DAMPAK ERUPSI DAN ABRASI PANTAI PULAU BENGKALIS

Tak Cepat Ditanggulangi, Daratan Terancam Hanyut ke Laut

Bengkalis | Jumat, 16 Desember 2022 - 11:45 WIB

Tak Cepat Ditanggulangi, Daratan Terancam Hanyut ke Laut
Staf Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen-LHK) RI meninjau lokasi longsor dan abrasi di Desa Simpang Ayam, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Rabu (14/12/2022). (ABU KASIM RIAU POS)

BENGKALIS (RIAUPOS.CO) - MESKI PUN hujan gerimis, tak menyurutkan keinginan Riau Pos untuk melihat langsung kondisi lahan gambut yang mengalami erupsi dan abrasi di pinggir Pantai Desa Simpang Ayam, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Rabu (14/12). Pagi itu Riau Pos langsung menuju Kantor Desa Simpang Ayam. Setelah berbicara dengan pihak kantor desa, kemudian melanjutkan perjalanan menuju lokasi longsor. Untuk menuju lokasi abrasi, harus melintasi ruas jalan perkebunan masyarakat. Terlihat kiri dan kanan jalan pohon karet milik masyarakat. Saat itu jalan menuju ke Pantai Desa Simpang Ayam terendam banjir sedalam 30 cm.

Jalan aspal yang dilewati tidak sampai ke ujung pantai. Hanya di ujung batas perkebunan milik PT Meskom. Riau Pos harus menempuh jalan yang amblas dan baru saja di-base oleh Pemdes Simpang Ayam.


Ditemani Wakil Ketua BPD Desa Simpang Ayam Nazoro SHI, Riau Pos  melintasi ruas jalan sepanjang 150 meter yang baru saja di-base dengan batu tersebut. Ruas jalan ini mengalami longsor dan tanah merekah hingga kedalamannya mencapai 3 meter. "Ya, itu tanah yang longsor kemarin. Seperti baru terkena gempa bumi. Longsor ini akibat erupsi di bawah gambut, sehingga tanah gambut menjadi labil. Ditambah curah hujan tinggi membuat longsor dan tanah amblas ke dalam bumi," ucap Nazori.

Dari pantauan Riau Pos di lapangan, kondisi tanah longsor luasnya mencapai lebih kurang 3 hektare persegi mengarah ke tepi Selat Melaka. Jika dilihat dari arah pantai, makan kondisi longsor lahan gambut cukup mengerikan. Karena bakal menghayutkan daratan desa itu ke laut. "Ini sudah digerus air laut dan kami minta penanganan khsusus dari pemerintah. Karena dampaknya sangat membahayakan dan seluruh desa kami bakal hanyut ke laut," ujar Nazori.

Dia juga pernah mengikuti seminar tentang Pulau Bengkalis dari peneliti Universitas Yamaguchi, Jepang, Profesor Koichi Yamamoto mengingatkan Pemerintah Provinsi Riau tentang ancaman tenggelamnya Pulau Bengkalis yang berkontur lahan gambut akibat abrasi yang belum dapat diatasi dengan baik. "Gambut mengalami longsor atau peat slide dan terburai ke laut atau bog burst. Pemicu proses ini, selain deforestasi dan alih guna lahan gambut juga masifnya kanalisasi sebagai upaya drainase dalam pembangunan perkebunan," ucap Nazori yang mengutip ucapan Yamamoto.

Di sisi lain, ada dugaan dampak pemberian izin HGU kebun kelapa sawit  oleh pemerintah di Pulau Bengkalis mengakibatkan erupsi dan abrasi. Bahkan dalam dua tahun terakhir sudah terjadi erupsi dan abrasi di tiga titik di Pulau Bengkalis yang menghadap Selat Melaka.

Titik pertama terjadi pertengahan November 2022 lalu di Desa Muntai dan Muntai Barat, Kecamatan Batan, Bengkalis. Titik kedua terjadi di Dusun Parit Tiung Desa Jangkang, Kecamatan Bantan, Bengkalis, terjadi Desember 2021 lalu. Sedangkan titik ketiga terjadi untuk yang kesekian kalinya di Desa Simpang Ayam, Kecamatan Bengkalis. Terakhir longsor dibarengi dengan abrasi terjadi, Ahad (11/12).

Dua desa, yakni Jangkang dan Simpang Ayam berdampingan langsung dengan kawasan HGU PT Meskom Agro Sarimas (MAS). Sepanjang garis pantai di Pulau Bengkalis, khususnya yang menghadap langsung Selat Melaka, kondisi abrasi sangat mengkahwatirkan.

Sedangkan abrasi dan longsor di dua desa, tepatnya di belakang lahan perkebunan dan pertanian merupakan hamparan luas kebun kelapa sawit perusahaan yang ditambah dengan kebun pola KKPA Koperasi Meskom Sejati- PT MAS yang bekerja sama dengan 9 desa yang ada di dua kecamatan tersebut. "Ya, longsor dan abrasi kali ini sangat mengerikan. Tanah gambut terbelah-belah seperti terjadi gempa bumi," ucap Nazori.

Ia mengatakan, ini ibarat erupsi dari dasar gambut dan goncangan melalui hempasan ombak laut menjadikan longsor di mana-mana. Tanah menjadi retak dan terbelah-belah. Tidak hanya tanah yang terbelah, namun lahan perkebunan masyarakat berupa pohon kelapa dan lainya rusak. Tentu ini sangat memilukan masyarakat yang menggantungkan sumber pencariannya dari berkebun dan bertani. "Kami khawatir daratan Pulau Bengkalis ini akan hanyut ke laut, karena erupsi dasar gambut dan abrasi akibat ombak Selat Melaka. Ini juga diperparah oleh curah hujan yang sangat tinggi membuat endapan air di bawah gambut semakin dalam," ucapnya.

Saat Riau Pos ingin kembali dari lokasi longsor bertemu rombongan dari Staf Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI Wahyu Utami yang didampingi Kepala Desa Simpang Ayam Mujiono dan Babinsa serta dari BPBD Bengkalis. 

Wahyu Utami juga mengaku heran dengan kondisi tanah longsor serta abrasi di Desa Simpang Ayam yang sudah sangat parah. Karena dirinya melihat lahan gambut itu tidak ada pohon penyangga, sehingga sangat rentan longsor. "Ya, kami ditugasi oleh Menteri KLHK RI untuk mengumpulkan data di lapangan dan kami baru saja sampai di Riau dan langsung menuju ke lokasi longsor. Ternyata kondisinya sangat memprihatinkan," ujarnya.

Ia mengaku, akan mengumpulkan data longsor di titik yang ada di Desa Simpang Ayam. Makanya jika ada laporan di lokasi lain juga ada maka akan kami pertimbangkan juga untuk ke lokasi longsor," ujarnya.

Wahyu Utami hanya menyarankan agar Pemdes Simpang Ayam untuk membuat usulan penanaman pohon penyangga lahan gambut. Itupun jika lahan itu tidak masuk dalam kawasan HGU perusahaan. Jika itu masuk maka lahannya harus dibebaskan terlebih dulu.

Sementara itu, Kepala Desa Simpang Ayam Mujiono juga menjelaskan, bahwa penyebab terjadinya longsor diduga akibat kanal-kanal HGU PT MAS  yang dibangun perusahan sawit yang beroprasi di desanya tidak berfungsi dengan baik.

Mujiono menyebutkan, lahan masyarakat yang terkena longsor merupakan lahan gambut dengan kedalaman diperkirakan mencapai  4 hingga 7 meter. Sementara kanal- kanal yang dibangun perusahan tidak menembus ke laut sebelah utara ketika banjir terjadi kanal-kanal tidak mampu menahan tekanan air, sedangkan lahan gambut tanahnya sangat labil. Apa lagi di Pulau Bengkalis sebelah utara adalah pulau endapan ditambah hantaman ombak Selat Melaka yang kuat membuat bibir pantai runtuh. "Sehingga Pulau Bengkalis yang merupakan pulau terluar berbatasan langsung dengan negara Malaysia tersebut secara perlahan musnah menjadi lautan dan pada akhirnya Pulau Bengkalis tenggelam," ujar Mujiono.

Ia mengharapkan, penyebab terjadinya longsor masih berstatus dugaan akibat keberadaan sejumlah kanal-kanal milik perusahan atau akibat faktor lainnya dapat terungkap dan ditindaklanjuti sebagimana mestinya. "Jika itu adalah diakibatkan oleh keberadaan kanal-kanal perusahan  yang dibangun di lahan gambut yang sangat labil di desanya itu, maka mereka minta bisa ditindak secara hukum," harapnya.

Sementara itu, Kapolres Bengkalis AKBP Indra Wijatmiko juga turun ke lokasi longsor dan mengatakan, luas tanah yang mengalami longsor seluas 25 hektare. Pada kejadian ini tidak ada korban jiwa ataupun rumah warga yang mengalami kerusakan.

Menurut Kapolres, pergesaran tanah ini pernah terjadi sebelumnya, pada 2021 di bulan yang sama yaitu Desember 2021. Dengan rincian kebun karet sekitar 1 hektare, kebun pertanian sekitar 2 hektare dan perkebunan sawit PT MAS kurang lebih 20 hektare.

Kapolres mengaku sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, serta bupati Bengkalis dalam penanggulangan bencana tersebut. Ia juga berkoordinasi dengan kepala desa dan Kapolsek serta Danramil untuk melakukan normalisasi kanal di sekitaran terjadinya pergeseran tanah.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook