JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Para ahli menyakini bahwa hampir 90 persen penyakit berkaitan dengan usus dan kesehatan mikrobioma. Itulah mengapa menjaga kesehatan usus dan menjaga keseimbangan mikrobioma sangat penting untuk mendapatkan kesehatan optimal dan umur panjang.
Konsultan dari Synergy, dr Vania Ibrahim menjelaskan lingkungan yang beracun, makanan yang kekurangan nutrisi, dan gaya hidup yang membuat stres, dapat merusak kesehatan usus dan keseimbangan mikrobioma. Mikrobioma adalah kumpulan dari triliunan mikroba yang mendiami tubuh manusia, seperti bakteri dan virus.
“Ukurannya sangat kecil, namun bila dijumlahkan, berat dari seluruh mikrobioma ini sekitar 2—3 kg dari berat tubuh manusia,” katanya kepada wartawan, baru-baru ini.
Dampak Kesehatan Usus yang Buruk
Bila kesehatan ususnya buruk dan bakteri jahat mendominasi, bisa terjadi penumpukan racun tubuh yang memberikan gejala. Misalnya seseorang mengalami aroma keringat yang kurang sedap, tidur tidak nyenyak, mudah lelah dan tidak fokus, perut sering kembung dan BAB tidak lancar, berat badan mudah naik tapi sulit turun, mudah terkena alergi dan berjerawat, sering pusing tanpa sebab, daya seksual rendah, dan mens tak teratur.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya kegemukan, masalah kesuburan, gangguan suasana hati, fungsi otak, kekebalan tubuh dan penyakit seperti sindrom usus bocor, autoimun, radang sendi, kepikunan, jantung dan kanker.
Prebiotik dan Serat Jadi Solusi
Menurut dr Vania, beruntungnya kita dapat menjaga kesehatan usus dan meningkatkan bakteri baik dengan mengonsumsi serat yang cukup dan mengonsumsi bahan-bahan penyubur bakteri baik yang disebut prebiotik.
Dalam laporan Synergy WorldWide Indonesia dan Synergy BiomeDTX, produk herbal hasil formulasi ilmuwan The Hughes Center for Research and Innovation (HCRI) dari Nature’s Sunshine Products-USA, yang mengandung 17 bahan alam yaitu sebagian besar serat larut alami, serat tak larut, penyubur bakteri baik, prebiotik, antioksidan dan beragam fitronutrien lainnya.
“Fungsinya mengeluarkan atau membersihkan racun tubuh, membersihkan atau menyehatkan pencernaan serta menyeimbangkan mikrobioma. Oleh karena itu, ini dapat memberikan manfaat menyehatkan pencernaan dan usus, membersihkan racun tubuh dan menyeimbangkan bakteri baik didalam tubuh, menurunkan gula darah dan kolesterol, melancarkan buang air besar dan menjaga berat badan ideal,” kata dr Vania.
Masih menurut dr Vania, masyarakat harus mencukupi kebutuhan serat. Misalnya serat larutnya yang diperoleh dari plantago ovata, serat buah apel, flaxseed dan beragam sayur dan buah lainnya, akan menyerap air dan membentuk semacam gel dalam usus. Gel inilah yang kemudian memperlambat pengosongan lambung, sehingg kenyang lebih lama dan nafsu makan berkurang. Gel ini juga yang dapat memperlambat penyerapan gula ke dalam aliran darah.
Sehingga kadar gula darah akan rendah yang diikuti dengan kadar insulin yang rendah juga. Artinya, tubuh cenderung tidak akan menyimpan lemak.
“Serat juga dapat menurunkan kolesterol, dan membantu memberi makan bakteri baik dalam usus sehingga makin menyehatkan sistem pencernaan tubuh,” jelasnya.
Sementara serat tak larutnya, akan melancarkan buang air besar, prebiotik kuatnya dari fruktooligosakarida, buah apel, bit dan sayuran atau buah lainnya akan menyuburkan bakteri baik di usus, antioksidannya dari ekstrak biji anggur yang banyak mengandung OPC, daun teh hijau dan kunyit dengan kurkuminnya akan membantu mengatasi peradangan dan menyehatkan kulit. Dampaknya mempermudah buang air besar enak dan lancar, badan terasa enteng dan berat badanpun jadi seimbang. Makin sehat, langsing dan kulit pun sehat.
“Kesadaran menjaga kesehatan usus itu penting sekali karena berkaitan dengan kesehatan tubuh secara menyeluruh. Antara lain dengan mengonsumsi beragam sayur dan buah, minum yang cukup, dan membatasi makanan yang tinggi kalori dan lemak,” katanya.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sebanyak 95,5 persen orang Indonesia masih kurang mengonsumsi buah dan sayur dengan porsi yang cukup. Ini berarti tubuh menjadi kurang serat, yang dapat menyebabkan peningkatan angka penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, stroke, penyakit jantung, dan obesitas.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman