KESEHATAN

Cegah Kebutaan, Waspada saat Penglihatan Pasien Diabetes Mulai Kabur

Kesehatan | Kamis, 13 Oktober 2022 - 05:00 WIB

Cegah Kebutaan, Waspada saat Penglihatan Pasien Diabetes Mulai Kabur
ILUSTRASI. Kadar gula darah tak terkontrol atau terlalu tinggi pada pasien diabetes bakal berujung komplikasi seperti kebutaan. Kondisi ini dinamakan Diabetik Makular Edema (DME). (HINDUSTAN TIME)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kadar gula darah tak terkontrol atau terlalu tinggi pada pasien diabetes bakal berujung komplikasi seperti kebutaan. Kondisi ini dinamakan Diabetik Makular Edema (DME) yang membahayakan mata. Maka pasien diabetes harus mencegah kondisi ini jangan sampai terjadi.

Dokter Spesialis Mata KonsultanDr. dr. Gitalisa Andayani, Sp.M(K) memaparkan sejumlah gejala awal DME. Pertama, biasanya diawali dengan penglihatan yang mulai kabur. Kemudian diikuti hilangnya warna kontras yang bisa dikenali mata, sampai akhirnya timbul titik buta. Jika sudah sampai kondisi itu, tentu butuh perawatan khusus.


“Maka, perlu kita pahami apa saja faktor risikonya. Beberapa faktor risiko DME seperti menderita Diabetes Melitus (DM) dalam waktu yang sudah panjang, memiliki riwayat hipertensi dan hiperkolesterol, obesitas, serta tidak mampu mengontrol gula darah,” jelas dr Gita secara virtual baru-baru ini.

 

Cara Mencegahnya

Menurut dr Gita, sangat perlu melakukan skrining DME. Apalagi mereka yang sudah memiliki riwayat diabetes. Bagi pasien dengan DM tipe 1 direkomendasikan untuk melakukan skrining 3-5 tahun setelah terdiagnosis DM. Untuk DM tipe 2 perlu dilakukan skrining segera setelah terdiagnosis DM, lalu kemudian dianjurkan untuk melakukan skrining ulang setiap tahunnya.

“Kemudian diagnosis DME ditegakkan setelah ditemukan adanya penurunan tajam penglihatan, gambaran khas pada makula dengan pemeriksaan funduskopi dan adanya penebalan makula yang disertai dengan ditemukannya gambaran penebalan makula pada Optical Coherence Tomography (OCT),” tambahnya.

Terkait perkembangan penyakit, pasien Diabetes Melitus bisa mengalami perkembangan penyakit retina dimulai dari NPDR (Non-Prolifereative Diabetic Retinopathy) dari ringan hingga berat. Kemudian dapat berkembang menjadi PDR (Proliverative Diabetic Retinopathy) awal, risiko tinggi dan tingkat lanjut. Dalam setiap tahapan tersebut dapat berubah menjadi DME jika kelainan terjadi pada makula dan jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kebutaan.

 

Pengobatan

Dokter Spesialis Mata Konsultan Dr dr Elvioza Sp.M(K), mengatakan, perlu tata laksana yang tepat untuk DME. Penanganan terapi DME dapat difokuskan menjadi 2, yaitu kontrol faktor sistemik dan memberikan terapi okuler. Kontrol faktor sistemik bertujuan untuk mencegah retinopati dan progresivitas penyakit dengan cara mengontrol gula darah, tekanan darah dan kadar lemak darah.

“Sedangkan terapi okuler bertujuan untuk mencegah kehilangan penglihatan dan memperbaiki penglihatan dengan cara terapi anti-VEGF, terapi laser dan steroid,” tutur dr Elvioza.

Saat ini pengobatan untuk DME sudah berkembang dan inovatif. Pada penelitian Protocol T yang dilakukan oleh DRCR.net (Diabetic Retinopathy Clinical Research Network), menunjukkan bahwa ketiga anti-VEGF (Aflibercept, Ranibizumab dan Bevacizumab) menunjukkan efikasi yang sama baiknya pada pasien dengan penurunan penglihatan tidak terlalu berat.

“Namun, pada pasien dengan kondisi berat, Aflibercept menunjukkan efikasi yang lebih baik,” jelas dr Elvioza.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook