Melindungi Anak saat Pandemi

Liputan Khusus | Jumat, 23 Juli 2021 - 08:54 WIB

Melindungi Anak saat Pandemi
GRAFIS (GRAFIS: AIDIL ADRI)

Bimtek itu dilakukan karena pemerintah membuat suatu kebijakan perlindungan anak di satuan pendidikan yang dinamakan sekolah ramah anak. Ini merupakan amanat untuk melindungi anak selama mereka berada di sekolah dan memenuhi hak-hak anak terutama di bidang pendidikan.

Kemudian pihaknya juga sedang memprogramkan kunjungan ke sekolah-sekolah. Namun karena sekarang sedang PPKM dan tak bisa berkumpul, akhirnya kegiatan yang seharusnya ditujukan ke anak remaja-rema di sekolah diundurkan dulu.  "Kegiatan ke sekolah ini untuk remaja remaja tingkat SMA. Bekerja sama dengan forum anak dan forum guru, " jelasnya.


Akibat pandemi ini, pihaknya juga sering melakukan sosialisasi terkait hak anak ke orang tua, ke lembaga-lembaga dan organisasi. Terutama tentang pengaduan, pendampingan, pemberian terapi psikologi. Sekarang, kata Evi serba sulit karena tak bisa berkumpul. Akhirnya sosialisi sering terkendala dan terbatas.

"Tapi bagaimana lagi, tetap saja pihaknya melakukan beberapa hal bisa membantu orangtua anak. Sebelumnya kita memanfaatkan ibu-ibu PKK untuk pertemuan sore-sore dengan membahas berbagai hal. Tapi sekarang tak bisa lagi. Karena dilarang berkumpul, " jelas Evi.

Evi menegaskan, untuk tetap maksimal dalam pelayanan pihaknya saat ini memanfaatkan media sosial. Dengan membuat  Pusat Pelayanan Keluarga (Puspaga) Riau.

"Puspaga ini dijadikan wadah untuk berbagi informasi, pendidikan, konseling dan pengasuhan anak. Kita menyiapkan berbagai diskusi dengan menghadirkan berbagai narasumber, " jelasnya.

Seperti baru-baru ini pihaknya menghadirkan psikolog membahas tentang manajemen emosi orangtua selama mendampingi anak daring.  "Orang tua bisa ngobrol bebas dengan psikolog. Dengan berbagai kegiatan ini hak anak untuk belajar dan mendapatkan kesehatan tak terabaikan, " tuturnya.

Sekarang masyarakat, orang tua, atau siapapun bisa sharing/cerita/konseling secara online ke Puspaga Riau dengan mendaftar melalui link PUSPAGARIAU. "In syaAllah ada kegiatan yang akan dilaksanakan awal Agustus mendatang dengan tema ‘Peningkatan Kapasitas Pengelola dan Pelaksana Pusat Informasi Konseling Remaja’," ujarnya.

Melindungi Anak dari Pandemi
Ketua Satgas Covid-19 Riau dr Indra Yovi menyebutkan, kalau melihat data dari Dinas Kesehatan (Diskes), dari 70 ribu kasus Covid-19 di Riau, jumlah yang terkonfirmasi pada anak-anak sekitar 10.700-an.

"Yang berumur anak-anak itu kan di bawah 18 tahun ya, jumlahnya terkonfirmasi sekitar 10.700-an. Total 2.099 orang yang meninggal di Riau. Jumlah anak yang meninggal  ada sebanyak 14 orang. Artinya kurang lebih 0,5-0,7 persen dari total yang meninggal di seluruh Riau," ujarnya.

Untuk yang positif, tambahnya lagi memang tetap didominasi umur 18-40. Itu jumlahnya sekitar 30 ribuan. "Kalau yang meninggal itu didominasi umur 40-60 tahun, setengahnya. Jadi dari 2.099 yang meninggal, 1.059 itu umurnya berkisar 40-60 tahun," sebutnya.

Artinya, dari data ini bisa dilihat, umur yang paling banyak menularkan  adalah umur 18-40, tapi yang meninggal pada kisaran umur 40-60 tahun. Pada anak-anak yang meninggal 14 orang tadi, rata-rata mempunyai  riwayat komorbit, seperti ada yang DBD, masalah jantung bawaan, berat lahir rendah/prematur dan sebagainya.

"Nah secara umum memang kita khawatir dengan anak-anak, tetapi kalau melihat angka tadi secara umum anak-anak kalaupun kena Covid-19, mereka lebih kuat dibandingkan dengan orang dewasa atau orang tua," tuturnya lagi.

Bagaimana tindakan yang harus diambil agar anak-anak terhindar dari persoalan? Sebenarnya kan ada PPKM. Semua pihak harusnya memantau pergerakan anak-anak ini, karena mereka tidak sekolah, sekolahnya secara daring. Seharusnya mereka tidak berkeliaran.  "Kalau kita lihat sore-sore, masih banyak anak-anak yang nongkrong, pakai motor ke sana ke mari, ngobrol sana dan sini dan sebagainya," ujarnya.

Ini yang mengkhawatirkan. Jadi pihaknya tim satgas meminta kepada orang tua tolong untuk mengontrol betul anaknya supaya tidak berkeliaran, senantiasa mengenakan masker dan lain sebagainya. "Ini untuk menyelamatkan orang tuanya juga. Kalau anak yang terkena, nanti orang tua akan menderita," tambahnya.

Ini juga bagian dari program vaksinasi pada anak. Karena itu sudah dilakukan vaksinasi pada anak-anak sekolah usia di atas 12 tahun. Tujuannya sama, untuk melindungi anak-anak supaya tidak terkena Covid-19 dan memutus mata rantai penularan. "Sehingga nanti, kalau sudah dilakukan pembelajaran tatap muka, anak-anak tersebut aman dan gurunya juga aman," ujarnya.(ade/jrr/esi/gem/muh/das)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook