JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan tak kunjung terungkap setelah setahun berlalu.
Padahal, Polda Metro Jaya telah merilis dua sketsa wajah terduga pelaku penyerangan terhadap Novel. Menurut mantan Ketua KPK, Busyro Muqoddas, belum terungkapnya kasus Novel telah menunjukkan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) tidak sungguh-sungguh.
“Karena sebenarnya memalukan bangsa, memalukan negara karena ini kasus sederhana. Jadi, tidak ada kesungguhan pemerintah, khususnya Polri,” katanya saat ditemui di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng Raya, Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Tak hanya itu, dia pun mengeluhkan sampai saat ini Presiden Jokowi belum merespons permintaan dari elemen masyarakat sipil yang ingin membentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF) untuk mengungkap kasus Novel Baswedan.
“Sampai sekarang nggak ada respons, menunda-tunda sampai satu tahun atas realitas seperti ini,” tegasnya.
Hal itu membuat pelaku penyerangan Novel masih bisa bebas dan tidak dijerat oleh aparat penegak hukum. Menurut Busyro, itu menunjukkan Presiden Jokowi telah lepas tangan atas kasus Novel.
“Dengan ini sikap Presiden sangat lemah dan sudah lepas tanggung jawab. Dan maaf ya, ini cacat sebagai Presiden. Dia kan sebagai panglima tertinggi Polri,” jelasnya.
Karena itu, dia mendukung Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang saat ini telah membentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF) untuk mengungkap kasus Novel.
“Ini harus diangkat kepada publik agar penyidikan berbasis fakta yang ditemukan oleh Komnas HAM itu,” tuntasnya.
Pada 11 April 2017 lalu, wajah Novel Baswedan disiram dengan cairan kimia oleh dua orang tidak dikenal. Peristiwa itu terjadi usai Novel menunaikan salat Subuh berjamaah di kediamannya kawasan Kelapa Gading.
Akibat serangan tersebut, Novel pun dilarikan ke Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading. Sore harinya, ia dirujuk ke RS Jakarta Eye Center.(ce1/gwn)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama