JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Venna Melinda menerima vonis hukuman satu tahun penjara yang telah dijatuhkan majelis hakim Pengadilan Negeri Kota Kediri terhadap suaminya, Ferry Irawan, terkait kasus KDRT. Bagi Venna Melinda, vonis hukuman tersebut telah membuktikan bahwa Ferry Irawan terbukti bersalah melakukan tindak pidana KDRT terhadap dirinya.
Soal berat-ringannya hukuman, Venna menyatakan hal itu merupakan kewenangan dari majelis hakim untuk menjatuhkan vonis.
"Kita tidak bicara puas atau tidak puas. Ini proses hukum di Indonesia. Sebagai korban KDRT, aku berharap kasus ini menjadi pembelajaran bagi banyak orang terutama kaum perempuan," kata Venna Melinda, Kamis (25/5) kemarin.
Venna Melinda menyatakan, menjadi korban KDRT bukan aib atau hal tabu yang harus ditutupi. Hal ini harus menjadi paradigma bagi banyak orang sehingga tidak lagi merasa dengan bicara membongkar kasus KDRT seperti membongkar aib pasangan atau rumah tangga. Kata Venna Melinda, KDRT adalah tindak pidana. Korban KDRT harus bersuara agar mereka tidak terus menjadi korban dari kezaliman pasangan.
Venna Melinda merasa kasus yang dialaminya ini menjadi pembelajaran berharga dalam hidupnya. Salah satu manfaat yang dirasakan ibunda Verrell Bramasta itu, dia kini menjadi lebih melek hukum.
"Aku hayati betul setiap prosesnya, tahapan demi tahapan. Dari proses sidangnya sendiri aku jadi saksi korban, saksi dari pihak Ferry, sakai ahli, saksi fakta," tuturnya.
Venna Melinda mengakui, sungguh tak mudah bagi korban KDRT terutama perempuan, untuk buka suara dengan berbagai kendala atau tantangan yang dihadapi. Salah satunya, terkait permasalahan mental dimana korban kerap tidak memiliki kesiapan mental untuk angkat berbicara.
"Menjadi orang yang berani speak up tentang KDRT itu tentang mental sih. Banyak yang tidak berani speak up karena masalah mental. Karena di sini semuanya diuji mulai dari mental, kesabaran, dan lain-lain," kata Venna Melinda.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman
