Kurangi Volume Sampah dengan Tong Komposter

Lingkungan | Minggu, 21 Maret 2021 - 12:44 WIB

Kurangi Volume Sampah dengan Tong Komposter
Sapari menunjukkan tong komposter pada Ketua DPRD Kota Pekanbaru Hamdani baru-baru ini. (MUJAWAROH ANNAFI/RIAU POS)


(rp) - BEBERAPA waktu lalu, Kota Pekanbaru sempat dihadapkan pada permasalahan sampah yang menumpuk dimana-mana. Masyarakat bisa membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah volume sampah, dengan memilah antara sampah organik dan anorganik, serta memanfaatkan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

Salah satu warga Kelurahan Air Hitam Sapari mencoba meminimalisir jumlah sampah rumah tangga yang diproduksi setiap hari. Hal ini dilakukannya dengan memanfaatkan sebuah alat bernama komposter. Dengan alat ini, ia bisa mengurangi hampir 100 persen sampah organik rumah tangga miliknya.“Saya pakai komposter sejak tiga bulan sebelum pandemi, dan sampah yang saya produksi menjadi jauh berkurang. Tinggal sampah anorganiknya saja,” kata Sapari, Jumat (19/3).


Sapari menjelaskan, sampah rumah tangga didominasi oleh bahan organik, yang bisa dimanfaatkan ulang sebagai bahan baku pupuk cair. Dengan memanfaatkan komposter, sampah tersebut dapat diubah menjadi kompos, dan air dari sampah tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai nutrisi tanaman.

 “Ini bisa digunakan siapa saja, terutama ibu-ibu yang bersentuhan langsung dengan bahan organik dapur, terlebih cara ini tidak memerlukan perlakuan khusus, sampah dicacah dan dimasukkan ke dalam tong,” ungkapnya.

Awalnya, Sapari membuat komposter untuk digunakan secara pribadi, namun setelah mengunggahnya ke sosial media, komposter buatannya cukup banyak yang meminati, dan melakukan pemesanan.

Komposter buatan Sapari ada beberapa ukuran dari 30 liter, 60 liter, dan 120 liter, yang dijual dengan harga berturut-turut Rp300 ribu, Rp400 ribu, dan Rp500 ribu. “Jika berminat bisa menghubung saya melalui Facebook Sapari Ari,” tukasnya.

Kendati demikian, masyarakat juga dapat membuat komposter secara mandiri dengan memanfaatkan peralatan lain, salah satunya dengan menggunakan dua buah ember cat. Sapari menjelaskan, ember cat tersebut, cukup ditumpuk, dan ember yang diletakkan di atas dilubangi di bawahnya, kemudian ember di bagain bawah tinggal dipasang keran untuk mengalirkan air lindi.

Sapari mengungkapkan, sampah organik lama-kelamaan akan menjadi pupuk kompos yang matang atau padat, sehingga bisa diambil dan digunakan untuk menanam tanaman, sedangkan air lindinya juga bisa digunakan untuk pupuk cair, hal ini secara tidak langsung dapat menekan biaya pembelian pupuk.

Manfaat lainnya, dalam pemanfaatan komposter ini adalah tidak adanya sisa residu, karena seluruh kompos baik padat atau cair dapat dimanfaatkan, dan komposter juga dapat mengurangi volume sampah rumah tangga, yang berakibat juga pada berkurangnya volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “Sampah anorganik kita bisa pilah dan menjualnya ke bank sampah, dan tinggal sampah yang tidak bisa dimanfaatkan lagi yang dibuang ke TPA, ini akan mengurangi volume sampah, dan membantu pemerintah mengatasi masalah sampah di kota,” ujarnya.

Selain itu, Sapari mengatakan pemanfaatakn tong komposter juga akan menjadikan lingkungan bersih dan tidak bau, mengurangi penyebab munculnya penyakit, dan meningkatkan kualitas tanah atau nutrisi tanaman, serta tong komposter juga dapat diletakkan di mana saja.

Untuk penggunaannya, Sapari memaparkan sampah organik dari dapur dimasukkan ke dalam tong komposter secara bertahap, sampai tong penuh. Sebelum dimasukkan, sampah tersebut harus dipotong atau dicacah terlebih dahulu. Menurutnya, akan lebih efektif jika ditambahkan dengan cairan biovaktivator secukupnya, setiap kali memasukkan sampah ke dalam tong. Setelah itu tong ditutup rapat.

“Pemanfaatan untuk cairan lindi sebagai pupuk, adalah dengan menambahkannya dengan air biasa. Perbandingannya satu berbanding lima. Satu liter lindi, maka ditambah dengan lima liter air biasa. Sedangkan untuk pupuk organic padat, dapat dipanen melalui pintu yang sudah dibuat agar bisa mengambil kompos yang paling bawah. Kering anginkan dulu sebelum digunakan,” jelas Sapari.

Untuk sampah organik yang bisa dimasukkan ke dalam tong, seperti nasi, sisa sayuran, sisa roti, sisa makanan, daun tanaman, rumput-rumputan di halaman rumah, dan lain-lain.

Sementara itu, untuk sampah yang tidak boleh dimasukkan dalam tong komposter adalah, daging, tulang, lemak minyak, susu, keju. Menuru Sapari, minyak dan lemak dapat menghalangi reaksi penguraian di dalam komposter.

“Bahan-bahan ini juga akan menarik hewan-hewan seperti lalat yang bisa membuat belatung muncul pada proses pengomposan,” ujarnya, “tanaman gulma yang berhama atau terkena penyakit juga jangan dimasukkan, karena hama akan masih terkandung dalam kompos,” imbuhnya. (anf)

Laporan MUJAWAROH ANNAFI, Pekanbaru

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook