SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - Tingginya harga kebutuhan pokok ditangisi warga Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Tek pelak kenaikan harga beras daerah itu dianggap tidak wajar hingga tembus pada kisaran Rp17.000 ribu perkilogramnya.
Seperti dikeluhkan Santi yang tinggal di Jalan Damai, Keluharan Selatpanjang Timur mengaku sudah tak mampu lagi membeli sekarung beras 5 kilogram. Ia mengaku terpaksa irit dan membeli beras sebanyak 1 kilogram lebutuhan harian.
"Sudah sepekan ini ngirit ngurangi porsi belanja beras karena tidak mampu beli karung lima kilogram. Setiap hari beli satu sampai dua kilo. Harganya mahal. Pendapatan kerja suami tak berubah. Terasa berat sebab semuanya serba mahal." ungkapnya kepada Riau Pos salah satu warung Jl Diponegro Selatpanjang, Selasa (7/2/2023) siang.
Perempuan berusia 37 tahun itu mengatakan bahwa untuk membeli 1 kilogram beras itu pun, ia harus merogoh kantongnya dalam-dalam. Sebab beras yang biasa ia beli Rp 13.000 kini sudah naik menjadi 15.000 perkilogramnya. Bahkan ada yang mencapai Rp 17.000 perkilogramnya.
"Jauh sebelum ini suami dan anak senang konsumsi beras Gelombang Cinta. Dulu ya itu harganya masih murah tapi sekarang Rp17 ribu perkilogramnya. Sekarang turun selera ke Belida dari Rp13 ribu, malah naik lagi menjadi Rp15 ribu perkilogramnya," ujarnya.
Kondisi yang sama juga dikeluhkan Reni seorang ibu rumah tangga lainnya. Di tengah kenaikan harga beras dan sejumlah komoditas bahan pokok lainnya, Ia terpaksa mengurangi kapasitas isi penanak dan porsi konsumsi nasi yang dikonsi oleh keluarganya.
"Sudah mulai betul-betul hemat. Biasa dua gelas beras untuk makan siang aja. Sekarang irit, takaran dua gelas itu bisa buat makan hingga sore," ungkapnya.
Menyikapi kondisi tersebut ia merasa kualitas ekonomi keluarganya saban tahun kian parah. Berharap minimnya pendapatan suami sebagai buruh becak roda tiga membuatnya kebingungan menghasilkan uang belanja harian.
Reni sangat berharap peran dari pemerintah agar mampu menyelesaikan persoalan harga sembako yang tak kunjung membaik di daerah setempat. Bahkan ia membayangkan jika diberikan kesempatan tak ada keraguannya untuk mengeluhkan hal tersebut langsung kepada Presiden Jokowi Dodo.
"Kalau memang diberi kesempatan, tak mau kami pikir panjang jika bisa saya mengeluh langsung sama presiden pun, mau cerita susahnyanya kami. Jadi wajar kalau Meranti miskin," keluhnya.
Laporan: Wira Saputra (Selatpanjang)
Editor: E Sulaiman