Rutin Ukur Tekanan Darah untuk Deteksi Hipertensi, Ketahui Ambang Batasnya

Kesehatan | Kamis, 18 Mei 2023 - 08:04 WIB

Rutin Ukur Tekanan Darah untuk Deteksi Hipertensi, Ketahui Ambang Batasnya
Ilustrasi pengukuran tekanan darah. (SHUTTERSTOCK/ADHEAMIR)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD-KGH, mengatakan tekanan darah harus diukur secara rutin secara baik dan benar untuk mendeteksi tekanan darah tinggi hipertensi yang akurat.

"Seluruh dunia sekarang diarahkan untuk mengukur tekanan darah yang baik dan benar. Jadi, tidak bisa sekali diukur 160/90 dia hipertensi, itu mungkin hipertensi," kata Tunggul saat acara edukasi hipertensi di Jakarta, Rabu (17/5).


Mengukur tekanan darah, kata dokter yang menyelesaikan pendidikan spesialis penyakit dalam di Universitas Indonesia, sebaiknya dilakukan ketika seseorang dalam keadaan istirahat dan tidak terburu-buru. Mengukur tekanan darah yang baik dan benar dilakukan pada pagi dan malam hari dengan alat ukur tekanan darah digital.

Pengukuran bisa dilakukan tiga kali dalam sehari dengan waktu jeda masing-masing 1 sampai 2 menit. Pengukuran pertama, menurut Tunggul, umumnya lebih tinggi.

"Umumnya yang pertama lebih tinggi. Kalo tetap tinggi itu disebut hipertensi," ucap Tunggul.

Seseorang yang akan diukur tekanan darahnya harus sedang merasa rileks tidak ada beban dan tidak dalam keadaan sakit.

 

Tunggul mengatakan ambang batas dikatakan hipertensi adalah jika pemeriksaan di rumah didapati angka 135/85. Sedangkan pada poliklinik atau rumah sakit ambang batas hipertensi adalah 140/90.

Apabila angka yang didapat di atas 180/100 dan sudah ada gejala, maka segera dilakukan evaluasi dengan dokter di rumah sakit terdekat agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Selain rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah, seseorang juga perlu menkenali faktor risiko yang dapat memberatkan hipertensi. Tunggul menyebutkan faktor risiko hipertensi adalah riwayat keluarga, berat badan berlebih, kebiasaan makan makanan yang mengandung garam berlebihan, kurangnya aktivitas atau olahraga, konsumsi alkohol dan penyakit penyerta lain seperti kolesterol tinggi dan asam urat.

"Harus disadari sebenarnya hipertensi bisa dicegah. Kalau sudah didiagnosis hipertensi bisa dikendalikan karena bisa merusak semua organ yang punya pembuluh darah, organ vital jantung, ginjal, otak, mata, pembuluh darah semua kena. Kalau semua kena untuk mengembalikannya tidak bisa," ucap Tunggul.

Tunggul menyarankan jika terdiagnosis hipertensi atau memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, maka perlu dilakukan perubahan gaya hidup seperti sering berolahraga, mengurangi makanan mengandung garam dan menurunkan berat badan secara perlahan. Perbaikan gaya hidup bisa dilakukan 3-6 bulan untuk memperbaiki tekanan darah ke batas normal.

Jika tidak memiliki faktor risiko hipertensi, Tunggul menyarankan pengukuran tekanan darah dilakukan setahun sekali dengan ambang batas di bawah 140/90.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook