JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Konsumsi gula berlebihan dapat membuat seseorang terancam obesitas hingga diabetes. Selain makanan manis, minuman manis kekinian saat ini menjadi tren terutana di kalangan Gen-Z dan milenial.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan Eva Susanti, mengatakan ancaman penyakit tak menular (PTM) kini menyerang atau bergeser ke usia lebih muda. Menurutnya, tak hanya penyakit menular seperti Covid-19 dan TBC, Indonesia menghadapi beban penyakit tak menular.
“Kebiasaan ini harus distop. PTM semakin menyerang anak muda,” tegas Eva dalam webinar Nutrifood, Kamis (17/11).
Ia menyebutkan hasil survei minuman manis terfavorit yang paling banyak diminum. Yaitu paling banyak teh kemasan 13 persen, lainnya minuman manis seperti susu kental manis, dan jus buah.
“Provinsi paling tinggi mengonsumsi gula sesuai rata-rata nasional adalah Jogjakarta, Kalimantan, Jateng, Babel, terendah ada di Maluku,” tuturnya.
Batasan Gula
Sesuai anjuran Kemenkes, batasan gula harus kurang dari 50 gram per hari atau 4 sendok makan. Dan batasan garam itu kurang dari 1 sendok teh per hari.
Santan hanya boleh 5 sendok makan per hari. Dan sebanyak 25 persen masyarakat sudah melebihi konsumsi gula garam melebihi batas dianjurkan.
Kegiatan edukasi kampanye #BatasiGGL oleh Nutrifood, itu juga menghadirkan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Rudy Kurniawan, SpPD, DipTH, MM, MARS. Menurutnya diabetes itu tak hanya masalah gula darah, komplikasinya bermacam-macam.
“Kita bisa mengendalikan dan mencegah agar komplikasi tak terjadi,” jelasnya
Untuk mencegahnya, kata dia, seseorang harus mengubah persepsi. Ketika sudah menjadi kebiasaan, seseorang akan terus mengonsumsi minuman manis.
“Asupan gula harian paling mendasar, menerapkan edukasi sejak awal. Manis itu persepsi. Semakin sering konsumsi manis, maka malah makin biasa. Dibanding orang yang makan dan minun yang tawar. Karena itu cobalah mulai membatasi sejak sekarang,” tutup dr. Rudy.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman