Lelaki setengah baya itu sesekali sibuk mencermati nota-nota di meja kerjanya yang sederhana. Di kantornya yang juga biasa saja terletak di Jalan Yos Sudarso, Km 28 Minas Jaya, Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Jumat (29/10). Di depannya berdiri plang nama kantor PT Putra Sakai Gemilang. Sebuah perusahaan jasa yang biasa menerima orderan pekerjaan konstruksi, pembersihan pipa migas, pembukaan hutan, pengadaan barang dan lainnya. Lelaki berusia 60-an tahun itu masih terlihat enerjik dan bersahabat. Muchtar Rauf namanya.
(RIAUPOS.CO) - "Silakan duduk," sapanya saat Riau Pos berkesempatan berbincang dengannya. "Dulu mimpi pun saya tak pernah terlintas akan jadi direktur perusahaan sendiri seperti ini. Saya dulu hanya pekerja serabutan saja," ujar pria pemangku adat Suku Sakai itu tersenyum. Warga asli Suku Sakai tersebut bercerita. Sejak awal ia dan keluarganya dulu bertahan hidup dari hasil hutan dan alam saja. Hal yang lazim bagi orang-orang asli di sana.
Seiring dengan waktu dan kehadiran serta upaya kontraktor migas yang beroperasi disana (Chevron ketika itu) berbagai hal mulai berubah. Termasuk mindset ia dan rekan-rekannya. "Beberapa pelatihan dari mereka membuat kita ingin berubah dengan membuka usaha untuk mensupport keperluan teknis di lapangan yang bisa kami kerjakan," ujarnya.
Apalagi setelah kontraktor migas itu membuka peluang dengan menjadikan mereka binaan yang tergabung dalam program LBD (local bussines development).
"Sekitar 21 tahun lalu yakni tahun 2000 kami pun bergabung dalam program LBD itu," imbuhnya.
Pada masa itu tidak saja perusahaan warga asli tempatan tapi semua perusahaan baru berkembang diajak untuk bergabung. Selama itu pulalah, lanjutnya, berbagai proyek dan pekerjaan yang telah mereka lakukan. Mulai dari pembersihan pipa, pengadaan barang, pembersihan lahan, proyek konstruksi yang sesuai dengan kapasitas perusahaan telah pernah mereka kerjakan.
Lewat program LBD itu berbagai hal didapatkan. Mulai dari pelatihan skill, motivasi hingga proyek teknis lapangan seperti penghijauan, konstruksi sudah bisa kami kerjakan," paparnya.
Menurutnya lagi, sejak itulah nasib dan ekonomi warga tempatan mulai berkembang. "Generasi muda mulai berubah pola mindset-nya yang semula hanya mengandalkan alam sudah melihat peluang lain yang bisa dikerjakan," tuturnya.
Kata dia, sampai dengan saat ini di wilayahnya Minas saja tak kurang dari 60 perusahaan serupa yang telah bergabung dengan LBD yang dulu digagas Chevron dan saat ini dilanjutkan oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
"Dari 60-an perusahaan itu 20 di antaranya asli dikelola oleh generasi Suku Sakai," sebutnya. Muchtar Rauf mengatakan adanya hal ini telah meningkatkan ekonomi dan taraf hidup warga asli tempatan maupun yang datang dan berusaha di sana.
"Istilah sekarangnya multiplier effect gitulah," ujarnya.
Bahwa keberadaan Migas yang diolah oleh kontraktor migas telah mengubah bukan saja mindset warga asli untuk berubah tetapi juga jadi tiang ekonomi keluarga yang terus maju dan berkembang bersama waktu. "Sisi positif ini harus kita akui sebagai sebuah realita yang telah mengubah kami dan juga mewujudkan harapan dulu yang rasa tak mungkin menjadi kenyataan," katanya.
Menanggapi apa harapannya ke depan, Muchtar Rauf mengatakan bahwa meski sekarang sudah berganti operator dari Chevron ke PT Pertamina Hulu Rokan diharapkan program-program pemberdayaan warga lokal terus jadi prioritas. "Kami berharap tetap berlanjut dan semakin baik ke depannya," ujar Muchtar. Apalagi, lanjutnya, sekarang sudah dikelola oleh bangsa sendiri tentunya wajar berharap ke depan akan lebih baik.
Fasilitas Air Bersih
Kontribusi kontraktor migas tidak saja dirasakan oleh Muchtar Rauf dan mereka yang tergabung dalam LBD tetapi juga oleh warga masyarakat biasa pada umumnya.
"Ya kami ada dibantu penyediaan fasilitas air bersih di daerah kami," ujar mantan Kepala Desa Minas Timur Anas saat berbincang dengan Riau Pos akhir pekan lalu. Anas tinggal di Jalan Perawang Km 7, Dusun Lukut, Desa Minas Timur, Kecamatan Minas, Kabupaten Siak.