Bumi sedang tidak baik-baik saja karena pemanasan global akibat rumah kaya dan hutan semakin berkurang. Kelompok Wanita Tani di dua Kecamatan Salo dan Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar memulai dari pekarangan rumah mereka untuk memelihara bumi dari pemanasan global ini.
RIAUPOS.CO - Kelompok Wanita Tani Kecamatan Salo dan Kecamatan Kuok memulai dari pekarangan dan lahan kelompok untuk memelihara bumi dari global warming. Kelompok ini membudiyakan kelor yang dijadikan tananaman untuk pagar pekarangan dan di lahan kelompok.
Awal budidaya pohon kelor di Kabupaten Kampar pada 2021 lewat pemberdayaan Kelompok Wanita Tani melalui CSR PT PLN Peduli Gardu Induk Sumatera Bagian Tengah bekerja sama dengan Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSI LHK) dalam mendukung program Ocu Mapan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Kampar.
Pada saat itu 2021, Kelompok Wanita Tani Kecamatan Salo dan Kecamatan Kuok diberikan pelatihan budidaya dan pemanfaatan daun kelor untuk industri rumah tangga.
Setelah dibagikan 1.000 bibit pohon kelor untuk Kelompok Wanita Tani ditanam di pekarangan rumah dan lahan Kelompok Wanita Tani. Inilah awal dari budidaya dan pengolahan daun kelor.
‘’Alhamdulillah sekarang Kelompok Wanita Kecamatan Kuok dan Kecamatan dari budidaya daun kelor ini sudah mempunyai produk. Kami dari UMKM Keloros Dapur Aru bersama BPSI LHK terus mendampingi Kelompok Wanita Tani tersebut. Dari budidaya sampai merekaa punya produk,’’ jelas Owner Dapur Aru Keloros Nurhidayah Sari saat ditemui di Kantor Dinas Perpustakaan dan Kerarsipan Kabupaten Kampar, Kamis (12/1).
Nurhidayah Sari menjelaskan, dari umur tiga bulan sudah bisa dijadikan sayur tetapi batangnya belum kokoh. Tetapi disarankan di usia satu tahun ke atas. Supaya batangnya kokoh dan hasil daunnya lebih banyak.
‘’Budidaya kelor ini sangat mudah, bisa dengan stek juga bisa dengan biji kelor. Dengan stek seperti menanam singkong,’’ jelas Nurhidayah Sari.
Nurhidayah Sari mengungkapkan dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah sudah menjaga bumi. Fungsi kelor ini menjaga air dan tanah dan menyerap karban dioksida yang paling bagus. Dengan menanam kelor di pekarangan rumah saja, menjaga bumi dan juga bagus untuk kesehatan.
‘’Kelompok Wanita Tani menanam pohon kelor untuk dijadikan pagar rumah dengan jarak satu kali dua meter. Memang dibentuk seperti pagar berderetan. Kalau kita jadi cantik asal rajin memangkas daunnya jadi rimbun. Pohon kelor bisa dijadikan untuk bahan produksi setelah berumur di atas satu tahun,’’ kata Nurhidayah Sari.
Biasanya kalau budidaya kelor ini dari polibet baru ditanam ke tanah setelah tiga bulan. Dari biji kelor ini sampai dia tumbuh sampai tiga bulan. Setelah agak besar sudah tiga bulan baru dipindahkan ke tanah. Jadi budidaya kelor ini tidak susah. Kemudian tinggal perawatannya saja.
‘’Peratawan kelor ini sangat mudah sekali dikasih pupuk organik saja yakni kotoran hewan. Bisa juga dipakai air cucian ikan, air cucian beras,’’ jelasnya.
Karena konsep menanam pada 2021 itu, pemanfaatan lahan pekarangan rumah dan lahan Kelompok Wanita Tani. Karena dalam lingkup dekat masih bisa menggunakan apa yang ada organik di rumah.
‘’Kelor ini ibaratnya menjaga bumi dan mengurangi pemanasan global karena pohon yang rimbun. Juga kelor menyerap karbon dioksida yang paling bagus. menjaga air dan tanah,’’ katanya.