Pemanasan Global Pemicu Banjir Besar di Libya

Internasional | Kamis, 21 September 2023 - 10:49 WIB

Pemanasan Global Pemicu Banjir Besar di Libya
Mobil bertumpuk di atas pemecah gelombang dan puing-puing bangunan yang hancur akibat banjir bandang setelah badai Mediterania Daniel menghantam Kota Derna di Timur Libya, Kamis (14 /9/2023). (ABDULLAH DOMA/AFP)

LIBYA (RIAUPOS.CO) - PARA ilmuwan mengatakan polusi karbon menjadi salah satu penyebab hujan lebat dan banjir besar yang melanda Yunani dan Libya pada bulan ini. Akan tetapi faktor manusia juga menjadi faktor lain yang bertanggung jawab atas perubahan cuaca yang ekstrem dan menjadi sebuah bencana kemanusiaan.

Berdasarkan penelitian dari World Weather Attribution pemanasan global membuat tingkat curah hujan menjadi lebih besar. Pada awal September kemarin curah hujan di Mediterania 50 kali lebih besar hal ini memungkinkan terjadi di Libya, dan curah hujan 10 kali lebih besar kemungkinannya di dapat terjadi di Yunani.


Para ilmuwan yang meneliti peristiwa cuaca ektrem menemukan bahwa masyarakat menjadi rentan terhadap hujan karena beberapa faktor seperti membangun rumah di dataran banjir, menebang pohon dan tidak memelihara bendungan yang sudah ada.

Dilansir dari The Guardian, Rabu (20/9), Friederike Otto, ilmuwan iklim di Imperial College London mengatakan, Mediterania adalah pusat bahaya yang dipicu oleh perubahan iklim. Para peneliti masih merasa kesulitan untuk mengukur peran perubahan iklim dalam penelitian ini dibandingkan dengan kebakaran hutan dan gelombang panas yang terjadi baru-baru ini.

Badai Daniel yang melanda beberapa negara di Mediterania dalam dua pekan pertama bulan September menyebabkan hujan lebat dan banjir yang menewaskan puluhan orang di Eropa dan Turki. Di Libya sendiri dua bendungan tua jebol di dekat Kota Derna dan menghanyutkan hampir seluruh wilayah tersebut, serta menewaskan ribuan orang.

Jumlah hujan yang terjadi di Libya sebelum terjadi banjir mencapai 50 persen lebih banyak dibandingkan dengan dunia yang penduduknya tidak mengubah iklim.

Selain itu, bendungan yang dibangun pada 1970-an itu tidak dirawat dengan baik yang membuat bendungan tidak dapat menampung air hujan dalam jumlah besar.

Di Yunani, Bulgaria, dan Turki curah hujan mencapai 40 persen lebih besar karena pemanasan global. Hampir di seluruh wilayah dunia diperkirakan hujan ekstrem seperti ini dapat terjadi setidaknya sekali dalam satu dekade.(esi)

Laporan  JPG, Libya









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook