Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti terus menggesa peningkatan kualitas infrastruktur dasar. Merangkai ruas jalan yang diimpikan merata, menuju daerah yang maju, cerdas, dan bermartabat. Sehingga rasa adil, benar-benar terasa hingga pelosok desa.
Laporan: WIRA Saputra (Selatpanjang)
SEMILIR angin pagi di Desa Tanjung Samak, Pusat Kecamatan Rangsang, Kepulauan Meranti Kamis (17/08/2020) pagi, terasa sahih. Situasi masih asri, iringi perjalanan Riau Pos menuju salah satu rumah tua yang menjadi tempat tinggal seorang duda.
Rumahnya berada jauh dari sana. Karena harus melewati beberapa desa, seperti Desa Wono Sari, Desa Citra Damai, sampai ke Desa Teluk Samak. Namanya Ilham. Sedikit sulit untuk mencarinya, karena tak dominan warga kenal dengannya. "Rumahnya? Itu. Atapnya nampak dari sini," tunjuk seorang pria.
Rumah tersebut tidak terlalu besar. Berukuran sekira lima kali enam meter saja. Dindingnya terbuat dari kayu. Sementara pintunya tertutup, dan diapit dua jendela terbuka lebar. Halamannya luas, namun tidak ada pagar. Hanya dihiasi banyak pohon kelapa. Tapi sepi, seperti tak berpenghuni.
Beberapa kali pintunya diketuk sebagai tanda ada tamu. Namun belum ada yang menyahut. Seketika beberapa menit setelahnya, muncul pria paruh baya bertelanjang dada datang dari halaman samping rumah. Kulitnya hitam mengkilat dan berkeringat. Sedikit guratan di wajah.
Walaupun demikian, sorot matanya tegas, namun tetap lembut. Ternyata dialah Ilham. "Maaf tadi ada kerjaan di belakang rumah," ujarnya ramah sambut sapaan wartawan.
Untuk orang tua seusianya, masih terlihat kuat dengan badan yang sehat. Padahal, saat ini usianya sudah beranjak kepala 60. Kondisi itu diamati ketika Ilham menuntun Riau Pos masuk ke dalam rumah.
Ilham menyambut baik, dan mempersilakan masuk di kediamannya. Dia di depan, menuntun Riau Pos melewati ruang tamu, dan dua kamar menuju ruang tengah sebelum dapur kecil. Tidak banyak ornamen perabotan dalam rumahnya. Hanya ada televisi 14 inci, kaca, jam dinding, serta gambar anak dan istri.
Sembari medorong kursi, ia mempersilakan duduk. Setelah itu Ilham lanjut ke dapur untuk membawakan dua gelas kaca, dan teko plastik berisi air putih. Ia minum, tidak lupa menawarkan tamunya untuk melepas dahaga. "Yuk diminum," ujarnya.
Instingnya kuat menjawab sorot pandangan Riau Pos yang tertuju di kursi tempat duduknya. Bangku kayu bertekstur usang dengan sandaran yang telah menghitam, bak-korosi. Mungkin karena keringat. "Ini kursi kesayangan saya, sudah puluhan tahun," responnya tersenyum.
Sementara itu Riau Pos duduk di kursi lain sambil mengurai maksud kedatangan. Hanya saja tak langsung ditanggapi. Ilham malah melihat jam dinding dan bercerita lain, hingga bertanya tentang perjalanan Riau Pos sampai di rumahnya.
Tengah bercerita, suara azan terdengar. Dia pamit sebentar untuk Salat Zuhur. Beberapa menit kemudian, Ilham kembali dan mengajak ke belakang rumah menuju bangsal. Sekitar bangsal sedikit berbau tengik, namun struktur tiangnya masih kokoh.
Bangsal sebutan warga setempat adalah pondok tak berdinding, atau terbuka sebagai tempat warga menjalani aktivitas. Di situ menjadi tempat favorit Ilham mengolah hasil panen.
Pantas saja, ternyata sumber bau datang dari tumpukan tempurung dan sisa air kelapa tua yang sudah membusuk. Selain itu ada juga banyak buah kelapa utuh bertangkai, dan kelapa yang sudah dikupas menyisakan sedikit sabut. Begitupula pisau dodos yang dipakainya sebagai alat mengupas kulit kelapa.
Kecamatan Rangsang menjadi salah satu dari sembilan kecamatan penghasil kelapa terbesar di Kepulauan Meranti. Pemerintah kerap menyebut varietas Kelapa Dwi Tunggal. Ia menjadi primadona setelah sagu, kopi, dan karet.
Apalagi pengembangannya didukung oleh posisi geografis yang strategis. Persis lokasinya berada di bagian timur Kepulauan Meranti, berhadapan dengan Selat Malaka. Di antara Tanjungbalai Karimun, Kepulauan Riau, Indonesia, hingga Negara Malaysia dan Singapura.
Ilham kembali bekerja. Ia terus mengupas dan bercerita bahwa kesehariannya dilakoni seorang diri setelah ditinggal mati oleh istrinya; Almarhumah Nia. "Enam tahun lalu meninggal dunia karena penyakit gula (diabetes,red)," bebernya.
Sementara dua orang putrinya sudah berkeluarga. Kediaman mereka tak jauh dari sana, dan selalu menjenguknya. "Rumah dua anak saya tak jauh dari sini. Sering mereka ke sini. Cucu juga sering. Adalah mereka bantu dan sering juga antar makanan," ungkapnya.
Ilham bangun pukul empat subuh jelang salat. Setelah salat dia masak, mencuci piring, pakaian, lanjut resik rumah dan halaman. Usai pekerjaan rumah rampung, lanjut lagi mengait dan mengupas kelapa. Sesekali main dengan cucu. "Itu-itu saja keseharian saya. Kalau cucu datang baru main sama cucu. Di luar itu ya kerja biasa," ceritanya.
Ia keluar rumah ketika mengantar, atau menjual kelapa kepada pengepul seperti sehari sebelum ini. "Siang kemarin jual. Sekalian ke pasar beli keperluan rumah," ujarnya. Selagi jumlah kelapa dikira belum cukup untuk dijual, ia akan terus mengupas. Rentang waktu paling singkat kurang dari dua bulan setelah berat rata-rata melebihi setengah ton atau 500 kilogram. "Cukup 500 kilogram ke atas, baru saya jual," tuturnya.
Hasilnya lumayan. Dalam rentang waktu hampir dua bulan, penghasilan dari kelapa yang ia peroleh sebesar Rp800.000 sampai Rp900.000. Penghasilan menurutnya lebih dari cukup untuk menutupi kebutuhan harian. Ditambah masukan dari bantuan pemerintah.
Walaupun demikian saat ini harga kelapa sedang tidak sehat. Anjlok hingga Rp1.400. per-kilogramnya. Turun dari harga wajar Rp1.900. "Inikan sekarang turun. Sudah lama turun. Normal itu tahun lalu hampir Rp1.900 per-kilogramnya. Walaupun turun masih bisa nutup kebutuhan belanja. Ada bantuan pemerintah juga. Cukup. Lumayanlah," ungkapnya.
Apapun hasilnya Ilham mengaku tetap berusaha tegar walau seluruh aktivitas dilakoni sendiri sejak ditinggal mati oleh mendiang istri. Tapi manusia tetaplah manusia. Kata dia, adakala ia rindu masa romansa bersama belahan jiwa. "Kadang teringat juga. Namanya manusia. Begitulah. Apalagi ini istri," jawabnya sembari tetap menancapkan buah kelapa utuh di mata dodos.
Ilham pun mulai tak sungkan berkisah. Dulu aktivitasnya kerap didampingi istri. Ia mendodos kulit kelapa, sementara almarhumah memotong tangkai buah kelapa dari tautan tandan. Setelah kelapa terkumpul, mereka kompak mengangkat buah masuk ke dalam gerobak untuk diantar atau dijual.
Dalam perjalanan menuju tempat pengepul, ia tidak bisa sendiri dan harus didampingi. Gerobak serta muatannya ditarik menggunakan sepeda motor. Karena jalan rusak, tak jarang roda kendaraan dan gerobaknya terperosok. "Jalan tak bagus. Makanya harus dibantu istri. Kalau istri ada kerjaan terkadang dibantu sama anak," cerita Ilham.
Gambarannya dulu, struktur jalan yang mereka lalui itu dominan beton, pasir berbatu berlubang-lubang. Lebarnya tidak lebih dari 1.5 meter. Bahkan dengan kondisi jalan itupula, membuat istrinya menderita luka, jelang dijemput ajal. Istrinya tersungkur ketika mendorong angkutan hingga menyebabkan luka ringan pada tulang kering.
Karena memiliki gejala diabetes, hampir dua tahun lamanya luka tersebut tak kunjung sembuh, hingga hembuskan nafas terakhir. "Sudah diobati tapi tetap juga tak sembuh. Makan terlalu ikut selera. jadi susahlah. Jadi lukanya tak sembuh. Dua tahun itu menahan sampai meninggal dunia," ujarnya.
Beberapa tahun setelah ditinggal mendiang istri, barulah jalan itu diperbaiki. Tahun ini mulai dilapisi aspal. "Diperbaiki sudah lama. Pengerasan dengan pasir dan batu. Dan beberapa ini baru diter (disiram aspal minyak ter, red)," jelasnya.
Walaupun demikian ia tidak menyalahkan pihak manapun. Termasuk pemerintah. Karena Ilham cukup saleh untuk patuh dan percaya dengan perintah agama. Tapi ia hanya berharap agar pembangunan jalan di sana tuntas. "Kalau sudah ajal, mau salahkan siapa. Salahkan jalan atau pemerintah? Ikhlas biar berkah. Yang penting jalannya benar-benar dibangun dan selesai. Itu aja," tuturnya.
Jalan yang menantang kini tidak banyak lagi. Waktu tempuh pun berkurang. Karena, sebelum jalan itu dibangun, ia harus menghabiskan tenaga, dan waktu ekstra. Perkiraannya dulu lebih dari 2 jam untuk sampai ke tempat pengepu. Kalau sekarang 45 menit sampai 1 jam saja. Lokasinya Gudang Pengepul Kelapa Awi berada di Jalan Diponegoro, Kelurahan Tanjung Samak. "Sekarang sebentar saja sampai. Tak lebih sejaman-lah. Kalau dulu bisa hampir dari dua jam," bebernya.
Untuk itu hendaknya seluruh jalan di Kecamatan Rangsang segera dibangun dan ditingkatkan. Sehingga akses utama warga benar-benar terakomodir dengan baik. Karena ini menjadi salah satu bagian terpenting dalam menunjang ekonomi mereka.
"Kalau jalan bagus tentu lancar semua. Mudah mudahan seluruh jalan di Rangsang seperti jalan di sini. Semua jadi gampang aktivitas warga," harapnya.
Manfaat jalan bagus turut dinikmati temannya. Seperti Firman yang ketika ditemui oleh Riau Pos saat melansir buah kelapa untuk dibawa ke tempat pengepul yang sama. Selain sebagai petani kelapa, ia juga menerima upah angkut kelapa dari petani sekitar.
Tidak jarang angkutannya mencapai 1 ton. Muatan itu juga dimuat ke dalam gerobak yang ditarik dengan sepeda motor. Besaran upah setiap kilogramnya bervariatif. Tidak bisa ia gambarkan secara jelas.
Khusus di sekitar Desa Tanjung Samak, ia mematok upah angkut tidak lebih dari Rp 120 sampai Rp 150. "Besaran upah dinilai dari jarak tempuh dan kondisi jalan. Jadi ini membuat upahnya berbeda-beda," terang Firman.
Sementara jemputan terhadap muatan pada lokasi yang menurutnya paling jauh, berada di Desa Sungai Gayung Kiri. Untuk kesana ia mematok harga angkut Rp200, sampai Rp250 setiap kilogramnya. "Paling jauh Desa Sungai Gaying Kiri. Selain jauh, kondisi jalan menuju itu juga tergolong rusak. Jadi upahnya agak tinggi dari upah angkut sekitaran sini," ungkapnya.
Sedangkan lokasi tujuan terahadap muatannya berada di pusat Kecamatan Rangsang. Empat pengepul tersebar di Jalan Diponegoro, Tanjung Samak. Adapun empat pengepul itu terdiri dari Gudang Pengepul Kelapa Awi, Oma, Latif, dan Rasit. Seperti hari ini hampir satu ton kelapa akan ia antar untuk dijual.
"Hari ini saya jemput dan jual, kelapa gubal dengan berat lebih dari setengah ton. Kadang ada juga kelapa plontos," ujarnya.
Pengertian para petani terhadap jenis biji kelapa gubal adalah kelapa yang telah dikupas, namun menyisakan sedikit sabut pada bagian tempurung. Sementara kelapa plontos adalah biji tempurung utuh bersih tak bersabut.
Dalam mendukung aktivitas ini, ia merasa beruntung karena ruas jalan sejumlah desa di Kecamatan Rangsang telah dibangun dan masuk dalam kategori sempurna. Hanya saja masih ada menyisakan jalan dengan permukaan pasir, berbatu, dan beton rusak.
Melihat itu, ia merasa masih ada harapan jika Rangsang kelak dapat berkembang seperti pusat kota lainnya. Menunggu itu Firman mengaku tegar dan baka asa, walaupun bayangan itu bakal terwujut ketika penghujung usia senja.
"Jauh perkembangannya, karena sudah banyak perubahan terhadap pembangunan di sini. Pasti punya harapan kedepan bisa seperti kota lain. Kalau pun masih lama, tidak masalah. Minimal, nanti tua senang kita kemana-mana, jalan bagus semua," harapnya.
Terhadap kondisi ruas jalan di sana sempat dijelaskan oleh Camat Rangsang, Setu SH kepada Riau Pos. Panjang ruas jalan poros yang tersebar di wilayahnya tidak kurang dari 56 kilometer. Untuk 2021 hingga 2022 ini, total ruas yang dibangun sepanjang 21 kilometer. Sisa 7 kilometer masih dalam pengerjaan.
"Itu total panjang ruas jalan di Kecamatan Rangsang. Dari paling hujung Desa Tebun sampai Sungai Gayung Kiri," sebutnya.
Adapun luas daratan yang wewenangnya mencakup 411.13 kilometer per-segi. Populasi 20.245 jiwa yang tersebar di 14 desa. Mata pencarian warga dominan bertani kelapa. Menyusul karet, sagu, pinang, hingga kerja di kota dan Negara Malasia.
"Mayoritas petani kelapa. Setelah itu sagu, karet,pinang, kerja luar daerah dan menjadi TKI. Potensi paling besar ya kelapa," jelasnya.
Sedikit diterangkan Setu, terhadap Varietas Kelapa Dwi Tunggal sama dengan jenis kelapa pada umumnya. Karena sentra pengolahan di pusatkan di Desa Dwi Tunggal, maka kebanyakan warga menyebut Kelapa Dwi Tunggal.
Terhadap potensinya, total lahan produktif perkebunan kelapa di sana seluas 13.285 hektar. Sementara jumlah total petani kurang lebih 2.351 orang dengan hasil panen kumulatif 2.000 ton per-bulan. Setiap tahun mencapai 24.000 ton.
Untuk itu, aksesbiltas menjadi bagian terpenting dalam peningkatan mutu dan jumlah produksi. Makanya ia mengaku akan terus berupaya maksimal dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur dasar setempat.
"Harus maksimal. Untuk tahun anggaran 2023, data yang saya terima, pemerintah akan melanjutkan pembangunan Jalan Poros Tanjung Samak menuju Repan Panjangnya 3.5 kilometer. Doakan ini rampung sesuai rencana," ujarnya.
Dengan begitu Setu sangat berharap dukungan dari berbagai pihak. Terutama dorongan dari warga setempat, menuju Kecamatan Rangsang yang maju cerdas dan bermartabat.
Berburu Peluang Cari Uang Bangun Jalan Tuk Manata Ruang
Berdasarkan Survei Kondisi Jalan (SKJ) 2022, jalan poros di Kepulauan Meranti yang terverifikasi sepanjang 929.512 kilometer. Sementara itu status 79.281 kilometer di antaranya tercatat dengan kondisi baik.
Sedangkan 538.851 kilometer masih terbentang dengan kondisi sedang. Lanjut 180.902 kilometer lainnya rusak ringan, hingga 140.378 kilometer rusak berat.
Data tersebut dilansir oleh Dinas Pekerjaan Umum, dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kepulauan Meranti, kepada Riau Pos, Jumat, (16/12/2022) siang.
Sebelum 2022, tahapan peningkatan seluruh ruas jalan di sana dominan berkembang baik karena DAK. Disalurkan Kementerian PUPR (Kemen-PUPR) RI, sejak 2016 silam. Demikian disampaikan Kelapa Bidang Bina Marga, PUPR, Rahmat Kurnia ST.
Ia menyebut, jika kondisi seluruh ruas jalan itu, tertuang dalam Sistem Pengelolaan Databese Jalan Daerah (Sipdjd) milik Kemen-PUPR. Kembali lagi.
Pada tahun anggaran 2022 ini alokasi DAK yang mereka kelola sebesar Rp30.216.207.000. Digulirkan untuk peningkatan Ruas Jalan Tanjung Samak menuju Desa Repan.
Struktur akhir pengaspalan menggunakan metode aspal sepanjang 5.8 kilometer. Sementara lebar bodi seluas 7 meter, dengan ketebalan aspal 6 centimeter.
Jalan sepanjang 31,85 kilometer ini menghubungkan enam desa. Mulai dari Deaa Tanjung Samak, Desa Wonosari, Desa Teluk Samak, Desa Gemala Sari, Desa Penyagun, hingga Desa Repan.
Jalan itu juga terkoneksi dengan ruas yang sudah diaspal sebelumnya. Tepatnya di ibukota Kecamatan Rangsang. Persisnya di Tanjung Samak, yang dibangun pada 2021 menggunakan alokasi anggaran yang sama, sebesar Rp13 miliar.
"Untuk kegiatan melalui alokasi khusus bidang jalan yang tahun ini sudah rampung seluruhnya. Saat ini ada sejumlah jalan poros yang dibangun menggunakan sumber dana lain," bebernya.
Maksud pembambangunan jalan dengan sumber dana lain, selain dari DAK itu ditujukan kepada empat ruas jalan yang dibangun menggunakan dana pinjaman. Pinjaman melalui perjanjian kerja Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti, bersama Bank Riau Kepri.
Empat ruas menjadi prioritas. Seperti Ruas Jalan Tanjung Samak menuju Tanjung Kedabu Pulau Rangsang, dengan pagu anggaran Rp27.100.100.000. Selanjutnya Ruas Jalan Telesung menuju Tanjung Kedabu pagu anggaran Rp22.209.340.000.
Menyusul Jalan Sungai Nyiur menuju Desa Sesap, besaran pagu Rp42.515.310.000. Terakhir peningkatan Ruas Jalan Perjuangan dengan pagu sebesar Rp8.176.250.000.
Untuk progres atau bobot kerja hingga 15 Desember 2022 telah menunjukan nilai yang positif. Seperti progres pembangunan Jalan Perjuangan mencapai 99 persen.
Begitu juga Jalan Telesung menuju Tanjung Kedabu sudsh mencapai 70 persen. Jalan Tanjung Samak menuju Tanjung Kedabu 25 persen. Sementara, progres Jalan Sungai Nyiur menuju Sesap telah mencalai sekitar 21 persen.
Terhadap sejumlah tahapan pengerjaan, mereka juga melibatkan peran dari masyarakat. Manfaatnya untuk memperlancar proses pengaspalan.
Contohnya pekerjaan penimbunan material. Warga juga ikut menyusun pondasi jalan dengan uyung, atau kulit sagu sebagai pelapis pertama. "Keterlibatan masyarakat setempat kita buat seperti pola padat karya yang digerakkan oleh kepala desa. Dimana proyek ini juga banyak menyerap tenaga kerja lokal dalam pembangunannya," tuturnya.
Selain masyarakat, mereka juga menjagokan perusahaan asal daerah setempat. Tujuannya untuk menjaga kualitas pekerjaan agar berjalan maksimal. Seperti keterlibatan mitra mereka, CV Kali Ratu, dan PT Cakrawala Nusindo. Kedua perusahaan itu memproduksi campuran beraspal panas (asphalt mixing plant) atau kerap disingkat AMP.
"Keterlibatan kontraktor tempatan juga dianggap penting, dimana rasa memiliki yang tinggi menyebabkan kualitas pekerjaannya juga dapat dijaga dengan baik,” ungkapnya.
Untuk itu, pihaknya sangat berterimakasih atas kehadiran AMP yang berinvestasi dan memproduksi material hotmix di sini.
“Bayangkan saja jika mereka tidak ada. Maka, kita akan kesulitan membangun jalan dengan menggunakan APBN yang notabene harus dengan metode pengaspalan," ucapnya.
Plt Kepala PUPR Kepulauan Meranti Fajar Triasmoko MT menegaskan, dengan luas daerah mencapai 3.707,84 meter per-segi dan penduduk hampir mencapai 206.116 jiwa, tentu masih banyak pekerjaan yang harus mereka rampungkan.
Ia mengaku tidak mau daerah ini menjadi daerah tertinggal. Walaupun kerap disebut terluar. Hingga diksi itu dia tukar menjadi daerah terdepan. Depannya segitiga pertumbuhan ekonomi (growth triagele) Indonesia, Malaysia dan Singapura.
"Harus diganti. Jangan lagi pakai istilah daerah terluar melainkan daerah terdepan karena berbatasan dengan dua negara tetangga," tegasnya.
Untuk menuju ke sana, masih banyak yang harus ia dan jajaran perjuangkan. Target ini tidak akan usai hingga seluruh jalan di sana, masuk dalam kategori mantap. Apalagi hingga kini, masih banyak ruas jalan di Kepulauan Meranti yang tergolong rusak berat.
Di Pulau Rangsang misalnya. Menjadi bagian penting sebagai benteng negara, maka menurut Fajar pembangunan Pulau Rangsang perlu digesa. Ia punya mimpi di sana. Bahkan Fajar bercerita, jika dirinya bersama jajaran pernah mengkalkulasi kebutuan biaya dalam merangkai jalan poros di sana. Perkiraan tidak kurang dari Rp1,3 triliun.
Namun kata Fajar, Kepulauan Meranti tidak hanya Pulau Rangsang. Melainkan terdapat beberapa pulau-pulau lainnya. "Masih banyak pulau lain yang juga perlu kita bangun dan masuk dalam skala prioritas. Makanya harus bertahap. Untuk itu kita perlu memperkuat perencanaan yang matang. Jalan apa saja yang mau kita bangun," bebernya.
Misalnya aksesbilitas menuju pusat kesehatan, pariwisata atau tematik pengembangan food estate yang SK-nya telah ditetapkan oleh kementerian.
"Di Bappenas, konsepnya seperti itu. Kita yang akan mengusulkan anggaran pembangunannya, karena jika mengharapkan APBD agak lama baru bisa terbangun," ujar Fajar.
Meskipun di daerah tersebut tidak terdapat ruas jalan nasional, tapi kabupaten termuda di Riau ini tercantum sebagai salah satu daerah di perbatasan negara yang mendapatkan perhatian pembangunan dari dana pusat.
Seperti belum lama ini, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) telah menyelesaikan Rancangan Rencana Induk (Renduk). Renduk tersebut merupakan acuan bagi kementerian atau lembaga anggota BNPP untuk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan (PBWN-KP) tahun 2020-2024.
Adapun yang tertuang didalam Renduk tersebut adalah tujuan dari Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 43 Tahun 2020. Wujudkan pemerataan dan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan negara.
"Khususnya Provinsi Riau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia. Seperti Kabupaten Kepulauan Meranti yang sedang menuju maju cerdas dan bermartabat," terangnya.
Hasil dari upaya tersebut, pada tahun anggaran 2023 mendatang mereka kembali akan melanjutkan pembangunan sejumlah jalan poros. Sumber mata anggarannya, lagi dan lagi melalui DAK. Bahkan saat ini pihaknya tengah mempersiapkan proses tender.
"Ini sudah mau tender. Atensi Inspetorat dan bupati, DAK 2023 harus dimulai bulan ini (Desember 2022, red), ujarnya.
Adapun ruas jalan yang masuk skala prioritas menyasar kepada lanjutan pembangunan Jalan Tanjung Samak menuju Repan. Panjangnya ruas yang akan dibangun 3.5 kilometer. Besaran anggaran Rp16.563.041.999.
Setelah itu, pembangunan Jalan Banglas Panjangnya 0.75 kilometer dengan pagu Rp6.441.411.000. Jalan Dorak, panjang ruas yang akan ditingkatkan 0.6 kilometer, dengan pagu Rp 6.754.139.000. Terkahir pembangunan Ruas Jalan Tengku Ibrahim sepanjang 2.8 kilometer dengan pagu sebesar Rp6.870.178.000.
Tolak Menunggu Tuju Meranti Maju
Mewujudkan masyarakat maju, cerdas dan bermartabat menjadi visi dan misi Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti H Muhammad Adil SH MM. Dalam visi dan misi tersebut ada tujuh program strategis. Peningkatan infrastruktur dasar dengan jalan penghubung yang layak, dari dari desa, kecamatan, hingga kabupaten, jadi urutan yang pertama.
Kepada Riau Pos, panjang lebar diceritakan Adil terhadap permulaan timbulnya rencana itu. Keinginan ini ada sejak 2004 silam. Persisnya priode pertama ketika dia duduk di kursi anggota dewan di Kabupaten Bengkalis.
Ketika itu daerah ini masih menjadi bagian dari kecamatan Bengkalis. Dan baru mekar pada 18 Desember 2009, sebagai Kabupaten Kepulauan Meranti. Termuda di Riau dengan usia 14 tahun.
"Membangun masyarakat maju, cerdas dan bermartabat itu menjadi cita-cita saya sejak lama. Dari pertama di Dewan Bengkalis dan sekarang masih saya bawa sampai jadi bupati. Alhamdulillah menjadi visi dan misi," ungkap Adil, Kamis (17/12/2022).
Hanya saja berperan sebagai wakil rakyat kemampuannya itu masih terbatas. Karena, setiap keputusan dalam pembahasan anggaran harus disepakati secara bersama-sama. "Dibatasi itu. Kan kolektif kolegial. Tidak bisa sendiri sendiri. Tapi tetap saja pembangunan daerah ini menjadi prioritas, dan selalu saya suarakan," bebernya.
Sedikit menyingkap karir politik Adil. Dimulai pada 2004-2009 sebagai anggota DPRD Bengkalis. 2009-2014 DPRD Kepulauan Meranti. 2014-2018, dan 2019 DPRD Provinsi Riau. Lanjut 26 Februari 2021, ia ditetapkan sebagai Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti, terpilih.
Tentu ini bukan menjadi kerja yang mudah. Apalagi jika dilihat dari keterbatasan anggaran dengan kempuan potensi pendapatan asli daerah (PAD) yang kecil. Belum lagi cerita soal waktu. Artinya janji tersebut hanya berlaku hingga masa akhir jabatannya hingga 2024 mendatang.
Setelah ditetapkan sebagai bupati terpilih dengan wewenang yang cukup dominan, masalah malah dihadapkan dengan ketersediaan kemampuan anggaran. Pasalnya potensi cakupan PAD terasa benar minim.
Kata dia, PAD Kabupaten Kepulauan Meranti tidak pernah lebih dari Rp230.000.0000. "Tidak lebih dari dua ratus tiga puluh juta. Untuk belanja satu organisasi perangkat daerah (OPD) saja tidak cukup. Coba bayangkan," ujarnya. Menyikapi kondisi itu ia dipaksa berpikir dan bekerja ekstra.
Caranya, rutin melakukan koordinasi dari tingkat bawah hingga paling atas. Maksud koordinasi tingkat bawah seperti merapatkan barisan bersama jajaran OPD untuk mencari jalan keluar terhadap seluruh persoalan negeri. Di tingkat atas, ia memperkuat koordinasi mencari jalan, atau celah peluang bantuan melalui pemerintah provinsi hingga kementerian.
"Seperti dana alokasi khusus yang disalurkan itu Meranti lumayan tinggi. Mungkin menjadi yang tertinggi di Riau. Puluhan milliar setiap sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan hingga infrastruktur dasar. Salah satunya pembangunan jalan," terangnya.
Walaupun demikian, kata Adil jika perolehan bantuan itu belum membuat warga puas. Sehingga, menuju target percepatan tersebut ia tak bisa menunggu bantuan dari luar saja. Adil mengaku harus menempuh langkah ekstrim. Seperti, memanfaatkan kerja sama dengan perbankan.
"Tak boleh menunggu. Karena kalau hanya berharap bantuan kapan selesainya. Kita Pemkab Meranti terpaksa pinjam uang lewat Bank Riau. Besarnya seratusan milliar," ujarnya.
Pinjaman itu utuh dialokasikan dan masuk dalam APBD 2022. Untuk mengakomodir pembangunan sejumlah ruas jalan di Kepulauan Meranti. Ia bertanya kenapa jalan menjadi salah satu bagian paling penting? Menurutnya dengan membangun jalan, maka akan membuka ruang aksesibilitas transportasi. Kegiatan ekonomi, pendidikan, dan pelayanan kesehatan dapat dijangkau seluruh masyarakat.
"Tidak ada yang lain melainkan untuk mempercepat rentang akses dan kemudahan mobilitas warga. Jadi tidak ada lagi yang terisolasi," ujar Adil.
Karena, tingginya angka kemiskinan di daerah setempat dipicu kuat atas sulitnya akses bagi masyarakat. "Mudah mudahan dengan apa yang saya perbuat betul-betul bermanfaat bangi seluruh masyarakat," tambahnya.
Walaupun demikian, ia tidak membantah jika pembangunan yang dimaksud belum merata. Namun diakuinya saat ini hampir seluruh desa di Kepulauan Meranti memiliki fasilitas yang memadai.
Di samping itu, banyak capaian pembangunan untuk memenuhi harapan masyarakat dan searah dengan cita-citanya.
"Sadar kita, untuk maju dan berkembang serta mengejar ketertinggalan dari daerah lain di Indonesia khususnya di Riau, memang harus terencana melakukan berbagai langkah. Perlu kajian yang sistematis menuju Meranti maju cerdas dan bermartabat," ujarnya.***
Editor: E Sulaiman