaikan bapak Menteri kita bagaimana menangani pasien meninggal dan yang juga sedang sakit," ungkapnya.
Sementara itu, Kalapas Kelas IA Tangerang Victor Teguh Prihartono juga membantah kebakaran disebabkan adanya dua kelompok napi narkotika yang bertikai. Dia mengklaim kejadian itu hanyalah musibah.
"Karena saya yang ada di lapangan dan saya bertugas di sini. Saya pikir itu dugaan, tapi namanya musibah, kapan saja bisa terjadi," katanya.
Kepolisian, kata Victor, telah membawa kabel-kabel yang berantakan di TKP. Kabel-kabel itu diduga digunakan napi untuk mencolong listrik.
"Mungkin mereka buat instalasi mungkin buat mereka nyolong listrik, mungkin nyolong pemanas air, ini kehidupan napi," ungkapnya.
Victor juga tidak memungkiri adanya penggunaan HP oleh narapidana. Oleh sebab itu pihaknya telah rutin melakukan penggeledahan.
"Kalau peredaran hp itu merupakan pelanggaran disiplin sepanjang tidak diketahui tidak masalah, kalau kedapatan ya harus dilakukan pemeriksaan dan proses hukuman disiplin," katanya.(dom/jpg)