RIAUPOS.CO - Hidroponik tidak hanya menjadi solusi bagi pertanian perkotaan. Hidroponik juga bisa menjadi penyaluran hobi pertanian tanpa kotor dan sibuk. Sayuran yang ditanam dengan sistem hidroponik tidak perlu disiram dan dipupuk secara rutin, juga tidak memerlukan tanah. Sebab jika mesin pompa air sudah menyala, maka tinggal mengontrolnya sekali sepekan, tidak perlu setiap hari.
Menurut Ketua Komunitas Hidroponik Riau, Asridalfiyan, hidroponik bisa menjadi hobi, sekaligus mendatangkan cuan. Fiyan sendiri telah mengembangkan tanaman hidroponik sejak tahun 2016. Dari sekadar hobi, kini dia telah mulai berbisnis dengan menjual sayuran dari hasil hidroponik ini ke beberapa pusat perbelanjaan di Pekanbaru. Dia memasok sayuran ke Pasar Buah Jalan Tuanku Tambusai, Pasar Buah 88 di Jalan Riau, Hawai di Jalan Durian, dan Hawai di Rumbai. Harga sayuran hidroponik berbeda dengan sayuran konvensional yang ditanam di tanah. Salah satu perbedaannya adalah bahwa tanaman hidroponik ini bebas pestisida, sehingga lebih aman untuk dikonsumsi. Harganya juga relatif mahal dibanding sayuran biasa.
Harga satu paket sayuran dengan berat 200 sampai 250 gram dibanderol antara Rp9 ribu hingga Rp10 ribu. Satu paket sayuran ini setara dengan satu ikat sayuran biasa yang harganya di pasar hanya Rp3.000 per ikat.
Kenapa sayuran hidroponik lebih mahal? Sebab treatment yang diberikan kepada sayuran ini juga berbeda. Nutrisinya dipakai dari AB mix yang dibeli dengan harga relatif mahal. Selain itu ada biaya instalasi hidroponik, listrik, bahkan pembuatan green house yang tidak murah. Pada beberapa green house, termasuk milik Asridal, disediakan juga kipas angin atau blower dan exhaus fan untuk mengeluarkan udara di dalam green house dan menjaga sirkulasi udara. Treatment ini menyebabkan green house yang biasanya relatif panas karena udara yang terkurung bisa menjadi lebih sejuk. Terjadi sirkulasi udara dan ini bagus untuk pengembangan sayuran. Inilah yang menyebabkan sayuran hidroponik lebih mahal dibandingkan sayuran konvensional lainnya yang ditanam di tanah. Akan tetapi kendati harganya lebih mahal, menurut Asridal, sayuran hidroponik ini tetap laku di mal-mal dan pasar modern.
Sejauh ini, bukan hanya Fiyan yang menguasai pasar sayur hidroponik di Pekanbaru. Fiyan memasarkan produknya dengan nama GBW Kampoeng Hidroponik. Dia memiliki 9 ribu hingga 10 ribu lubang tanam dari tiga green house yang dimilikinya. Masing-masing green house berukuran 10 x 30 meter, 9 x 15 meter dan 8 x 8 meter. Ada beberapa rekan sesama pegiat hidroponik yang juga memiliki instalasi hidroponik dengan lubang tanam yang banyak. Green house mereka juga besar-besar dengan lubang tanam yang banyak.
Misalnya ada Mom’s Dream Hidroponik di Jalan Pahlawan Gang Rukun, Arengka, dengan 14 ribu lubang tanam. Ada juga DK Farm Hidroponik di Jalan Pesantren, Tangkerang Labuai, dengan 6 ribu lubang tanam. Ada juga Ratu Hidroponik di Rumbai dengan 8 ribu lubang tanam. Lalu ada Pekanbaru Green Farm dengan 5 ribu lubang tanam. Total saat ini ada 26 hingga 28 merk dagang hidroponik besar di Pekanbaru yang memasok sayuran hidroponik mereka di pasar buah dan mal yang ada di kota ini.
Perkembangan ini cukup signifikan karena menurut Asridal, tahun 2018 sampai 2019 sebelum Covid-19, hanya ada tujuh hingga delapan pemain hidroponik skala besar.
“Sekarang jumlahnya sudah meningkat jauh lebih banyak,” ujar Fiyan.
Artinya, jika pertanian hidroponik ini digarap serius, maka akan bisa menjadi ladang bisnis baru bagi masyarakat perkotaan, termasuk di Pekanbaru. Sebab, pasar hidroponik di Pekanbaru sudah terbentuk.
Racik AB Mix Sendiri
Para petani hidroponik biasanya membeli AB mix yang disediakan di toko-toko dari racikan pabrikan yang sudah berskala nasional. Akan tetapi untuk efisiensi penggunaan AB mix, maka sudah dimulai juga adanya beberapa inovasi dengan racikan AB mix sendiri. Fiyan termasuk pegiat hidroponik yang sudah meracik AB mix sendiri, sehingga dia bisa memangkas pengeluaran untuk penggunaan AB mix.
“Kalau kita meracik sendiri, bisa hemat pengeluaran hingga 40 persen,” ujar Asridalfiyan.
Racikan AB mix yang digunakannya pun diklaim bisa memiliki khasiat nutrisi yang lebih baik dan bertahan dibandingkan AB mix yang dijual di toko. Misalnya, dengan menggunakan AB mix premium, dahulunya dia memerlukan kekentalan AB mix 800 PPM untuk satu rangkaian instalasi. Tetapi dengan racikan sendiri, dia hanya perlu kekentalan AB mix dengan ukuran 400 sampai 500 PPM saja.
“Jadi bisa lebih efisien,” ujarnya.
Dengan adanya 9 ribu hingga 10 ribu lubang tanam, maka dia bisa menghasilkan penghasilan kotor Rp13 sampai Rp14 juta per bulan. Adapun ongkos produksinya sekitar Rp4 hingga Rp5 juta per bulan. Itu sudah dihitung biaya penyusutan dari green house, paralon, plastik UV, pompa, termasuk AB mix, rockwool, bibit, listrik, dan lain sebagainya.
Pertanian hidroponik ini bisa dilakukan untuk sekadar hobi dan untuk konsumsi sendiri. Jika masih di bawah 1000 lubang tanam, maka belum prospek untuk dibisniskan dan sebaiknya hanya untuk hobi saja atau konsumsi pribadi. Hidroponik ini baru bisa menguntungkan jika di atas 5 ribu lubang tanam sehingga panen sayuran bisa dilakukan bergantian, dan bisa dijadikan lahan bisnis baru.(muh)