AGAM (RIAUPOS.CO) – Setelah operasi SAR ditutup, Badan Penggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam tetap mengaktifkan posko tanggap darurat erupsi Gunung Marapi. BPBD juga mengimbau masyarakat empat kecamatan di kaki gunung agar mengurangi aktivitas luar rumah.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Agam Ichwan Pratama Danda mengatakan, pihaknya tetap mengaktifkan posko tanggap darurat. Pembukaan posko tersebut bertujuan agar apabila ada pihak yang masih mencari anggota keluarganya dapat berkoordinasi lebih lanjut di posko tersebut.
‘’Posko tanggap darurat masih kita aktifkan dalam situasi darurat ini. Mana tahu ada keluarga yang mencari anggota keluarganya maka bisa mencari ke sini (posko, red) dengan membawa data valid. Kami sarankan apabila ada yang mencari datang ke posko karena kalau lewat telepon rawan miskomunikasi,’’ tambahnya. Pihak BPBD juga direncanakan berkoordinasi dengan lintas instansi mulai dari yang menangani sektor pertanian, kehutanan, hingga kesehatan guna menangani dampak lanjutan dari erupsi Gunung Marapi ini.
Ia juga memberikan imbauan kepada masyarakat di sekitar Gunung Marapi untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 3 km dari puncak. Selain itu, masyarakat yang berada di 4 kecamatan terdekat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah dan memakai masker ketika beraktivitas di luar ruangan.
Masyarakat diharapkan tetap tenang dan tidak terpancing isu yang masih simpang siur dan tidak menyebarkan informasi yang belum bisa diverifikasi kebenarannya. Harap selalu mengikuti arahan dan imbauan dari pemerintah daerah setempat.
Plh Kepala BKSDA Siap Diperiksa Polda
Plh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Dian Indriati mengaku siap diperiksa Polda Sumbar terkait SOP pendakian Gunung Marapi. Apalagi 23 orang pendaki gunung meninggal dunia dari 75 orang survivor yang merupakan para pendaki Gunung Marapi. “BKSDA Sumbar siap memberikan keterangan kepada Polda Sumbar terkait SOP pendakian Gunung Marapi jika diperlukan,” ujar Dian Indriati, di ruang kerjanya, Kamis (7/12).
Menurutnya, BKSDA Sumbar telah membuat SOP yang jelas untuk para peminat wisata khusus yang ingin mendaki Gunung Marapi, menyusul reaktivasi Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Marapi tersebut sejak Juli 2023.
“Kami telah membuat SOP yang harus ditaati oleh pendaki Gunung Marapi. Beberapa SOP yang kita buat. Rambu-rambu yang kita buat harus ditaati pendaki karena sesuai dengan mitigasi bencana. Selain itu, kita juga melarang pendakian Gunung Marapi pada malam hari. Mendaki Gunung Marapi harus dilakukan pada pukul 08.00, dan harus kembali pada pukul 16.00,” jelasnya.
Atas jatuhnya korban jiwa akibat erupsi Gunung Maeapi, Dian Indriati meminta semua pihak tidak saling menyalahkan, lebih baik mencari solusi agar tidak ada korban lagi di masa yang akan datang. “Sebenarnya, walau berada di Level Waspada (Level II) pada Gunung Marapi, pembukaan kembali (reaktivasi) Gunung Marapi karena adanya deklarasi dari berbagai pihak untuk membuka kembali Taman Wisata Alam Gunung Marapi,” paparnya.
Dian Indriati menegaskan, deklarasi dukungan itu juga didukung oleh Bupati Kabupaten Tanahdatar, Bupati Agam, Wali Nagari Batu Palano, Wali Nagari Aia Angek, dan diketahui oleh Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy.
“Jadi pembukaan TWA walau berada di level II murni didukung Pemerintah Kabupaten dan Pemprov Sumbar. Untuk membatasi pengunjung, pendaftaran untuk melakukan pendakian Gunung Marapi dilakukan secara online. Artinya, pendaki akan teregistrasi secara otomatis, dan uang pendaftaran masuk langsung ke kas negara,” jelasnya.
Sebelumnya, petugas pengamat Gunung Marapi Teguh Purnomo saat dihubungi menjelaskan, pihaknya telah mengeluarkan peringatan untuk tidak mendekati kawah dengan radius 3 km.“Sejak Agustus 2011, setiap bulan hingga saat ini, kita belum mencabut level Waspada (level II) pada Gunung Marapi. Artinya, sewaktu-waktu erupsi bisa terjadi, dan kita setiap bulan itu mengeluarkan rekomendasi agar tidak mendekati bibir kawah radius 3 km,” jelas Teguh Purnomo.(edg/egp)