YERUSALEM (RIAUPOS.CO) - Kekerasan kembali terjadi di lingkungan Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, Senin (10/5/2021). Warga Palestina dan aparat keamanan Israel saling berbalas serangan di luar situs suci umat Islam dan Yahudi tersebut.
Ketegangan di kota itu sangat tinggi ketika Israel memperingati Hari Yerusalem, yaitu perayaan tahunan perebutan Yerusalem Timur, dan Kota Tua bertembok yang merupakan rumah bagi tempat-tempat suci Islam, Yahudi, dan Kristen, dalam perang 1967.
Al-Aqsa telah menjadi titik utama kekerasan di Yerusalem jelang berakhirnya bulan suci Ramadan.
Dalam upaya untuk meredakan ketegangan, polisi Israel mengatakan mereka telah melarang kelompok-kelompok Yahudi melakukan kunjungan Hari Yerusalem ke alun-alun suci yang menjadi rumah bagi Masjid Al-Aqsa.
Polisi juga sedang mempertimbangkan apakah akan mengubah rute pawai tradisional Hari Yerusalem --saat biasanya ribuan pemuda Yahudi mengibarkan bendera Israel berjalan melalui Gerbang Damaskus Kota Tua dan kawasan Islam.
Siaran video secara langsung menunjukkan orang-orang Palestina melemparkan batu ke arah polisi dengan perlengkapan anti huru-hara di alun-alun Al-Aqsa dan polisi menembakkan granat setrum.
Bentrokan itu tampaknya tidak separah bentrokan akhir pekan lalu. Tidak ada laporan tentang korban jiwa. Polisi mengatakan mereka telah mengerahkan ribuan petugas di jalan-jalan Yerusalem dan di atas atap untuk menjaga perdamaian.
Sementara itu, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi mengungkapkan keprihatinan yang sangat mendalam atas kekerasan yang terjadi di komplek Masjid Al-Aqsa Yerusalem.
Aksi kekerasan polisi Israel terhadap warga Palestina khususnya umat Islam itu tergolong tindakan sangat keji.
"Tindakan membubarkan ribuan jemaah yang menggelar salat tarawih di Masjid Al-Aqsa untuk menyambut Lailatul Qadar, malam paling suci di Bulan Ramadan adalah perbuatan sangat keji dan bentuk pelanggaran hak asasi manusia," tegas Zainut, Ahad (9/5/2021).
Belum lagi pengusiran terhadap warga Palestina yang bermukim di kawasan Sheikh Jarrah, sebelah timur Yerusalem, kata Zainut, merupakan bentuk kesewenang-wenangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Dia menambahkan, apa yang dialami oleh warga Palestina khususnya umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah puasa merupakan bentuk ujian yang sangat berat dari Allah Swt.
"Semoga mereka diberikan kesabaran dan kekuatan menerimanya," ucapnya.
Wamenag menambahkan, bangsa Indonesia selalu berdiri di belakang perjuangan rakyat Palestina untuk memperoleh hak sebagai negara dan bangsa yang merdeka dan berdaulat. Prinsip bangsa Indonesia adalah menentang segala bentuk penjajahan di muka bumi karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan.
Dia mengajak seluruh umat Islam Indonesia untuk terus memberikan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina dan mendoakan mereka.
"Semoga Allah Swt segera menurunkan pertolongan dan memberikan keselamatan bagi warga Palestina," tandasnya.
Sumber: Asia News/AFP/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun