JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyakit diabetes. Seseorang yang obesitas saat gula darahnya melebihi batas normal, maka ia harus waspada. Dan jika dibandingkan dengan negara Barat, ternyata orang Asia lebih sering mengalami kegemukan di daerah perut.
Dalam konferensi pers virtual bersama Departemen Gizi Masyarakat IPB University Gelar Konferensi Internasional Gizi dan Pangan baru-baru ini, Ahli Gizi dan Guru Besar Ilmu Gizi IPB University
Prof Hardinsyah membahas lesson learned negara-negara di Asia terkait diet, gaya hidup dan penyakit tidak menular. Umumnya, paparan terkait perubahan diet di Asia, perkembangan penyakit tidak menular akibat perubahan diet di Asia dan keunikan diet tradisional ala orang Asia.
“Tubuh orang Asia sering disebut sebagai skinny fat sehingga cenderung mengalami obesitas sentral di bagian perut sedangkan bagian tubuh lainnya kekurangan otot sehingga terlihat kurus di beberapa bagian lain,” katanya dalam keterangan resmi baru-baru ini.
Ia mengungkapkan bahwa perkembangan jenis penyakit tidak menular di Asia sangat berbeda dengan Eropa. Di negara berkembang, penyakit kanker berada di urutan teratas, disusul dengan penyakit kardiovaskular.
Restoran Cepat Saji Picu Obesitas
Berdasarkan kajian terkini, kata Prof Hardinsyah, terjadi pula peningkatan kasus diabetes dan obesitas di Asia. Kejadian ini dikarenakan densitas restoran cepat saji yang meningkat di berbagai negara Asia sehingga prevalensinya turut meningkat.
“Saya menyarankan pemerintah untuk meregulasi densitas restoran cepat saji ini,” ungkapnya.
Menurutnya, pola konsumsi gula dan garam yang berlebih karena peningkatan konsumsi cemilan juga dinilai menjadi biang keladinya. Data dari tahun 2000 hingga 2017 menunjukkan, pola konsumsi masyarakat Asia berubah menjadi kurang sehat.
Kabar gembiranya, lanjutya, di sisi lain orang Asia mulai melakukan perbaikan gaya hidup. Diet ala Asia telah memberikan manfaat kesehatan dan kepuasan yang sepadan dan sebagian besar berakar dari kebiasaan makan tradisional orang Asia.
“Dalam sepuluh tahun ke depan, tren akan semakin berkembang. Di antaranya pangan berbasis tumbuhan, aktivitas fisik yang lebih tinggi, hingga konsumsi mikrobiota penting bagi pencernaan,” katanya.
Suber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman