MENELISIK BENANG KUSUT SIAK IV

Monumen Baru yang Membisu

Liputan Khusus | Minggu, 10 Januari 2016 - 12:59 WIB

Monumen Baru yang Membisu
Jembatan Siak IV yang bakal menghubungkan Pekanbaru bagian Utara dan Selatan Sungai Siak, masih terbengkalai. Foto : RIAU POS

Pembangunan Jembatan Siak IV dipastikan tidak dilanjutkan di awal tahun 2016. Pemerintah masih dilanda kegalauan untuk melanjutkan pembangunan jembatan yang terancam menjadi monumen baru yang membisu.

RIAUPOS.CO - PAGAR seng berwarna biru menyambut langkah di pintu masuk areal Jembatan Siak IV. Mulai terlihat usang namun tetap berdiri kokoh dan berjejer rapi menghalangi langkah menuju jembatan yang telah menelan dana ratusan miliar itu.

Baca Juga :Jembatan Surau Munai Ditargetkan Selesai Awal Tahun

Di sisi kiri dan kanan terlihat pagar pembatas dengan warna kuning yang mulai memudar. Beberapa kertas dan bekas spanduk masih menempel dan menunjukkan bagian dari sarana transportasi tersebut tidak terpelihara dan mulai dimakan usia.

Begitu juga di bagian bawah jembatan terlihat rerumputan yang tumbuh subur. Beberapa sisa material dan bangunan juga menjadi pemandangan menghiasi bagian luar dan dalam bangunan yang masih berselimut asa ratusan bahkan ribuan masyarakat Pekanbaru yang mengidamkan akses transportasi baru.

Kondisi itu menjadi pemandangan sehari-hari masyarakat yang melintas di ujung jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru. Ironisnya, posisi yang strategis dekat dengan pusat kota memberikan kesan buruk untuk nilai estetika kota yang mulai mengarah ke metropolitan itu.

Lebih dekat Riau Pos mencoba mengamati sarana transportasi yang pernah menjadi mimpi masyarakat Kota Pekanbaru, khususnya yang berada di kawasan Rumbai. Dengan jembatan Siak IV dahulunya diharapkan dapat meretas permasalahan keterisolasian transportasi menuju pusat perkotaan.

Tiang baja penopang masih berdiri kokoh di atas tanah yang sudah mulai dihiasi rerumputan liar. Beberapa coretan juga terlihat mengisi bangunan yang sudah mulai terlihat usang di telan usia itu. Lima girder baja berwarna kuning berbaris tepat diatas baja penyangga. Sebagian besi sudah mulai terlihat berkarat dan warna cat yang dikenakan pada bangunan tersebut sudah mulai memudar berubah dengan warna aslinya. Bercak-bercak hitam juga mengisyaratkan tidak ada pemeliharaan untuk aset yang telah menelan dana rakyat ratusan miliar itu.

Sementara di bagian bawah jembatan sudah mulai menjadi tempat aktivitas jual beli beberapa pelaku ekonomi kecil. Mulai dari pedagang minuman ringan hingga menjadi tempat parkir kendaraan. Ini terlihat dengan berjejernya kendaraan roda empat dan roda dua di atas bagian bawah jembatan yang belum di aspal secara sempurna. Di atas tanah liat kuning, kendaraan tersebut seakan setia menemani kebisuan jembatan Siak IV. 

Meskipun tidak berjumlah banyak, beberapa sampah juga ditemukan saat mengamati areal Siak IV. Kondisi ini menimbulkan aroma yang kurang bersahabat dengan saluran pernafasan. Lagi-lagi penataan nilai estetika kota yang pernah berkali-kali meraih adipura menjadi ‘’pekerjaan rumah’’ instansi terkait. 

Sepanjang mata memandang, di seberang sungai juga terlihat berdiri kokoh pondasi awal dari bentang awal jembatan Siak IV. Di kawasan Kelurahan Meranti Pandak  di sekitar jembatan Siak IV tidak terlihat ada aktivitas pengerjaan. Lagi-lagi pemandangan yang tidak jauh berbeda terlihat disini. Beberapa perangkat dan  material masih berserakan di areal pembangunan. Sebagian pondasi dengan struktur baja dan besi masih menjulur ke langit tanpa ada tanda-tanda kapan akan dilanjutkan kembali.

Dengan dipastikannya di awal hingga pertengahan tahun 2016, pembangunan dan finaslisasi Siak IV tidak dilanjutkan, bangunan yang bernilai ratusan miliar rupiah semakin terpinggirkan. Bahkan bukan tidak mungkin menjadi salah satu monumen baru untuk cerminan kegagalan Riau dalam pengembangan infrastruktur dan menjadi besi tua yang tak bernilai.

Situasi ini menarik perhatian masyarakat, Syafrudin (36) mengaku kecewa dengan sikap pemerintah yang tidak mendengarkan aspirasi masyarakat. Pasalnya, sarana transportasi tersebut diyakini dapat memberikan kenyamanan dan mendukung peningkatan perekonomian dan kesejahteraan measyarakat.

‘’Ya kecewalah, apalagi seperti kami yang setiap hari melihat jembatan ini. Mungkin menunggu runtuh dulu baru akan diperbaiki dan dilanjutkan. Padahal ini kan jelas-jelas bersentuhan dengan masyarakat seperti kami ini,’’ ujar pria yang bermukim di kawasan Rumbai itu.

Dengan rokok yang terselip di antara jari tangan kanannya, pria ya berprofesi sebagai pekerja swasta tersebut mengharapkan pemerintah dapat turun dan mendengar langsung aspirasi masyarakat. Ia mengaku tidak mengetahui apa pertimbangan pengambil kebijakan enggan melanjutkan pembangunan jembatan yang sudah hampir rampung itu.

‘’Terserahlah apa masalahnya, tapi kan pasti bisa dicarikan solusinya. Sampai kapan akan dibiarkan dan tidak dilanjutkan. Kalau sudah terbangun, sedikit banyaknya pasti akan berimbas ke masyarakat juga, kan membangunnya juga pakai uang rakyat. Ya harapannya dapat segera dilanjutkan,’’ ujar pria berkulit kuning langsat itu seraya sesekali menghembuskan asap rokoknya.

Kekecewaan yang sama juga dirasakan Rahman (24). Pria yang terlihat mengenakan jaket abu-abu itu  menilai, penghentian pembangunan sudah berlangsung lama. Selain menghambat akses transportasi, kondisi tersebut juga mengganggu pemandangan dan membuat arus kendaraan menjadi semberaut. Secara tidak langsung akan berimbas pada kemacetan dan keindahan kota Pekanbaru.  

‘’Saya tidak taulah berapa dana yang sudah dihabiskan, tapi pasti sudah banyak sekali uang rakyat yang digunakan untuk pembangunannya. Jadi sayang sekali kalau tidak dilanjutkan dan dibiarkan terbengkalai. Saya yakin pengguna jalan yang setiap hari melintas di kawasan ini juga mempertanyakan kenapa jembatan ini tidak dilanjutkan pembangunannya,’’ ujar pria yang saat ditemui sedang bersantai di atas sepeda motornya di bawah jembatan Siak IV itu.

Pengerjaan jembatan Siak IV sudah terhenti sejak tahun 2014 lalu. Proses pengerjaan jembatan dengan spesifikasi rangka baja itu sebenarnya sudah berjalan hampir  80 persen. Bahkan, jembatan dengan panjang 834,10 meter dan lebar 21 meter rencananya akan dilanjutkan di akhir 2015 lalu. Kegalauan menyelimuti Pemerintah Provinsi Riau, dengan berdalih administrasi dan hal-hal teknis, kelanjutan jembatan Siak IV kembali digantung dan dipastikan tidak dilanjutkan di awal tahun 2016.

Untuk alokasi dana, jembatan Siak IV sudah menelan dana ratusan miliar rupiah.  Angka tersebut berasal dari alokasi dana sejak beberapa tahun lalu dengan sistem multiyears. Dimulai tahun 2010 untuk pembangunan awal dialokasi dana Rp1,5 miliar, kemudian tahun 2011 dialokasikan Rp30 miliar, tahun 2012 digelontorkan dana Rp185 miliar dan tahun 2013 dengan porsi Rp100 miliar lebih. Untuk finalisasi pengerjaan proyek infrastruktur tersebut sebelumnya dialokasikan dana Rp80 miliar, hanya saja rencana penyelesaian untuk pemasangan bentang utama dan finaliasi pengerjaan dipending sampai saat ini.

Beberapa waktu yang lalu, angin surga sempat dihembuskan dengan usulan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) tahun anggaran 2015 senilai Rp20 miliar di Dinas Bina Marga Provinsi Riau. Bahkan anggota DPRD Riau tetap mendukung untuk kelanjutan pembangunanya. Implementasinya tidak seperti yang diharapkan, harapan tinggal harapan, usulan tersebut tidak terealisasi, bahkan di tahun 2016, Pemerintah Provinsi Riau memilih untuk tidak mengusulkan anggaran untuk melanjutkan pembangunan sarana infrastruktur tersebut.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook