RIAU POS FGD; SIMALAKAMA TENAGA KESEHATAN DI TENGAH PANDEMI

Seperti Melewati Ranjau, Bertahan dengan Pelindung Diri

Feature | Rabu, 11 November 2020 - 09:32 WIB

Seperti Melewati Ranjau, Bertahan dengan Pelindung Diri
Dari kiri, moderator Lismar Sumirat, Ketua IDI Riau dr Zul Asdi SpB.M. Kes, Ketua PPNI Kota Pekanbaru Ns H Dipa Handra SKep berdiskusi saat acara Riau Pos Focus Group Discussion Covid-19 di Graha Pena Riau, Selasa (10/11/2020). (EVAN GUNANZAR/RIAUPOS.CO)

Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak Maret lalu telah memakan banyak korban. Tak pilih usia, jenis kelamin dan profesi. Korbannya, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Dari masyarakat biasa hingga tenaga kesehatan (nakes) yang berada di garda paling depan juga tidak bisa terbebas dari wabah Covid-19.

Laporan: MUJAWAROH ANNAFI dan LISMAR SUMIRAT (Pekanbaru)


"KAMI (tenaga kesehatan, red) ini seperti sedang melewati ranjau. Tidak tahu mana yang aman atau tidak aman. Kami tidak tahu kondisi pasien yang dihadapi setiap hari. Apakah mereka terjangkit Covid-19 atau tidak," papar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Riau dr Zul Asdi SpB MKes dalam acara Riau Pos Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Simalakama Tenaga Kesehatan di Tengah Pandemi," Selasa (10/11). Acara yang dipandu wartawan Riau Pos Lismar Sumirat ini juga menghadirkan Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Pekanbaru NS H Dipa Handra SKep.

Zul mengungkapkan, setiap hari tenaga kesehatan (nakes) berada dalam bayang-bayang kekhawatiran akan tertular wabah Covid-19. Terlebih lagi para dokter yang langsung berhadapan dalam menangani pasien Covid-19 di rumah sakit, klinik, puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Hingga saat ini setidaknya tiga dokter yang merupakan rekan sejawatnya, wafat akibat keganasan wabah dari Wuhan, Cina itu.

"Kami dokter juga punya ketakutan akan Covid-19. Namun kami tidak punya pilihan lain. Ini adalah tanggung jawab profesi juga sumpah dokter untuk melayani pasien," katanya.

Dokter bedah ini menyebutkan, para nakes memiliki risiko tinggi tertular Covid-19. Baik nakes yang melayani pasien positif maupun nakes yang melayani pasien biasa. Pasien datang setiap hari ke fasilitas kesehatan, ada yang berobat karena Covid-19 ada juga yang datang karena penyakit lainnya. Ia mengatakan pasien-pasien tersebut bisa saja berpotensi terkontaminasi Covid-19. Namun hal tersebut tidak bisa diketahui juga pasien belum melakukan uji swab.

"Pasien emergency yang ditangani di UGD seperti pasien kecelakaan misalnya, juga tidak tahu apakah tertular Covid-19 atau tidak. Bisa saja sebelum kecelakaan korban sudah tertular Covid-19. Tapi tetap harus ditangani dengan menerapkan protokol kesehatan," ucapnya.

Zul menambahkan, meskipun demikian masyarakat tidak perlu khawatir untuk datang ke rumah sakit asalkan tetap mematuhi protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah. Yakni 3 M, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak serta menghindari kerumunan.

Apakah ada dokter yang meng-Covid-kan pasien? Dokter RS Awal Bros Sudirman ini menekankan tidak ada kepentingan dokter untuk menetapkan status pasien yang tidak Covid menjadi Covid.

"Ini isu yang keliru dan perlu diluruskan. Kami para dokter bekerja sesuai standar dan berjuang agar pasien yang dirawat bisa segera sembuh," paparnya.

Ketua PPNI Kota Pekanbaru NS H Dipa Handra SKep mengungkapkan, pihaknya tidak memungkiri setiap perawat juga memiliki kecemasan akan tertular Covid-19. Namun, tuntutan profesi membuat para perawat harus siap melayani pasien yang memerlukan pelayanan.

"Mental kami juga ada yang kena. Jujur kami juga takut tertular. Di Riau ada tiga perawat yang meninggal karena Covid-19, di Dumai, Pekanbaru, dan Kuantan Singingi. Sementara itu, sudah ada sekitar 200 perawat yang terkonfirmasi positif, baik yang sudah sembuh maupun yang masih dirawat," tuturnya.

Covid-19 juga menjadi bayang-bayang yang menakutkan bagi para nakes. Dipa mengungkapkan, tidak sedikit perawat yang merasa tidak mampu memberikan pelayanan kepada pasien Covid-19. Bahkan ada perawat yang memutuskan mengundurkan diri karena kekhawatiran akan tertular Covid-19 yang bisa mengancam diri sendiri dan keluarga.

Ada perawat yang memilih mundur dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan tempat bekerja. Namun tak sedikit pula yang masih bertahan berjuang menangani pasien Covid-19. Dipa menyebutkan, alat pelindung diri (APD) menjadi senjata para nakes dalam menangani pasien Covid-19. APD lengkap menjadi alat penting setiap nakes. Penggunaan APB menambah kepercayaan diri nakes yang berpengaruh dalam menjaga imunitas tubuh.

"Bagaimana agar perawat dan nakes punya kepercayaan diri agar tidak terinfeksi. Dalam kondisi seperti ini nakes harus menjaga kondisi tubuh, menjaga kesehatan, dan mau tak mau harus pakai APD lengkap," ungkapnya.***

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook