Siak miliki dua jembatan kaca, terbaru seluruhnya kaca, sehingga menjadi uji nyali bagi yang menyukai tantangan. Kedua jembatan kaca itu ada di Skywalk Tengku Buwang Asmara, dan saat ini menjadi skywalk terpanjang di Indonesia dan dalam proses pencatatan Museum Rekor Indonesia (MURI).
Laporan MONANG LUBIS, Siak
SIAK (RIAUPOS.CO) - Dinas PU Tarukim mengusulkan Skywalk Tengku Buwang Asmara (TBA) dan lift Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah (TASL) untuk dicatatkan dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
Hal itu karena Skywalk Tengku Buwang Asmara memiliki panjang 1 kilometer, dan merupakan skywalk terpanjang di Indonesia. Sedangkan lift Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, satu satunya jembatan di Indonesia yang memiliki lift.
Tentu saja pencatatan perlu waktu, tapi Kadis PU Tarukim Irving Kahar mengatakan, apa yang menjadi target dan keinginan masyarakat Siak akan tercapai, memiliki dua destinasi wisata yang tercatat di MURI.
Selain terpanjang, skywalk memiliki dua jambatan kaca, satu jembatan kaca sepanjang 50 meter yang sisi kiri dan kanannya ada betonnya, sehingga kaca yang tembus dan terlihat Sungai Siak, hanya bagian tengahnya. Jadi bagi yang tidak kuat, bisa melintasi kaca yang ada betonnya saja.
“Untuk yang bernyali besar, dibuatkan jembatan yang keseluruhannya kaca dengan panjang 18 meter,” terang Irving.
Jembatan keseluruhan kaca dibangun memang untuk uji nyali bagi mereka yang menyukai tantangan. Kepala Dinas PU Tarukim Irving Kahar didampingi Kabid Bina Marga Arif memastikan jembatan yang keseluruhannya kaca ini aman dilalui.
Jembatan kaca ini dibangun melalui riset dan uji beban di Pusat Jalan Terowongan dan Jembagan (Pusdatan) di Laboratorium Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS) Direktorat Jenderal Bina Marga.
Dijelaskan Irving, jembatan kaca telah melalui uji beban untuk menjamin performa struktur dan keamanannya. Uji tersebut menunjukkan bahwa jembatan mampu memikul beban 9,3 ton atau lebih 100 orang aman di atasnya.
“Kami membuat tiga lapis kaca, satu lapis kaca ketebalannya 1,2 sentimeter, jika tiga lapis berarti ketebalan kaca menjadi 3,6 sentimeter, ditambah lem pengaman kaca, sehingga ketebalannya menjadi 3,9 sentimeter,” terang Irving lagi.
Setiap kaca ada pelapisnya, sehingga ketika kaca pecah akan berbentuk seperti jagung dan masih bisa menahan beban dan bisa dilalui dengan aman.
Sama seperti di Badung, Bali, pihaknya juga menyiapkan palu, agar warga yang penasaran dengan kekuatan kaca dapat memukulnya. Kotak kaca itu berisi ponsel. Yang berhasil memecahkan kaca, akan mendapatkan ponsel tersebut.
“Material konstruksi kaca seperti ini memang baru, memang sejak 5 tahun ini digunakan untuk konstruksi jembatan. Dan ini lebih kuat dari yang di Bromo di sana 7,2 ton, sedangkan di sini 9,3 ton,” terangnya.
Saat ini sedang pemasangan, dan dilakukan tes dulu sebelum dipasang. Jembatan kaca ini, bisa menahan beban mobil di atasnya. Akhir tahun selesai dan dibuka untuk umum. “Pengunjung kami harapkan datangnya malam, sehingga skywalk terlihat lebih indah. Sambil menikmati keindahan, pengunjung diharapkan bersedia bermalam di Kota Siak,” ucapnya lagi.
Tiketnya masih sangat terjangkau. Sekali naik Rp10 ribu, ada tiga anjungan, jika naik di tiga anjungan Rp30 ribu. “Kami juga menyiapkan air terjun dengan lampu warna warni, seperti di Bandara Changi, Singapura. Terlihat keindahannya ketika berkunjung malam hari,” terangnya.
Sebab selain melihat keindahan air terjun dengan lampu itu, sambil melintasi tantangan jembatan kaca, juga dapat melihat keindahan Kota Siak, dengan sejumkah bangunan ikonik yang diterangi cahaya lampu.
“Masyarakat Siak patut berbangga, infrastruktur yang dibangun dan menjadi destinasi wisata kelasnya bukan kabupaten lagi tapi nasional, bahkan internasional,” tambah Irving.
Pihaknya mendesain suatu kota ada tata ruangnya, tentu hal itu memerlukan dukungan dan kerja sama dalam menjaganya.
Lihatlah saat ini, Siak merupakan kota moderen nan eksotis, ada water frontcity, skywalk, pedestrian dan banyak lagi. Dengan bangunan itu, saat masyarakat Siak ke luar daerah, atau ke luar negeri tak kaget lagi.
“Kami ingin masyarakat memiliki kepercayaan diri, usia Siak baru 24 tahun, tapi sudah memiliki beragam destinasi wisata yang layak diapresiasi,” ucapnya.
Irving Kahar mengajak sama-sama membesarkan Siak ini, dengan sama-sama membangun dan menjaga. Sebab dengan destinasi wisata ini, ekonomi akan bangkit, sebab ada perputaran uang di sana.
Di skywalk ini juga akan ada kafe yang dikelola secara profesional, sehingga pengunjung betah berlama lama berada di skywalk.
Tentu akan bermanfaat besar bagi kemajuan dan perkembangan Kecamatan Mempura. Masyarakat dapat membuat penginapan atau homestay, dan dirancang lebih alami.
Dijelaskan Irving, pihaknya membangun skywalk dengan kajian mendalam, tanpa merusak situs bersejarah yang telah menjadi cagar budaya. Semua utuh, bahkan menjadi terhubung dengan adanya skywalk.
Kadis Irving memikirkan, bagaimana kecamatan seperti kota, dilakukan penataan, sehingga lebih maju dan aksesnya jauh lebih bagus. Irving ingin, Kecamatan Mempura dan Kecamatan Siak yang menjadi ibu kota kabupaten sama majunya, sehingga seperti kota kembar yang sama sama berkembang.***