JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Seseorang yang terkena diabetes seringkali menyangkal bahwa dirinya sudah hidup sehat. Salah satunya dengan tidak makan gorengan atau makanan berlemak. Padahal jika makan karbohidrat berlebihan tetap saja bisa memicu diabetes.
Apa contoh karbohidrat yang dapat memicu gula darah?
Laporam Verrywell Health, contoh karbohidrat sederhana adalah roti putih, nasi putih, mi dan pasta, aneka tepung-tepungan seperti roti dan kue basah, hingga kentang goreng. Sementara karbohidrat kompleks yang rendah ladar gula adalah umbi-umbian yang tidak digoreng.
Ahli Kesehatan dari IPB University dari Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Mega Safithri mengatakan karbohidrat merupakan sumber energi bagi tubuh. Namun, konsumsi karbohidrat berlebih sering dikaitkan dengan meningkatnya risiko terkena penyakit diabetes.
Peningkatan konsumsi karbohidrat yang merupakan gula disinyalir dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Ujungnya, berbagai risiko penyakit degeneratif ikut meningkat, terlebih bila jarang berolahraga.
Ia menerangkan, mekanisme metabolisme dalam tubuh manusia akan bergantung pada aktivitas yang dilakukan. Sehingga tingkat konsumsi karbohidrat juga akan mempengaruhi jenis aktivitas metabolisme dalam tubuh.
Perbedaan metabolisme karbohidrat, katanya, terjadi karena respon pada kadar glukosa darah. Bila kadar glukosa darah meningkat, memacu metabolisme glikolisis, glikogenesis atau jalur pentosa fosfat. Kelebihan kadar gula dalam darah juga akan disimpan sebagian sebagai lemak.
“Maka dari itu, walau jarang mengonsumsi lipid atau makanan berlemak atau makanan gorengan, mengonsumsi makanan berindeks glikemik (kadar gula) tinggi akan tetap menambah lemak pada tubuh karena terjadi lipogenesis akibat meningkatnya produksi Asetil ko-A,” ungkapnya dalam keterangan resmi baru-baru ini.
Sedangkan bila kadar glukosa dalam darah menurun, akan memicu metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis. Lebih lanjut, sebagian besar proses metabolisme glukosa berada di hati.
Gula yang dihasilkan dari pencernaan akan bermuara di hati kemudian diubah menjadi glukosa 6-fosfat yang merupakan senyawa intermediet penting dalam metabolisme karbohidrat. Glukosa ini dapat dipolimerisasi menjadi glikogen, defosforilasi menjadi glukosa darah, atau dikonversi menjadi asam lemak melalui asetil Ko-A.
“Selain itu melalui siklus asam sitrat dan rantai respirasi untuk menghasilkan energi,” tambahnya
Ia menambahkan, neuron (saraf) pada otak hanya menggunakan glukosa dan beta hidroksibutirat sebagai sumber energi. Beta hidroksibutirat ini penting pada saat puasa atau kelaparan. Alasan inilah pada penderita diabetes menahun, bila gula darahnya tidak dikontrol akan menjadi stroke karena terjadi pendarahan di otak.
“Sel mengalami pengerutan karena glukosa darah cukup banyak di luar sel, akan menjadi kondisi hipertonis terhadap sel sehingga akhirnya akan terjadi pengerutan sel,” ujar Peneliti Pusat Studi Biofarmaka, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University ini.
Batas minimal glukosa darah, kata dia, adalah 40 miligram per 100 mililiter darah. Bila kurang dari batas minimal akan terjadi hipoglikemia berat. Pada beberapa penderita diabetes yang diberi insulin berlebih dapat mengalami hipoglikemia akibat kadar gulanya menurun drastis.
Kenyang dan lapar juga mempengaruhi metabolisme. Dalam siklus makan-puasa mempunyai tiga tahap, pasca makan, pascar serap dan makan kembali saat sarapan. Siklus makan-puasa ini penting untuk menjaga homeostasis glukosa.
“Sebenarnya untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah harus dijaga dengan mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik baik. Indeks glikemik ini adalah nilai yang menunjukkan kemampuan suatu makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar glukosa darah,” jelasnya.
Faktor tinggi rendahnya indeks glikemik ini di antaranya mulai dari proses pengolahan, ukuran partikel, hingga kadar zat anti gizi pangan. Bagi penderita diabetes, jenis makanan yang dianjurkan untuk konsumsi demi menjaga kadar gula dalam darah adalah pati resisten.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman