Oleh karena mengusung tema-tema sosial gerakan ini, lanjutnya, jadi menarik bagi kaum muda dan juga kalangan miskin. “Di Kalimantan dijanjikan kehidupan yang jauh lebih baik makanya mereka berani menjual rumah, tanah dan asset mereka yang ada. Yang tak punya apa-apapun siap berangkat ke Kalimantan karena berbagai iming-iming itu,” ujarnya lagi. Jadi, lanjutnya, aliran sesat selalu memberikan harapan perbaikan konkrit lewat ekonomi asal mau jadi bagian dari program mereka.
Ustaz Roni Candra, SPdi peneliti aliran sesat dari Rumah Dakwah Riau yang hadir pada kesempatan itu juga menuturkan bahwa Gafatar merekrut anggota baru melalui kegiatan-kegiatan sosial, budaya, ekonomi dan pendidikan. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut misionaris Gafatar kemudian melakukan pendekatan personal terhadap target orang-orang yang tertarik atau bersimpati dengan ragam kegiatan yang mereka adakan tersebut. Selanjutnya program cuci otak terhadap target terus dilakukan sehingga muncul keyakinan baru yang tak sesuai dengan ajaran syariat Islam yang sebenarnya. Walaupun Gafatar menampung seluruh pemeluk agama yang ada di Indonesia sebagai pengikutnya, akan tetapi mayoritas dari anggota Gafatar tersebut adalah mereka yang dulunya beragama Islam.
Merasa di Atas Petunjuk
Dalam diskusi ini juga mengemuka pertanyaan mengapa aliran sesat ini perlu dibahas secara serius? Ternyata aliran sesat ini telah ada sejak zaman Rasulullah SAW 1.400 tahun yang lalu hingga hari ini dan masa yang akan datang. Aliran ini bisa muncul menggunakan bentuk keagamaan dengan ritual-ritual tertentu bisa juga lewat tema sosial seperti sekarang yang lagi tren yakni kelompok LGBT (lesbisan, gay, biseksual dan transgender) yang menuntut persamaan hak dan diakui oleh undang-undang.
Faktor-faktor yang membuat aliran sesat ini selau ada dari masa ke masa selain faktor kurangnya ilmu dan faktor ekonomi juga ada potensi yang membuat diri manusia itu mudah tersesat. Ustaz Roni mengutip firman Allah SWT yang artinya…mereka menjadikan syetan-syetan sebagai pelindung selain Allah. Mereka mengira mereka mendapat petunjuk. (Al A’raf 30). “Nah bila kita orang yang gemar memperturutkan hawa nafsu dan tidak peduli perintah dan larangan Allah SWT maka sebenarnya tanpa sadar kita telah menjadi syetan sebagai pelindung selain Allah SWT. Kerja syetan itu membuat indah sikap dan perilaku kita yang sesat itu sehingga kita mengira bahwa kitalah yang berada di atas petunjuk,” ujarnya.