Tahun 2023 Disebut Ilmuwan Uni Eropa Jadi Tahun Terpanas sejak 125.000 Tahun Silam

Internasional | Kamis, 09 November 2023 - 05:00 WIB

Tahun 2023 Disebut Ilmuwan Uni Eropa Jadi Tahun Terpanas sejak 125.000 Tahun Silam
Penanda peringatan bahaya panas ekstrem di Death Valley, California pada Juli 2023. (REUTERS)

LONDON (RIAUPOS.CO) - Tahun ini 'nyaris' menjadi tahun terpanas dalam 125.000 tahun terakhir, kata para ilmuwan Uni Eropa pada Rabu (8/11), setelah data menunjukkan bulan lalu merupakan Oktober terpanas di dunia dalam periode tersebut. Bulan lalu memecahkan rekor suhu pada Oktober tahun lalu sejak 2019, dengan selisih yang sangat besar, kata Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa.

"Rekor tersebut dipecahkan sebesar 0,4 derajat Celsius, yang merupakan selisih yang sangat besar," kata Wakil Direktur C3S, Samantha Burgess, yang mengatakan anomali suhu pada bulan Oktober 'sangat ekstrim'.


Panas tersebut salah satunya disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia, ditambah dengan munculnya pola cuaca El Nino tahun ini, yang menghangatkan permukaan air di bagian timur Samudera Pasifik. Secara global, rata-rata suhu udara permukaan pada Oktober lebih hangat 1,7 derajat Celsius dibandingkan bulan yang sama pada 1850-1900, yang oleh Copernicus didefinisikan sebagai periode pra-industri.

Pemecahan rekor pada Oktober 'nyaris' menjadikan 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat, kata C3S dalam sebuah pernyataan. Rekor sebelumnya terjadi pada 2016, yang merupakan tahun El Nino lainnya.

Data yang didapat oleh Copernicus berasal dari data pada 1940.

"Saat kami menggabungkan data kami dengan IPCC, maka kami dapat mengatakan bahwa ini adalah tahun terpanas selama 125.000 tahun terakhir," kata Burgess.

Satu-satunya waktu lain sebelum Oktober yang memecahkan rekor suhu dengan selisih sebesar itu adalah pada September 2023.

"September benar-benar mengejutkan kita. Jadi setelah bulan lalu, sulit untuk menentukan apakah kita berada dalam kondisi iklim yang baru. Tapi sekarang rekor terus menurun dan saya tidak terlalu terkejut dibandingkan bulan lalu," kata Burgess.

Michael Mann, seorang ilmuwan iklim di University of Pennsylvania, mengatakan, "Sebagian besar tahun El Nino kini memecahkan rekor, karena pemanasan global yang disebabkan oleh El Nino diakibatkan karena peningkatan pemanasan oleh manusia."

Perubahan iklim memicu hal-hal ekstrem yang semakin merusak. Tahun ini, bencana tersebut termasuk banjir yang menewaskan ribuan orang di Libya, gelombang panas parah di Amerika Selatan, dan musim kebakaran hutan terburuk yang pernah tercatat di Kanada .

 

"Kita tidak boleh membiarkan banjir dahsyat, kebakaran hutan, badai, dan gelombang panas yang terjadi tahun ini menjadi hal yang biasa," kata Piers Forster, ilmuwan iklim di Universitas Leeds.

"Dengan mengurangi emisi gas rumah kaca secara cepat selama sepuluh tahun ke depan, kita dapat mengurangi laju pemanasan," tambahnya.

Meskipun negara-negara menetapkan target yang semakin ambisius untuk mengurangi emisi secara bertahap, sejauh ini hal tersebut belum terwujud. Emisi CO2 global mencapai rekor tertinggi pada 2022.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook