Laporan AGUSTIAR, Pekanbaru
RIAUPOS.CO - Bagi masyarakat, khususnya Kota Pekanbaru yang punya hobi bercocok tanam atau bertani, tapi bingung tak punya lahan yang luas, jangan pusing. Kini telah banyak metode bercocok tanam tanpa harus memiliki lahan yang luas. Dan caranya pun bisa dipelajari dengan sangat mudah, dan media yang mudah didapat, salah satunya dengan metode hidroponik.
Nah, untuk diketahui, kata “Hidroponik” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Hydro” dan “Ponos” yang artinya air (Hydro) dan ponos yang artinya daya. Jika kedua dua kata tersebut digabungkan akan membentuk sebuah pengertian “budidaya tanaman dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah menjadi media tanam” (soiless).
Seperti yang kita ketahui, pada masa sekarang kini seiring dengan kemajuan pembangunan, luas lahan pertanian menjadi semakin berkurang dan menipis. Sementara lahan pemukiman menjamur dimana-mana hingga terjadinya pengalihan fungsi lahan. Apabila hal seperti ini terus dibiarkan, tentu akan sangat berpengaruh terhadap cadangan pangan yang dihasilkan dari lahan pertanian.
Para petani biasanya menggunakan tanah untuk media tanah sebagai media penamaman. Melihat semakin sempitnya lahan yang digunakan sebagai lahan produktif pertanian, maka saat ini cara lain yang dapat di gunakan yakni dengan cara hidroponik.
Untuk tetap meningkatkan hasil pertanian yang tak kalah maksimalnya tanpa menggunakan tanah, metode hidroponik hadir untuk menjawab semua tantangan dalam era modern ini. Meskipun tidak langsung berhubungan dengan media tanam di hamparan lahan yang luas, melalui cara hidroponik ini hasil yang telah diperoleh tak kalah bagus menariknya dengan menggunakan media lahan tanah. Selain itu juga hasil yang di panen pun bersih dan bebas dari unsur hara.
Seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan teknologi, kini muncullah teknik menanam tumbuhan tanpa menggunakan media tanah, yaitu dengan menggunakan teknik hidroponik. Hidroponik ialah budidaya bercocok tanam dengan menanam tumbuhan di dalam air, dengan mencampurkan nutirisi didalamnya untuk memenuhi kebutuhan tumbuhan. Sehingga tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna layaknya di tanam di tanah.
Cara penanaman seperti ini kebutuhan air tidak harus banyak dan berlebih. Cukup dengan sedikit air tumbuhan dapat dibudidayakan. Teknik seperti ini sangat cocok untuk daerah yang pasokan airnya minim, meskipun dengan air yang sedikit tetapi dapat memenuhi kebutuhan tumbuhan dengan baik.
Teknik bercocok tanam dengan metode hidroponik ini pun kini terus digalakkan oleh Pemko Pekanbaru melalui Dinas Ketahanan Pangan (DKP), mengajak para pelaku usaha tani dan masyarakat di Kota Bertuah untuk memanfaatkan lahan sedikit dengan bercocok tanam menggunakan metode hidroponik.
Karena disebutkan Kepala DKP Kota Pekanbaru, Maisisco SSos MSi, pola tanam dengan sistem hidroponik ini sangat ramah lingkungan, karena tidak menggunakan pestisida yang dapat merusak tanah.
Dikatakannya lagi, metode hidroponik merupakan sebuah cara bercocok tanam yang tanpa menggunakan media tanah sebagai media untuk menempatkan tanaman yang diinginkan. Cara bertanam seperti ini lebih banyak menggunakan media air yang sudah di campur dengan nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan atau tanaman.
“Metode hidroponik ini sudah banyak diterapkan di kota-kota besar dan negara-negara maju. Mereka memanfaatkan pekarangan rumah atau lahan yang kecil untuk bercocok tanam lewat metode ini. Selain segar, nantinya tanaman hidroponik yang ada di masyarakat juga dapat dimanfaatkan. Dari sisi ekonomis, hasilnya juga dapat dijual kepada masyarakat sekitar,” ujar Maisisco.
Ia menyebutkan, ada berbagai metode yang dapat diterapkan diantaranya metode NTF, sistem drip, walter culture dan masih banyak metode lainnya yang dapat diaplikasikan untuk memperoleh hasil panen yang berlimpah.
“DKP Pekanbaru mengajak masyarakat Pekanbaru untuk mulai membudidaya pertanian lewat sistem hidroponik sebagai upaya menyiasati inflasi bahan pangan,” ungkapnya.
Diakui Maisisco, melalui pemanfaatan teknologi pertanian sistem hidroponik di lahan terbatas akan membantu terhadap ketersediaan bahan pangan jenis sayuran dan buah-buahan.
“Kenaikan harga bahan pangan secara terus menerus dalam waktu tertentu akan dapat ditekan apabila masyarakat memanfaatkan teknologi hidroponik untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah,” sebut Maisisco.
Dijabarkan Maisisco, teknik hidroponik dinilai tepat untuk mengatasi dua permasalahan itu. Karena mengaplikasiannya sangat sederhana, lebih higienis dan hasil panen memiliki kualitas yang unggul dibanding cara konvensional dengan menggunakan media tanah.
“Tanaman jenis sayuran yang dipilih untuk memulai menanam menggunakan sistem hidroponik, antara lain selada, sawi putih, seledri, tomat, bayam dan timun. Jika masyarakat ingin mendapat pelatihan terkait pemanfaatan lahan terbatas, kami siap memberikan pelatihan dan sosialisasi melalui penyuluh pertanian lapangan,” katanya.
Menurutnya, bercocok tanam dengan cara hidroponik tidak perlu lahan luas. Masyarakat hanya cukup bercocok tanam di halaman rumah. Maka inovasi hidroponik sangat membantu untuk mengembangkan pertanian di tengah Kota Pekanbaru.
“Ini menjadi sasaran utama kita, memperkuat ketahanan pangan keluarga. Kalau pangan pokok sudah bisa dihasilkan sendiri, otomatis uang yang ada tidak digunakan membeli sayur. Tetapi bisa dialihkan untuk keperluan lainnya,” terang Maisisco.
Lanjutnya, bercocok tanam hidroponik dapat meningkatkan daya beli masyarakat karena kualitas yang dihasilkan. Materi penanaman hidroponik berupa air, arang dan banyak lagi yang bisa digunakan. Teknik bertanam juga macam-macam, bisa menggunakan polybag, ember, paralon, plastik bekas air mineral dan banyak lainnya.
“Pokoknya banyak sekali yang kita jadikan media untuk menanam sayuran secara hidroponik,” bebernya.
Maisisco mencontohkan, tanaman selada merupakan salah satu tumbuhan yang biasa dibudidayakan dengan menggunakan teknik hidroponik. Karena tumbuhan ini mengandung banyak kandungan air.
Adapun keuntungan menanam selada dalam teknik hidroponik ini ialah dikarenakan perawatannya yang tidak terlalu ribet. Selain itu juga selada dapat tumbuh dalam waktu yang cukup singkat yaitu sekitar 2 pekan bibit selada yang sudah disemai dapat mengeluarkan dua helai daun selada.
Selain selada dan mentimun, jenis tanaman sayuran berdaun hijau lainnya seperti, pakcoy, bayam, kangkung, dan sawi juga merupakan tumbuhan yang dapat di tanaman menggunakan teknik hidroponik. Tak jauh bedanya dengan tanaman selada, cara perawatannya pun tidak begitu sulit. Karena tanaman ini dapat tumbuh dengan baik.
‘’Yang paling penting dalam menanam sayuran hijau ini apabila menggunakan teknik hidroponik jangan sampai tanaman tersebut tumbuh terlalu tinggi atau tumbuh terlalu besar karen hal ini dapat menghambat sirkulasi udara yang dapat menyebabkan tanaman menjadi layu,” jelas Maisisco.
Maisisco mengatakan, bercocok tanaman menggunakan teknik hidroponik ini sangat menguntungkan bagi pelakunya, seperti panen tanaman bisa lebih cepat, sehat, dengan hasil yang maksimal.dapat memanfaatkan limbah plastik dengan cara mengubah botol-botol bekas jadi media hidroponik.
“Dengan kata lain kita dapat menyelamatkan lingkungan ini agar tetap indah dan nyaman. Pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan skala rumah tangga. Dengan demikian diharapkan setiap masyarakat yang berpartisipasi dalam mengembangkan hidroponik, sistem perekonomian mereka berjalan lancar dan semakin meningkat,” ulas Maisisco.
Masyarakat sebagai sasaran utama dalam meningkatkan ketahanan pangan skala rumah tangga harus mampu berpartisipasi aktif dalam mengembangkan sistem hidroponik ini. Teknik budidaya dengan hidroponik ini bisa juga di lakukan oleh rumah-rumah yang berdekatan satu sama lain jadi ketika mereka punya sayuran mereka bisa saling berbagi hasil kebun sendiri tanpa ada rasa takut akan kualitas sayur tersebut.
Tak hanya itu, ada banyak keuntungan dari metode hidroponik ini, jika di bandingkan dengan budidaya secara konvensional biaya produksi dan biaya penyusutan jauh lebih murah budidaya secara hidroponi. Efisiensi waktu dan tenaga, karena budidaya secara hidroponik di lakukan tanpa harus mencangkul, membajak sawah, menyirami tanaman, membuat bedengan, semprot pestisida.
“Risiko yang di dapatkan pada budidaya secara hidroponik jauh lebih sedikit dibandingkan dengan budidaya cera konvensional khususnya terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Karena budidaya secara hidroponik ini di lakukan di dalam green house untuk skala komersial. Dan tak kalah penting harga jual sayuran hidroponik jauh lebih tinggi di bandingkan dengan sayur yang secara konvensional,” tegas Maisisco.
Melihat banyaknya keuntungan dari bercocok tanam dengan metode hidroponik ini, Maisisco mengungkapkan jika Pemko Pekanbaru akan mendukung pengembangan tanaman hidroponik masyarakat. Apalagi, sejauh ini pengembangan tanaman hidroponik di kalangan masyarakat cukup meningkat. Hal ini terbukti dengan beberapa pihak yang menjadikan tanaman hidroponik sebagai program utama.
“Pengembangan tanaman dengan pola ini sangat bermanfaat bagi masyarakat karena dapat membantu peningkatan ekonomi keluarga masing-masing. Selain itu tanaman juga bisa untuk konsumsi pribadi,’’ pungkasnya.
Dia berharap ke depan, semakin banyak masyarakat yang mengembangkan tanaman hidroponik. ‘’Bisa dimulai dengan tanaman mudah seperti selada, cabai, terong, atau tomat terlebih dahulu. Selain membantu memenuhi pangan daerah, juga dapat membantu pemerintah menekan angka inflasi di tengah melonjakkan harga beberapa bahan pangan,” tukas Maisisco.
Sebelumnya, diceritakan Maisisco, Jumat (1/12) awal bulan lalu dirinya menyempatkan diri untuk meninjau langsung pertanian hidroponik di DK Green Farm, Jalan Daru-daru Raya, Kecamatan Kulim, Kota Pekanbaru.
Dijelaskannya, DK Green Farm adalah pelaku usaha pangan asal tumbuhan di Kota Pekanbaru yang telah mendapat sertifikat registrasi izin edar dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru.
Dia pun mengaku kagum melihat usaha budidaya sayur-mayur, buah, dan tanaman yang dikelola dengan memanfaatkan lahan pekarangan di sekitar tempat tinggal.
‘’Ya, saya sangat surprise bisa berkunjung dan melihat langsung ke sana, karena usaha-usaha seperti ini adalah model usaha yang kita inginkan muncul di tengah masyarakat,’’ ungkap Maisisco.
Dia menjelaskan, bukan saja menunjukkan kreativitas masyarakat dan motivasi untuk berwira usaha, kegiatan ini juga mampu membangkitkan ekonomi keluarga, disamping juga membantu pemerintah dalam menyediakan pangan, khususnya dalam bentuk sayur mayur.
Maisisco juga mengatakan sempat berdialog dengan pemilik DK Green Farm, Donny, tentang tantangan yang dihadapi dalam mengelola usaha sayuran hidroponik yang dia kelola. Donny pun mengungkapkan kalau usaha yang dia kelola ini sudah mulai dirintis semenjak hampir 10 tahun.
Disampaikan Donny, DK Green Farm merupakan usaha sayur hidroponik yang secara bisnis sudah berhasil menembus pasar-pasar modern seperti Pasar Buah Sudirman, Hawai Swalayan di Jalan Yos Sudarso Rumbai, juga beberapa pasar modern serta tak pasar-pasar tradisional.
‘’Kita sudah tembus pasar-pasar itu, karena sayuran kita ini ramah lingkungan, rendah penggunaan kimia dan tentunya hasilnya lebih segar, karena dijual setelah proses panen langsung,’’ ungkap Donny. (hbk)