RIAUPOS.CO - Bupati Pelalawan H Zukri mengatakan, saat ini Pelalawan telah mulai menanam pohon kelor dilingkungan Pemerintahan. Seperti aset jalan daerah, serta perkantoran milik pemerintah daerah.
Ini dimaksud selain untuk penghijauan, juga ada banyak manfaat dari penanaman kelor ini, tidak hanya bagi lingkungan, akan tetapi bagi kesehatan juga.
“Kita juga telah menginstruksikan seluruh kecamatan yang bekerjasama dengan perusahaan, untuk menghijaukan kampung dengan pohon kelor ini. Dan alhamdulillah, upaya ini telah terealisasi dan akan terus dimaksimalkan,” ujarnya.
Namun ada rencana besar yang akan direalisasikna oleh Pemkab Pelalawan, yakni menyiapkan lahan seluas 100 hektare untuk dijadikan perkebunan kelor, akan dipusatkan di salah satu kecamatan di Kabupaten Pelalawan.
“Untuk itu, kita berharap rencana program pembangunan tanaman kelor ini di Pelalawan dapat berjalan lancar sehingga dapat segera kita realisasikan. Namun demikian, kita juga tentunya mengimbau masyarakat di kabupaten Pelalawan dapat mendukung program ini dengan menanam kelor di halaman rumah mereka masing-masing,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, kelor atau merunggai (Moringa oleifera) adalah sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae. Tumbuhan ini dikenal dengan nama lain seperti: limaran, moringa, (dari minyak yang bisa diekstrak dari bijinya), drumstick (dari bentuk rumah benihnya yang panjang dan ramping), horseradish tree (dari bentuk akarnya yang mirip tanaman horseradish), dan malunggay di Filipina.
Kelor adalah tanaman yang bisa tumbuh dengan cepat, berumur panjang, berbunga sepanjang tahun, dan tahan kondisi panas ekstrim. Tanaman ini berasal dari daerah tropis dan subtropis di Asia Selatan. Kelor umum digunakan sebagai bahan makanan dan obat di Indonesia. Biji kelor juga digunakan sebagai penjernih air skala kecil.
Untuk diketahui juga, tanaman kelor memiliki ketinggian 7-11 meter, berbatang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar; percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun kelor memliki ciri berupa: majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling, beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau muda. Buah berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20–60 cm; buah muda berwarna hijau - setelah tua menjadi cokelat, bentuk biji bulat - berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah berumur 12-18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti lobak.
Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian 1000 m dpl, banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau ladang.
Kelor kaya memiliki kandungan nutrisi dan senyawa yang dibutuhkan tubuh. Kelor mengandung, antioksidan, vitamin, asam amino esensial, anti-inflammatory, dan kandungan senyawa lainnya.
Akan tetapi, budidaya, pengolahan dan penyajian kelor juga harus tepat agar nutrisi kelor dapat tetap ada.
Selain memiliki manfaat, kelor juga memiliki beberapa efek samping yang perlu diwaspadai. Berikut adalah beberapa di antaranya, menurunkan tekanan darah, memperlambat detak jantung, hipoglikemia atau gula darah rendah, diare, kerusakan hati dan ginjal, bahaya bagi kandungan, dan reaksi alergi.
Efek samping di atas sangat jarang terjadi. Efek samping dapat terjadi akibat bagi yang memang memiliki alergi atau kondisi lain yang tidak disarankan untuk mengonsumsi tanaman ini. Pada dasarnya, konsumsi daun kelor relatif aman. Namun, sebaiknya tidak mengonsumsi bagian lain seperti bunga, kulit pohon, hingga akarnya.
Selain itu daun kelor juga memiliki kandungan kalium, protein, kalium, zat besi, serta asam amino yang bisa menyembuhkan dan membangun otot. Orang-orang zaman dahulu sering menggunakan tanaman ini sebagai obat untuk menyembuhkan beragam penyakit mulai dari infeksi bakteri dan virus, nyeri sendi, kanker, diabetes, hingga permasalahan jantung.
Nah, berdasarkan banyak manfaat ini dilihat dari sejarahnya juga, Pemkab Pelalawan memiliki rencana besar dalam jangka panjang untuk membangun perkebunan pengembangan dan budidaya tanaman kelor di kabupaten Pelalawan. Tidak tanggung-tanggung, Pemerintah daerah Negeri Seiya Sekata ini juga berencana membangun pabrik mini untuk menghasilkan produk turunan daun kelor ajaib tersebut.
Disampaikan Zukri, bahwa wacana besar untuk perkebunan kelor dan pabrik mini itu nantinya akan melibatkan masyarakat miskin. Dan keuntungannya juga akan didistribusikan kepada orang-orang miskin di Pelalawan.
“Ya, manfaat daun kelor ini sangat baik bagi kesehatan yang sudah diakui dunia, serta sebagai salah satu tanaman ajaib. Sehingga karena memiliki khasiat yang baik untuk tubuh, maka kita mewacanakan pembangunan perkebunan tanaman ini di Pelalawan,” terangnya.
Diungkapkan Zukri yang menjabat Ketua DPD PDIP Riau ini, untuk mewujudkan mimpi program kebun dan pabrik mini kelor ini, Pemkab Pelalawan, belum lama ini telah melakukan studi banding (Stuban) ke kebun kelor dan pabrik yang telah dianggap berhasil. Yakni mengunjungi PT Moringa Organik Indonesia (MOI) yang terletak di Puri Kelorina, Desa Area Sawah, dan Kebun Kelor Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
“Banyak ilmu yang kita dapat dari stuban itu. Sehingga kita dari Pemkab Pelalawan bertekad untuk membangun kebun tanaman kelor dan pabrik mini di kabupaten Pelalawan,” paparnya.(gus)
Laporan M Amin, Pelalawan