UNRWA Kesulitan Rawat Ribuan Wanita Hamil di Gaza

Internasional | Selasa, 26 Desember 2023 - 10:51 WIB

UNRWA Kesulitan Rawat Ribuan Wanita Hamil di Gaza
Seorang sukarelawan berinteraksi dengan anak-anak selama kegiatan stimulasi dan bantuan psikologis di sebuah sekolah yang berafiliasi dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk pengungsi Palestina. (RIZEK ABDELJAWAD/XINHUA)

GAZA (RIAUPOS.CO)­ - BADAN pengungsi Palestina PBB (UNRWA) mengaku kesulitan merawat paling sedikit 50 ribu perempuan hamil di Jalur Gaza. Hal ini karena Israel terus melancarkan serangan di kantong Palestina ini.

‘’Ada sekitar 50 ribu perempuan hamil di Jalur Gaza dengan lebih dari 180 di antaranya melahirkan setiap hari,’’ kata UNRWA dalam pernyataan tertulisnya, Senin (25/12).


Badan PBB itu menyebutkan para dokter dan bidan sedang menempuh berbagai cara guna merawat perempuan hamil pasca-melahirkan dan berisiko tinggi di 7 pusat kesehatan UNRWA yang masih beroperasi.

Israel membombardir Jalur Gaza dari udara dan darat, memblokade dan melancarkan serangan darat sebagai balasan atas serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober. Paling sedikit 20.424 warga Palestina tewas dan 54.036 luka-luka akibat serangan Israel, sedangkan Israel kehilangan sekitar 1.200 nyawa akibat serangan Hamas.

Serangan Israel telah menghancurkan Gaza di mana sebagian dari total rumah-rumah di wilayah pesisir itu rusak atau hancur. Dua juta orang lain di daerah kantong padat penduduk itu mengungsi ketika mereka kekurangan makanan dan air bersih.

Pengeboman Israel Targetkan Umat Islam dan Kristen
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Ahad (24/12) mengatakan, rentetan pengeboman Israel tidak pandang bulu serta menghantam umat Islam dan Kristen. Hal itu dikatakan Abbas, sembari menyamakan antara serangan intensif Israel di Jalur Gaza dan peristiwa Nakba pada 1948.

‘’Tempat kelahiran Kristus, Bethlehem (kota Palestina di Tepi Barat, red), mengalami kesedihan yang belum pernah terjadi sebelumnya,’’ kata Presiden Abbas, Senin (25/12). 

Ia menyebutkan bahwa agresi Israel saat ini mengingatkannya pada Nakba 1948. ‘’Nakba” atau yang berarti “Bencana” merupakan peristiwa ketika hampir 800 ribu warga Palestina diusir secara paksa dari rumah dan tanah mereka pada 1948, menyusul pembentukan Israel.

Pada Hari Natal, Abbas mengatakan bahwa pasukan Israel secara brutal mengebom Rumah Sakit Baptis Evangelis, Pusat Kebudayaan Ortodoks, Aula Gereja Ortodoks Yunani, dan Gereka Keluarga Kudus, juga masjid, sekolah, dan rumah sakit di Gaza.

Dia juga mengatakan bahwa “serangan ini tidak membedakan antara seorang Muslim dan seorang Kristen,” menurut kantor berita resmi Palestina, Wafa. ‘’Agresi pendudukan menargetkan umat Kristiani, semua rakyat kami, dan tempat-tempat suci Islam dan Kristen di Yerusalem dan Tepi Barat,’’ kata Abbas.

Presiden Palestina itu menyerukan agar Natal menjadi “momen untuk menghentikan perang dan agresi terhadap rakyat kami di Gaza dan seluruh wilayah Palestina yang diduduki.”

Dia menekankan bahwa rakyat Palestina akan “terus berjuang untuk mewujudkan negara yang bebas, mandiri dan berdaulat penuh.”

Sebelumnya dalam pesan solidaritas dari pimpinan gereja Kristen, komunitas Kristen di wilayah Palestina mengumumkan bahwa perayaan Natal, termasuk penyalaan pohon Natal, akan dibatalkan karena perang di Gaza. Sejak serangan yang dilakukan kelompok perlawanan Hamas Palestina, Israel terus menggempur Jalur Gaza. 

Gempuran Israel itu menewaskan sedikitnya 20.424 warga Palestina, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai 54.036 lainnya, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut.

Pada 10 November, juru bicara kementerian luar negeri Israel merevisi jumlah resmi korban jiwa akibat serangan Hamas pada 7 Oktober dengan menurunkan angkanya dari 1.400 menjadi 1.200 orang. Sejak saat itu, Israel belum mengeluarkan lagi informasi mengenai jumlah korban yang tewas.

Serangan Israel telah menghancurkan Gaza dan menyebabkan sebagian dari perumahan di wilayah pesisir itu rusak atau hancur. Selain itu, dan hampir dua juta orang di wilayah kantong padat penduduk tersebut terpaksa mengungsi di tengah kelangkaan makanan dan air bersih.(esi)

Laporan JPG, Gaza









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook