PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Libur Idulfitri telah berlalu, di mana merupakan momen-momen berkumpul bersama sanak keluarga yang telah lama tidak bertemu. Libur Idulfitri kerap dihubungkan dengan mengonsumsi makanan yang jarang kita temukan di hari-hari biasanya seperti opor, rendang, kue mentega, dan makanan enak lainnya.
Euforia Idulfitri biasanya juga dilampiaskan dengan makan dan minuman yang berlebihan, saat bertamu ke rumah sanak saudara tak elok rasanya bila tidak makan atau minum dahulu, otomatis untuk menghargai tuan rumah kita dengan terpaksa menikmati suguhan yang telah diberikan. Tanpa kita sadari, sebagian besar makan makanan tersebut mengandung lemak dan gula yang tinggi yang dapat mengancam kesehatan kita.
Dokter Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru Engga Dermatha mengatakan, hipertensi adalah salah satu penyakit yang sering ditemukan setelah Idulfitri. Biasanya seseorang berobat ke dokter bukan karena penyakit hipertensinya, namun karena masalah penyakit lain seperti kelelahan, radang tenggorokan hingga sakit perut. Setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah, barulah kerap diketahui memiliki tekanan darah yang tinggi.
Hipertensi, Pembunuh Diam-Diam
Disebutkannya, pesatnya kemajuan teknologi dan perkembangan dunia yang makin modern, telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak menular adalah hipertensi, dimana peningkatan kejadian penyakit ini berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan hidup. Penyakit tidak menular telah menjadi masalah kesehatan masyarakat baik secara global, nasional, regional bahkan lokal.
Menurut JNC VIII (Joint National Committee on the prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure) hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Hipertensi merupakan silent killer (membunuh secara diam-diam) di mana hipertensi tidak memiliki gejala yang spesifik, sehingga si penderita tidak mengetahui bahwasanya menderita tekanan darah tinggi.
Penderita hipertensi biasanya mengetahui tekanan darahnya tinggi secara tidak sengaja saat berobat penyakit yang lain atau telah timbul komplikasi. Gejala hipertensi biasanya muncul bila sudah berat dan sudah terdapat komplikasi pada penderitanya, gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu seperti sakit kepala/rasa berat di tengkuk, pusing berputar (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.
Penyebab hipertensi secara umum dapat di bedakan menjadi dua, yang pertama adalah yang tidak dapat diubah seperti umur, jenis kelamin serta riwayat keluarga atau genetic. Sedangkan yang kedua adalah faktor yang dapat diubah, hal ini berkaitan dengan life style seperti kebiasaan merokok, konsumsi garam yang tinggi, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, dan penggunaan obat-obatan hormonal.
Hipertensi merupakan masalah utama di negara maju maupun berkembang. Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi. Diperkirakan setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. Di Indonesia, berdasarkan dara Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8 persen, prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung (30 persen) dan yang terendah di Papua (16,8 persen). Menurut data Pusdatin 2014, Penderita hipertensi di Riau sebanyak 20.9 persen dari jumlah penduduk, yang berarti 1 dari 5 orang di Riau menderita hipertensi.
Penyakit hipertensi dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti otak, mata, jantung, dan ginjal. Kerusakan organ tubuh tergantung tingginya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Komplikasi penyakit ini antara lain adalah stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia, bahkan di dunia.
Pengobatan dan Pencegahan Hipertensi
Modifikasi gaya hidup merupakan faktor penting dalam pencegahan penyakit hipertensi, menjaga berat badan ideal, mengurangi konsumsi garam, tidak merokok, berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, mengurangi stress, dan menghindari makanan berlemak.
‘’Bagi yang sudah mengidap penyakit ini, sebaiknya melakukan pemeriksaan tekanan secara berkala dan mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi secara teratur. Apabila menemukan gejala yang sudah mengarah ke komplikasi sebaiknya segera memeriksakan kesehatan ke dokter,’’ pesannya.
Dia juga mengatakan sulitnya mendeteksi penyakit ini dikarenakan tidak adanya gejala yang spesifik dapat di minimalisir dengan memeriksakan kesehatan seperti medical check up yaitu suatu pemeriksaan rutin dan menyeluruh yang dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan dan mendeteksi adanya suatu penyakit di dalam tubuh.
‘’Medical check up merupakan salah satu solusi untuk mengantisipasi dalam mendeteksi kemungkinan adanya penyakit serius dalam tubuh termasuk hipertensi dan risiko-risikonya, sehingga dapat mencegah penyakit tersebut untuk menimbulkan komplikasi,’’ jelasnya.
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru, yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru menawarkan paket medical check up dengan layanan terintegrasi, dimana layanan dilakukan pada satu tempat. Selain itu Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru memiliki ruangan MCU yang bersih dan nyaman, serta di tangani oleh petugas yang profesional, didukung dengan fasilitas yang lengkap dan modern.