“Ini sangat berbahaya dan tidak bagus bagi sapi. Perut sapi tidak akan bisa memproses plastik dan sampah yang bertebaran di sekitar tempat makannya. Selain itu, kita juga antisipasi penyakit yang mungkin bisa menular dari hewan ke manusia maupun sesama hewan,” ujar Sugiono yang tampil dengan baju batiknya.
Selama di tutup untuk umum, dirinya bersama pihak BPTU-HPT juga akan mencoba menambah pelayanan kepada pengunjung dengan menyediakan mobil odong-odong yang nantinya dapat mengangkut pengunjung untuk berkeliling di peternakan yang merupakan warisan Belanda terbesar di Asia Tenggara ini. Namun pihaknya juga tengah berusaha mencarikan donatur untuk bisa menyediakan odong-odong yang cukup memakan biaya tersebut.
“Meskipun di tutup untuk umum, tapi kita tetap melayani kunjungan resmi baik itu dari instansi, sekolah maupun pihak lainnya. Tapi tentunya di bawah penagwasan kita sebagai pengelola. Untuk umum, kita persiapan mobil odong-odong yang biayanya cukup besar. Tapi itu akan kita usahakan agar nantinya pengunjung atau masyarakat dapat nyaman berkeliling di sini dan mendapatkan ilmu setelah berkunjung ke sini,” kata Sugiono yang mulai bekerja pada tahun 2011 di BPTU-HPT Padangmangateh ini.
Ia berharap adanya BPTU-HPT ini tidak hanya menjadi sebagai tempat wisata hiburan semata oleh masyarakat. Sebab di sini menurut Sugiono masyarakat atau pengunjung dapat belajar bagaimana cara beternak yang baik, perawatan ternak baik itu makan ternak maupun cara lainnya dalam merawat sapi.
“Kita terbuka untuk siapapun terutama bagi yang ingin belajar dan ingin tahu bagaimana beternak sapi yang baik itu. Jadi demi keamanan dan kenyamana masyarakat lokasi ini kita tutup sementara hingga pembenahan dan perawatan selesai kita lakukan,” ujar Sugiono mengakhiri.
Sumber: Padang Ekspres/RPG Newsroom
Editor: Hary B Koriun