INVESTASI BODONG

Krisis di Dalam Krisis

Liputan Khusus | Rabu, 31 Maret 2021 - 10:00 WIB

Krisis di Dalam Krisis

Setelah beberapa kali mengalami kerugian, ia menyadari bahwa investasi yang menawarkan imbal hasil besar dan cepat serta tanpa risiko adalah investasi bodong. Dalam perkembangan selanjutnya, pengelola investasi bodong juga belajar agar tidak dimainkan nasabah. Makanya ada batas bawah agar para pemain kecil tidak bisa masuk.

“Sejak itulah saya tak lagi bermain di sana dan beralih bermain di aplikasi penghasil uang di android,” ujarnya.


Menurutnya beberapa aplikasi penghasil uang di android yang pernah ia coba juga menghasilkan.

“Kalau mau jeli, sebenarnya banyak yang bisa kita lakukan dengan smartphone, lho. Salah satunya menghasilkan pundi-pundi uang dengan mudah dan cepat. Yang kamu butuhkan hanya kuota dan smartphone dengan memori besar,” ujarnya.

Meski demikian, hampir sama modusnya di sejumlah aplikasi penghasil uang tertentu bisa saja tiba-tiba aplikasi itu menghilang atau semua pin dan kode penarikan uang yang biasanya berfungsi jadi tak bisa dan tak merespons.

Literasi Keuangan Rendah
Pengamat Ekonomi Edyanus Herman Halim mengatakan, investasi bodong mencerminkan beberapa hal. Yakni begitu rentannya hasrat masyarakat untuk memperoleh keuntungan yang besar dalam waktu yang singkat. Ini menyebabkan mereka gampang dibohongi dan diiming-imingi untuk dapat “dikeruk” kantongnya.

Banyaknya masyarakat yang terbabit mencerminkan adanya ketidakpahaman masyarakat akan media-media investasi yang benar dan legal.

“Ini mencerminkan jangkauan literasi keuangan masih rendah sehingga ada kedangkalan dalam pengendalian emosi dan psikologi masyarakat terhadap keuangan,’’ kata Edyanus.

Diakuinya, masih adanya perusahaan yang bisa beroperasi untuk menipu masyarakat melalui investasi bodong dengan korban yang begitu besar dalam durasi yang cukup lama menunjukkan lemahnya aparat terkait dalam melakukan pengawasan. Seharusnya intel-intel aparat sudah bekerja dan membuat laporan bakal terjadinya konflik.

Mungkin pengetahuan aparat untuk memantau dan mengantisipasi perusahaan-perusahaan yang berperilaku jahat juga terbatas atau bisa saja ada kemungkinan terjadinya pembiaran untuk mendapatkan rente pribadi di luar ketentuan. Investasi dengan skema ponzi ini sebenarnya sangat gampang dilacak atau ditelusuri. Sebelum merebak seharusnya sudah bisa diantisipasi.

Kejadian ini memberikan gambaran juga bahwa di tengah-tengah masyarakat ada potensi saving yang cukup tinggi, tetapi tidak terkelola dengan produktif oleh institusi keuangan.  

“Ini mungkin karena di Riau harga-harga komoditas rakyat cukup baik, sehingga pendapatan sudah jauh melebihi keperluan untuk konsumsi,’’ ujarnya.

Uang itu kalau dipegang saja dapat menimbulkan rasa “panas”.  Artinya, ada kecenderungan untuk membelanjakannya. Hasrat-hasrat seperti itu yang kemudian “digelitik” oleh pengusaha nakal untuk meraup keuntungan dengan cara tak wajar.

Mereka menawarkan skema-skema investasi yang pada dasarnya tidak masuk akal. Apalagi pemerintah begitu gampangnya memberi izin usaha tanpa menganalisa jenis dan tujuan usahanya secara baik.

‘’Peristiwa ini sudah terjadi berulang kali dengan modus operandi yang sama. Jadi kita tidak jera, akibat keserakahan dan pemerintah pun seperti ‘bebal’ karena tak mengantisipasinya dari awal,’’ katanya.

Selanjutnya, jika hal-hal seperti ini dibiarkan berulang-ulang, maka sangat kontraproduktif dengan kebijakan penguatan ekonomi daerah. Untuk itu perlu terus digencarkan program literasi keuangan pada masyarakat. Libatkanlah institusi-institusi perguruan tinggi dalam membangun inklusi keuangan rakyat yang sehat dan terukur. Pemerintah harus mendorong investasi yang sehat sehingga perlu ada antisipasi terhadap praktik-praktik curang dalam berusaha.

Kenali Risiko Berinvestasi
Dalam melakukan investasi, mengenali risiko itu penting. Semakin besar return-nya, semakin besar pula risiko yang berdiam dibaliknya.

“Jangan cepat tergiur dengan return yang besar. Perhatikan terlebih dahulu risiko yang berdiam di balik saham tersebut,” jelas Koordinator Komunitas Panen Saham Pekanbaru, Lathif Arafat, Selasa (23/3).

Lathif menjelaskan, komunitas Panen Saham adalah komunitas tempat berkumpulnya sesama investor untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan tentang pasar modal. Komunitas Panen Saham bekerja sama dengan Carmel Sekuritas Nusantara dan bekerja sama dengan Mandiri Sekuritas.

Lathif menjelaskan, yang perlu diperhatikan dalam perdagangan saham, perilaku pasar, analisis teknikal, dan analisis fundamental.

Lathif  menambahkan, dengan mengetahui akan perilaku pasar, serta karakteristik pada pergerakan saham pilihan, maka dapat mengetahui kapan waktunya membeli, menjual serta menempatkan manajemen risiko dengan tepat.

‘’Dalam analisis teknikal, ada metode analisa dalam dunia keuangan untuk memprediksi tren/pergerakan pola harga saham ke depan dengan mempelajari data pasar yang lampau, terutama mengolah data historikal harga dan volume transaksi,’’ jelas Lathif yang ditemui di Graha Pena Riau.

Sementara dalam analisis fundamental akan mempelajari metode analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan. Teknik ini melihat kondisi dan nilai suatu perusahaan berdasarkan kinerja dan proyeksi perusahaan.

Lathif menambahkan pasar modal merupakan alternatif bernvestasi. Karena itu, kenali diri, kenali tujuan, tentukan pola investasi/trading, kenali sistem trading, lakukan risk management, buat buku catatan/pembukuan, dan terus belajar dan ikut edukasi.

Untuk berinvestasi yang sehat disesuaikan dengan profil risiko. Profil risiko itu, ada yang konservatif, moderat dan agresif. Umum yang konservatif itu berinvestasi yang aman, biasanya berinvestasi di deposito, tetapi imbal hasilnya sedikit atau kecil.

Sedangkan yang moderat dan agresif lebih suka berinvestasi dalam bentuk saham. Di saham imbal hasilnya tinggi, risikonya juga tinggi. Di saham, membatasi risiko tinggi itu bisa. Kita tahu tentang ilmunya. Kalau di saham itu, ada ilmunya fundamental dan teknikal.

Lathif menambahkan, investasi yang bagus itu, harus ada payung hukumnya. Kalau di pasar modal, ada lembaga pengawasnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perpanjangan pemerintah. Mekanisme juga diatur secara konstitusi dalam UU Nomor 8/1985.

‘’Komunitas kita lahir sejak 2011 itu, saling edukasi, bahwa investasi saham itu aman bukan hanya untuk yang punya uang banyak. Karena membeli saham bisa dengan harga Rp10 ribu sudah bisa membeli satu lembar saham. Tetapi banyak masyarakat tidak tahu, karena literasinya kurang,’’ tegas Lathif.

Makanya dengan adanya komunitas Panen Saham ini, pihaknya berharap masyarakat jadi tahu tentang investasi di pasar modal atau saham. Kalau dilakukan review 2019 jumlah investor domestik kurang, yang banyak dari luar. Jadi menikmati hasilnya investor luar negeri atau asing.

“Tetapi sekarang karena pandemi Covid-19, harga saham turun. Banyak investor lokal yang membeli saham,’’ jelasnya.

Menurutnya, berbicara investasi bodong berarti tidak punya legalitas tidak badan hukum, tidak ada payung hukum. Kalau melihat masyarakat kurang teredukasi, bahwa untuk berinvestasi itu harus melihat lagalitasnya dan jelas perusahaannya.

Di perdagangan saham ini, ada return tinggi, risikonya juga tinggi. Ada return-nya biasa, risikonya juga biasa juga. Di saham ini tidak untuk investasi, tetapi untuk berdagang.

Selalu Terapkan 3K
Salah satu hal penting dalam melakukan investasi yang aman adalah dengan 3K. Ketiganya adalah kenali legalitasnya, kenali reputasi perusahaannya, kenali peluang dan risiko produknya. Karena setiap produk investasi apapun selalu memiliki peluang dan risiko.

Kepala Cabang PT PT Rifan Financindo Berjangka (RFB) Pekanbaru Liwan mengatakan, sebagai perusahaan pialang berjangka, PT RFB diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Baik Bappebti maupun OJK, proaktif membentuk satuan tugas investasi bodong. Tak terkecuali perusahaan pialang bodong.

“Kami mengapresiasi sekali langkah mereka karena membantu terciptanya rasa aman di masyarakat, “ ungkap Liwan.

Liwan menambahkan, para nasabah sebelum berinvestasi selalu mengecek legalitasnya, apakah terdaftar di badan pengawasnya. Kemudian cek reputasi perusahaannya, terakhir jangan hanya teriming peluang keuntungan tetapi pelajari juga risiko produknya.

“Investasi yang sehat menurut kami harus memiliki tiga hal yaitu edukasi, transparansi, dan sosialisasi. Edukasi yang benar mengenai produk, transparansi akan peluang dan risiko sosialisasi  kepada semua elemen masyarakat,” tegas Liwan.

Di Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, sejak lama para investor melipatgandakan aset mereka melalui investasi di perdagangan berjangka. Perbandingannya, dari lima investor, maka empat orang akan memilih perdagangan berjangka dan satu orang di pasar modal. Sebab, return investasi di perdagangan berjangka memiliki peluang minimal 30 persen lebih.

Selama pandemi, para nasabah banyak berinvestasi di emas atau locogold. Seiring dengan kenaikan harga emas yang melonjak tinggi di tahun lalu. Dan emas merupakan produk paling familiar di masyarakat sehingga mudah untuk mengedukasinya.(kas/ted/eca/fiz/kom/muh)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook