CERITA MUHAMMAD IQBAL, PENDAKI RIAU YANG SELAMAT SAAT ERUPSI GUNUNG MARAPI

Tergerak Turun Cepat, Berhamburan saat Dengar Dentuman

Feature | Kamis, 07 Desember 2023 - 09:34 WIB

Tergerak Turun Cepat, Berhamburan saat Dengar Dentuman
Pemandangan kawah Gunung Marapi, Sebelum terjadinya Letusan pada Ahad (2/12/2023) lalu. (MUHAMMAD IQBAL UNTUK RIAUPOS.CO)

Ketika erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat terjadi, Ahad (3/12) lalu, ada 75 pendaki yang berada di kawasan gunung aktif itu. Dari jumlah tersebut, 23 pendaki dinyatakan meninggal dunia dan sisanya selamat. Salah seorang yang selamat tersebut adalah Muhammad Iqbal (27), warga Pekanbaru, Riau.

Laporan BAYU SAPUTRA, Pekanbaru


PADA Sabtu (2/12) malam, kawasan Gunung Marapi sempat gerimis dan berulang sampai fajar menyingsing. Di timur, Matahari menyembul malu memberikan pemandangan cerah bagi para pendaki, Ahad (3/12) pagi itu. 

Cuaca cukup bagus hingga terik tengah hari. Sampai akhirnya kawah puncak Gunung Marapi tiba-tiba memuntahkan abu tebal dengan dentuman gemuruh sekitar pukul 14.54 WIB. Apa yang ditakutkan para pendaki itu kini di depan mata.

Muhammad Iqbal (27) masih ingat betul kejadian Ahad (3/12) siang itu. Ia sudah turun dan berada di pos 1 pendakian saat abu vulkanik setinggi 3.000 meter dengan perkasa membubung ke langit dari kawah puncak gunung.

Meletusnya gunung berapi berketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini sontak membuat heboh provinsi Sumbar khususnya dan Indonesia secara umum. Bahkan, publik internasional juga memberi atensi setelah mengetahui banyak pendaki berada di puncak Gunung Marapi saat erupsi terjadi.

Iqbal menceritakan, saat erupsi Gunung Marapi terjadi, dirinya sudah berada di Pintu Rimba (pos 1). “Alhamdulillah, saat kejadian saya sudah berada di pos 1 untuk melakukan check out dari pendakian. Saat mendengar dentuman seluruh warga berlari berhamburan,” kenang Iqbal.

Iqbal bercerita, dirinya memulai perjalanan pendakian pada Sabtu (2/12) sekitar pukul 11.00 WIB. Saat berada di pos pendaftaran, Iqbal menjadi salah satu ketua kelompok untuk pendakian yang berisikan enam orang.

Rekannya di kelompok tersebut ada Jeni, Toni Alfian, Alfjari, Selastri Anggini dan Nuriski. “Kami kelompok C, berasal dari Kota Pekanbaru semua,” ujarnya saat berbincang dengan Riau Pos.

Namun, secara keseluruhan, saat mendaki, Iqbal bersama 16 orang lainnya, di mana 10 di antaranya Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Riau. Dari jumlah tersebut, hanya 14 pendaki yang berhasil sampai pos 5. 

Sedangkan, dua lainnya menghentikan pendakian di pos 4 karena kondisi fisik tidak kuat. Saat di pos 5, dua pendaki lagi menghentikan perjalanan sehingga total hanya 12 orang yang mencapai cadas Gunung Marapi.

Setelah delapan jam pendakian, Iqbal mengaku tidak merasakan firasat aneh. Iqbal bersama kelompoknya tiba di cadas sekitar pukul 19.00 WIB dan mendirikan tenda untuk bermalam di tengah rintik hujan malam Ahad itu di puncak gunung.

Mereka berkemah dan menghabiskan malam. Hingga fajar menyingsing, Iqbal tak henti bertemu dengan puluhan pendaki lain di cadas yang ingin menikmati matahari terbit dari ketinggian 2.891 mdpl.

Kabut tebal sekitar pukul 05.00 WIB, tak mengurangi keindahan alam nan hijau dari puncak Gunung Marapi, samar terlihat Gunung Singgalang dari kejauhan. Hingga pagi tiba, sekitar pukul 11.00 WIB, Iqbal memutuskan untuk turun karena hati kecilnya memiliki firasat agar segera turun.

“Sewaktu di atas (puncak Gunung Marapi, red) tidak ada merasakan firasat aneh. Namun saat pagi (Ahad, red) hati kecil merasakan ingin cepat turun,” kenang Iqbal.

Ketika detik-detik meletusnya Gunung Marapi, Iqbal mengaku sudah tiba di pos 1 sekitar pukul 14.30 WIB. Saat itu, memang ramai warga mendengar dentuman keras dan tampak berbondong turun ke permukiman padat penduduk guna menjauhi gunung dan menyelamatkan diri.

“Semua lari dan saya ikut lari. Saya menuju ke basecamp tempat penyewaan peralatan. Di sana ada seorang ibu mengatakan, capeklah pai nak, ibu ndak pernah danga bunyi (gemuruh, red) sagadang iko (cepatlah pergi nak, ibu tak pernah mendengar bunyi sekeras ini),” kata Iqbal menirukan seorang warga yang mengingatkannya untuk berlindung.

Hingga Selasa (5/12) siang, saat berbincang dengan Riau Pos, Iqbal tampak masih tak percaya dengan kejadian ketika ia masih di kaki Gunung Marapi hanya beberapa jam.(das)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook