RIAUPOS.CO - Tumpukan sampah menebarkan aroma busuk dan anyir di sepanjang jalan di lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) di Batu Enam, Bagansiapiapi tersebut.
Sampah membentuk gunungan yang terlihat didominasi oleh plastik bungkusan, bekas minuman mineral dan sebagainya bertimbun terutama di jalur sebelah kiri begitu masuk dari gerbang TPAS.
Tempat tersebut merupakan sebagai salah satu dari areal TPAS yang ada di Rokan Hilir (Rohil). Selain itu terdapat sejumlah TPAS lainnya seperti di wilayah Bagan Batu Kecamatan Bagan Sinembah, serta sejumlah titik di wilayah kecamatan lainnya.
Keberadaan TPAS terutama sebagai tempat relokasi sampah dengan baik agar tak menimbulkan gangguan bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pemkab Rohil membangun TPAS di sejumlah kecamatan yang dinilai merupakan tempat dengan tingkat populasi masyarakat yang tinggi dan aktifitas produksi sampah yang besar seperti di Kota Bagansiapiapi.
Namun untuk maksimal dalam pengelolaan sampah tersebut, Pemkab Rohil melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Rohil telah menerapkan pengelolaan sampah dengan cara daur ulang. Sehingga tidak hanya berhenti pada kegiatan pengumpulan dan pembuangan sampah saja, tapi juga sampai pada pengolahan atau pemanfaatan lewat kegiatan daur ulang.
Produksi sampah rumah tangga yang ada di Kota Bagansiapiapi, cukup tinggi. Dimana produksi sampah tersebut didominasi oleh kegiatan dari rumah tangga.
Hal itu dikatakan Kepala DLH Rohil Suwandi SSos, di Bagansiapiapi, baru-baru ini.
“Sehingga setiap harinya terjadi pengangkutan sampah yang dilakukan secara rutin oleh petugas dari DLH,” kata Suwandi.
Ia menerangkan untuk kegiatan pengangkutan sampah tersebut berjalan dengan rutin setiap harinya dengan sistem pergantian, ada yang diangkut pada pagi hari dan ada yang pada malam harinya.
Namun untuk tahapan akhir yakni pengangkutan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) di Batu Enam, Bagansiapiapi biasanya dilaksanakan pada siang harinya.
Suwandi menerangkan terkait dengan solusi penanganan sampah tersebut tidak hanya bertumpu pada pengangkutan sampah dari pemukiman, perumahan masyarakat ke TPAS saja tapi juga melakukan berbagai kegiatan untuk daur ulang. Kegiatan daur ulang tersebut berupa pengolahan, atau pemanfaatan sampah sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan produktif lainnya seperti pembuatan pupuk ataupun pemanfaatan limbah plastik.
“Ya terkait dengan pemanfaatan sampah sudah menerapkan daur ulang,” kata Suwandi.
Ia menerangkan langkah pertama yang dilakukan adalah pemilahan terhadap jenis sampah apakah yang organik maupun an organik. Selanjutnya terhadap sampah dengan masing-masing jenis tersebut mendapatkan perlakuan yang berbeda agar bisa dimanfaatkan kembali.
Dimana untuk sampah organik seperti sayuran, buah, dan sebagainya disimpan ke dalam wadah khusus dan didiamkan selama beberapa waktu. Hingga proses yang diperlukan dianggap telah selesai maka akan dipergunakan untuk pemanfaatan lainnya misalnya sebagai pupuk. Pupuk yang dihasilkan berupa pupuk cair maupun padat dalam bentuk kompos.
Sementara untuk sampah anorganik terangnya didaur ulang dengan pengunaan alat tertentu, untuk pencacahan dan selanjutnya sampah plastik akan dikumpulkan berdasarkan jenisnya.
Terkait dengan adanya pengelolaan dengan sistem daur ulang tersebut, Suwandi mengharapkan masyarakat mendukung kegiatan pengumpulan atau pembuangan sampah yang dilakukan oleh petugas DLH Rohil. “Dalam artian masyarakat bisa membantu untuk mempermudah bagi petugas dengan cara memisahkan sampah rumah tangga yang organik dan non organik,” katanya.
DLH terangnya menerapkan pengelolaan sampah secara integral atau terpadu, dimana sampah yang ada sudah bisa didaur ulang agar bisa kembali dimanfaatkan, diantaranya diolah menjadi pupuk.
Suwandi menerangkan proses atau kegiatan daur ulang itu telah berjalan dalam beberapa tahun belakangan, dimana untuk sampah organik dari sayur, buah-buahan, rumpuk dan sebagainya proses pemanfaatannya berbeda sedangkan, sampah yang bisa dicacah seperti botol plastik, kemasan minuman dan sejenisnya.
“Dengan proses tertentu, diharapkan dalam waktu dua pekan mendatang sudah ada kompos yang bisa dimanfaatkan untuk tanaman,” katanya.
Penjelasan senada diungkapkan petugas tenaga pengolahan sampah, Mahmud yang sehari-hari bekerja di TPAS tersebut.
“Untuk bahan baku sampah organik dapat dihasilkan pupuk organik, sedangkan sampah plastik bisa dicacah untuk dimanfaatkan ulang,” katanya.
Ia menerangkan pengolahan plastik dan organik agar dapat dimanfaatkan kembali. Kegiatan terangnya berjalan dengan lancar, dimana hasil produksi untuk tahapan awal perhari dalam setiap pekerjaan sekitar empat jam untuk jenis plastik 70 kilogram dan hasil bersih menjadi 45 kilogram. Sedangkan sampah organik yang dua kubik setelah diolah menjadi pupuk organik. Permentasi tiga pekan menghasilkan berkilo pupuk organik.
Saat ini terangnya keberadaan dari produksi pupuk itu dimanfaatkan oleh DLH dalam kegiatan yang berkaitan dengan penataan, perawatan taman dan lingkungan perkantoran dan terbukti memberikan manfaat yang baik untuk tanaman.(gus)
Laporan Zulfadhli, Bagansiapiapi